Ada Krisis di Tubuh Pemuda-Pemudi Umat Islam!

majalahnabawi.com – Dewasa ini, kaum muslim sering dihadapkan dengan berbagai macam jenis krisis yang menimpa dengan cara membabi buta. Dari sekian banyak krisis yang menimpa, ada satu krisis yang amat bahaya, yang tidak disadari oleh umat Islam dan yang lebih parahnya lagi, krisis ini menimpa para pemuda-pemudi muslim, penerus generasi dan harapan kaum sepuh muslim yang ditunggu-tunggu semangat dan geraknya dalam menyuarakan kebenaran dan merupakan tombak perubahan suatu bangsa, negara bahkan suatu peradaban.

Di sini, penulis mencoba untuk sedikit mengulas hal tersebut secara ringkas dan mudah-mudahan dapat dimengerti oleh para pembaca yang budiman.

Pemuda-Pemudi Muslim: Harapan dan Kebanggaan Masyarakat

Ketika terlintas kata pemuda dan pemudi di pikiran kita, akan hadir lintasan-lintasan pikiran dalam kepala berupa harapan kepada anak-anak muda tersebut. Hal ini sangat wajar, lantaran sudah menjadi suatu yang dimaklumi kalau para pemuda itu merupakan tumpuan harapan masyarakat luas. Karena pada hakikatnya, anak-anak muda merupakan roda penggerak suatu masyarakat.

Dalil Al-Quran dan Hadis Tentang Gambaran Pemuda

Dalam dalil-dalil naqli, baik al-Quran maupun Hadis, pemuda digambarkan sebagai sosok hebat, tangguh dan memiliki semangat juang yang tinggi. Mereka merupakan sosok hebat yang sulit dikalahkan, karena tekadnya yang sudah bulat termanifestasi pada sebuah tindakan nyata. Mereka mampu menolak segala macam kebatilan, meskipun taruhannya adalah nyawa.

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَاَهُمْ بِالْحَقِّۗ اِنَّهُمْ فِتْيَةٌ اٰمَنُوْا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنٰهُمْ هُدًىۖ

Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan petunjuk kepada mereka.” (QS. al-Kahf: 13)

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ اَحَبُّ اِلَيَّ مِمَّا يَدْعُوْنَنِيْٓ اِلَيْهِ ۚ وَاِلَّا تَصْرِفْ عَنِّيْ كَيْدَهُنَّ اَصْبُ اِلَيْهِنَّ وَاَكُنْ مِّنَ الْجٰهِلِيْنَ

Yusuf berkata, “Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.” ( QS. Yusuf: 30)

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

يَعْجَبُ رَبُّكَ مِنْ شَابٍّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ

Rabbmu kagum dengan pemuda yang tidak  memiliki kecondongan untuk menyimpang. (HR Ahmad (4/151)

Rasulullah Saw bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ … وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ الله….

Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allâh di bawah naungan ‘Arsy-Nya pada hari tidak ada naungan selain naungan Allâh Azza wa Jalla…. Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allâh Azza wa Jalla ;…. ( HR. Imam al-Bukhâri, dalam Kitab al-Adzân, no. 660, dan Muslim, kitab Zakât, no. 1031).

Dalil-dalil yang penulis sebutkan di atas, rata-rata keseluruhannya menunjukkan dan menggambarkan bahwa para pemuda/i yang baik itu adalah sosok yang penuh dengan kebaikan dalam dirinya dan jiwanya dipenuhi dengan semangat yang menggebu-gebu dalam membela kebenaran. Tentunya hal ini sejalan dengan peran pemuda/i  yang diharapkan menjadi roda penggerak dan kaki tangan masyarakat dalam berbagai hal.

Sosok Pemuda pada Masa Rasulullah

Dahulu pun, pada zaman Rasulullah Saw masih hidup para pemuda/i memainkan perannya dengan begitu apik dan rapi. Mereka sangat berperan dalam berkembangnya Islam di dunia dan berkembangnya ilmu pengetahuan yang sampai saat ini terus berkembang. Banyak diantara mereka yang menjadi komandan perang, meskipun usianya masih sangat muda, meskipun demikian mereka mampu memimpin sebuah pasukan dengan begitu baik. Sebagai contoh adalah sahabat Usamah bin Zaid. Meskipun umurnya pada saat diangkat menjadi komandan perang masih berumur sembilan belas tahun tapi dia sudah mendapatkan kepercayaan dari Rasulullah Saw sebagai pimpinan perang; tentunya hal ini dilakukan Rasulullah bukan tanpa perencanaan yang matang dan asal-asalan, melainkan hal ini sudah Rasulullah Saw pertimbangkan secara baik dan cermat.

Peran Sahabat Muda

Begitu pun dalam hal ilmu pengetahuan, banyak para sahabat muda/i yang mengambil peran penting dalam tumbuh, berkembang, dan menyebarnya keilmuan Islam di berbagai daerah Islam yang telah ditaklukkan. Sebut saja sahabat-sahabat sepeti Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Zaid bin Tsabit, Aisyah, dll. Semuanya itu memainkan peranannya dengan begitu baik dan penuh tanggung jawab dengan apa yang ia lakukan.

Dalam hal keilmuan ini, ada satu peran penting dari para pemuda muslim pada zaman Rasulullah Saw yang sangat sulit kita tandingi hari ini, yaitu pengumpulan al-Quran  mejadi sebuah kitab yang utuh. Tentunya ini merupakan prestasi yang sulit untuk kita tandingi, karena tak terbayangkan oleh kita bagaimana kerja keras dan semangat yang dilakukan oleh para sahabat pada zaman itu untuk mengumpulkan lembar-lembaran al-Quran yang berserakan dan membutuhkan kejelian serta ketelitian tingkat tinggi, lantaran tidak asal-asalan dalam menghimpun al-Quran tersebut.

Dari penjelasan yang penulis paparkan di atas, tentu  pemuda hari ini perlu meniru hal tersebut, karena memang tugas pemuda adalah seperti itu, penuh dengan perjuangan dan mereka sangat di harapkan gerak dan langkahnya.  Meskipun memang perlu kita sadari, beda masa pasti berbeda kebutuhannya. Maka perlu disesuaikan perjuangan pemuda hari ini sesuai dengan kebutuhan zamannya.

Pemuda/i Muslim dan Permasalahannya

Pemuda/i itu manusia, pasti mempunyai permasalahan yang perlu diselesaikan layaknya permasalahan-permasalahan yang sering terjadi dan membutuhkan jalan keluar.Selain harapan, ada juga kekhawatiran yang muncul di benak masyarakat mengenai masa depan pemuda hari ini, lantaran acapkali terjadi permasalahan-permasalahan pemuda/i yang terjadi hari ini. Tentunya hal ini perlu menjadi perhatian bersama masyarakat, terutama para pemuda/i itu sendiri dalam menyelesaikan berbagai masalah yang sedang mereka hadapi.

Berbicara mengenai permasalahan di tubuh generasi pemuda/i, tentu hal ini sangat menjadi perhatian karena banyak sekali pemuda/i hari ini tampaknya kehilangan arah. Mereka kesulitan untuk mengidentifikasi mana yang baik dan mana yang buruk, seolah mereka tak punya panduan hidup dalam memilihnya. Tentunya baik dan buruknya di sini adalah berdasarkan al-Quran dan Hadis.

Krisis Identitas pada Para Pemuda

Jika boleh penulis beropini, salah satu problem pemuda hari ini adalah krisis identitas. Seolah mereka tidak tahu bahwa identitas sebenarnya mereka itu apa dan siapa. Jika kita melihat dalil-dalil yang ada, tentu kita akan langsung mengenali, bahwa para pemuda-pemudi ini merupakan makhluk Allah Swt yang diciptakan untuk beribadah kepada Allah Swt, mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Kita pun memiliki al-Quran dan Hadis yang merupakan sumber utama pedoman hidup, sumber pijakan kita dalam melakukan segala sesuatu.

Namun sayangnya hari ini, hal itu seolah menjadi pudar. Para pemuda hari ini seolah sudah lupa akan pedoman hidupnya dan bagaimana mereka harus bergerak dan berbuat sesuai apa yang agama Islam ajarkan. Para pemuda/i hari ini mulai tersilaukan dengan arus globalisasi hari ini, yang datangnya dari Barat sehingga kaum pemuda-mudi muslim lupa akan jati dirinya sebagai seorang muslim sejati.

Kelebihan dan Kekurangan Globalisasi

Berbicara mengenai globalisasi, tentunya hal ini berbicara mengenai siap atau tidaknya kita dalam menghadapinya, lantaran ia merupakan sesuatu yang ambivalen layaknya pisau. Berkah dari adanya arus globalisasi, tentu kita semua sudah merasakannya. Mulai dari kemajuan teknologi-informasi, mudahnya akses keilmuan, dll. Namun, jika kita berbicara mengenai keburukannya, tentu tak kalah banyaknya karena ada sebab akibat yang perlu ditanggung dari adanya arus globalisasi ini; baik maupun buruk.

Buruknya arus globalisasi ini salah satunya adalah menjadikan para pemuda/i Islam menjadi lupa akan dirinya, mereka lupa akan caranya berpikir dan berperilaku layaknya muslim sejati. Jika kita perhatikan, banyak sekali para pemuda/i muslim yang biasa melakukan suatu kesalahan, namun hal itu sudah dianggap sebagai hal yang biasa dan lebih parahnya lagi mereka akan merasa terusik jika ada orang lain yang mempertanyakan perbuatan-perbuatan mereka tersebut, inilah yang penulis sebut dengan krisis identitas.

Identitas mereka sebagai seorang muslim sedikit demi sedikit mulai terkikis, dikarenakan mereka sudah terbiasa dengan apa-apa yang mereka anggap biasa. Mulai dari masalah ibadah, pergaulan dan pola pikir yang  sulit bagi mereka untuk menyelaraskan dengan ajaran Islam yang sebenarnya.

Menunda-nunda Ibadah

Dalam hal ibadah, Mereka senang sekali menunda-nundanya hanya untuk berbagai masalah yang tingkat kepentingannya ada di bawah ibadah. Sebut saja ketika berkumandang azan, mereka tidak akan segera bergegas jika sedang mengadakan suatu kegiatan, padahal kegiatan-kegiatan meraka itu tidak lebih penting dari salat. Mereka sering beralasan bahwa mereka sedang mengadakan perkumpulan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan lain sebagainya, padahal hal itu hanyalah tipu daya yang dibuat-buat oleh setan. Meskipun memang, jika mengakhirkan salat Isya tidak mengapa.

Salah Pergaulan

Dalam hal pergaulan pun sama halnya dengan masalah ibadah, mereka mulai bangga dengan perkumpulan-perkumpulan yang sifatnya mengandung dosa, semisal ikhtilath ( campur baur yang bukan mahram). Mereka seakan bangga dengan apa yang telah dan sedang mereka lakukan dan merasa hal itu bukan suatu dosa. Mereka memiliki anggapan, kalau tidak kumpul-kumpul seperti itu tidak keren, mereka merasa seperti ketinggalan zaman.  Padahal sudah jelas dosa yang akan mereka tanggung sangat besar.

Merasa Terbebani dengan Perintah Allah

Pemuda/i muslim hari ini pun merasa terbebani untuk melakukan perintah-perintah yang Allah Swt tetapkan. Mereka merasa terkekang dengan tuntunan agama Islam. Karena dalam pikiran mereka hal itu akan mengekang kebebasan meraka sebagai pemuda. Mereka merasa terbebani untuk berpakaian syar’i, seusai tuntunan agama. Mereka akan merasa kesal dan marah jika ada yang menegur mereka, lantaran mereka merasa mempunyai beban yang perlu ditanggung dan hal itu tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka.

Para pemuda/i muslim hari ini lebih suka dengan hal-hal yang sifatnya hedonis, mereka tidak siap untuk berlaku layaknya orang yang sederhana. Mereka senantiasa mengedepankan hawa nafsu mereka, seolah jika tak terpenuhi kemauannya akan terjadi kiamat bagi mereka semua. Mereka lupa akan hakikat dari dirinya yang merupakan seorang muslim.

Semua permasalahan-permasalahan ini berpangkal pada sulitnya mengendalikan hawa nafsu pada diri pemuda-pemudi tersebut. Sekiranya mereka mampu menjaga hawa nafsu mereka dan tidak mau untuk ikut-ikutan tren gaya hidup hedonis, tentu mereka akan mampu mengendalikan diri mereka dengan sangat baik . Maka perlu bagi para pemuda/i muslim hari ini untuk pandai-pandai dalam memilih dan memilah yang baik dan buruk.

Jangan Mengikuti Arus Buruk Globalisasi

Jangan sampai arus globalisasi yang terjadi begitu deras hari ini, menjadi sebab kerusakan moral dan akhlak pemuda/i muslim. Cukup ambil yang baik-baiknya dan jangan senang untuk mengikuti budaya berpakaian dan bergaul seperti orang-orang Barat yang terkenal akan kebebasannya. Kita itu Muslim, jangan mah ikut-ikutan budaya Barat yang jelas-jelas menyimpang.

Musuh-musuh Islam itu sangat senang untuk menceburkan kita kepada jurang kebinasaan, mereka tidak akan rida generasi-generasi penerus Islam Tumbuh dengan baik, karena hal itu akan membahayakan mereka sebagai musuh. Allah Swt berfirman,

وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡیَهُودُ وَلَا ٱلنَّصَـٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمۡۗ قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰۗ وَلَىِٕنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَاۤءَهُم بَعۡدَ ٱلَّذِی جَاۤءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِیࣲّ وَلَا نَصِیرٍ

Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah. (QS. al-Baqarah: 120)

Dalam sebuah hadis dijelaskan:

عن أبي سعيد رضي الله عنه أنَّ رسُول الله ، قَالَ : لَتَتَّبِعَنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَذَوَ الْقُذَّةِ ، بِالْقُذَّةِ حَتَى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُموه ، قالوا : يَا رَسُولَ اللهِ ، الْيَهُودُ والنَّصارى؟ قال : فَمَن؟

Dari Abu Said radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sungguh, kamu akan mengikuti tradisi umat-umat sebelum kamu bagaikan bulu anak panah yang serupa dengan bulu anak panah lainnya, sampai kalaupun mereka masuk ke liang dhab, niscaya kamu akan masuk ke dalamnya pula.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasranikah ?” Beliau menjawab, “Lalu siapa lagi?”. (HR. al-Bukhari: 3456, Muslim: 2669).

Maka pintar-pintarlah kita sebagai pemuda untuk memilih dan memilah yang baik dan buruk serta kita pun mesti berani untuk mengambil sikap meskipun kita dianggap sebagai orang yang aneh, ketinggalan zaman atau kolot. Karena hakikatnya, penilaian yang terbaik itu dari Allah Swt bukan dari makhluk. Jangan mau kita dibodoh-bodohi oleh orang-orang Barat, cukup ambil baiknya dari mereka dan buang buruknya.

Jalan Keluar Permasalahan

Setelah penulis memaparkan dua bahasan mengenai harapan dan masalah dalam tubuh pemuda-pemudi muslim, sekarang penulis mencoba untuk melengkapi tulisan ini dengan jalan keluar yang mesti ditempuh untuk mencapai harapan dari masyarakat kepada anak muda/i dan bagaimana jalan keluar dari problem dalam tubuh mereka, supaya tulisan ini tak terkesan hanya untuk menyudutkan dan mengkritik tanpa ada jalan keluar yang ditawarkan.

Sebelumnya penulis telah kemukakan, bahwa salah satu problem pemuda/i hari ini adalah problem identitas, mereka lupa akan jati diri mereka sebagai seorang muslim, seolah mereka lupa akan tuntunan yang ada dalam al-Quran, Sunnah dan penuturan para ulama di dalam kitab-kitabnya. Adanya problem ini adalah lantaran arus globalisasi yang begitu deras dan ganas, sehingga mereka sulit untuk memfilternya dengan baik, sehingga tumbuhlah sedikit demi sedikit sifat hedonis dalam diri pemuda/i muslim.

Untuk menyelamatkan generasi muda-mudi muslim hari ini dari berbagai penyimpangan dan mengembalikan identitas mereka yang sebenarnya, setidaknya ada beberapa hal yang coba penulis kemukakan.

1) Kembali kepada alQuran dan Sunnah

Alasan mengapa kita harus kembali kepada al-Quran dan Sunnah tiada lain adalah karena keduanya merupakan pedoman induk seorang muslim dalam menjalani kehidupan dan bagaimana seharusnya seorang muslim mengambil sikap yang benar. Tanpa al-Quraan dan Sunnah, tidak mungkin seseorang akan mampu meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat sekaligus.

Allah Swt berfirman

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ أَطِیعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِیعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِی ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ فَإِن تَنَـٰزَعۡتُمۡ فِی شَیۡءࣲ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡیَوۡمِ ٱلۡـَٔاخِرِۚ ذَ ⁠لِكَ خَیۡرࣱ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِیلًا

Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur`ān) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. ( QS. al-Nisa: 59)

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ رَسُوْلِهِ

Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.” (HR. Malik, al-Hakim, al-Baihaqi, Ibnu Nashr, Ibnu Hazm. Hadis ini disahihkan oleh Syekh Salim al-Hilali di dalam al-Ta’zhim wa al-Minnah fi al-Intishar al-Sunnah, hlm. 12-13).

Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa al-Qur’an dan Sunnah merupakan dua hal yang erat kaitannya dan tidak bisa dipisahkan keberadaannya, karena pada dasarnya keduanya merupakan wahyu yang telah Allah Swt turunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam untuk kemudian di sampaikan kepada seluruh umatnya, agar menjadi pegangan mereka untuk selamanya.

Maka sudah sepantasnya para pemuda hari ini untuk lebih dekat lagi dengan ajaran-ajaran agama yang tertuang dalam keduanya, supaya mereka tidak mudah silau dengan apa yang datangnya dari orang-orang Barat yang jelas-jelas menyimpang dalam banyak hal (meskipun ada sisi positif dari orang-orang Barat ini).

2) Pentingnya pendidikan berbasis ISLAMIC WORLDVIEW

Istilah ISLAMIC WORLDVIEW terdiri dari dua kata, yaitu ISLAMIC dan WORLDVIEW. Kata worldview pertama kali dipopulerkan oleh seorang filsuf Jerman yang bernama Imanuel Kant, dengan istilah Welatanschauung yang berarti padangan hidup atau weltansicht yang bermakna pandangan dunia. Selanjutnya, makna welatanschauung melebar menjadi filsafat/ pandangan tentang kehidupan itu sendiri.

Adapun istilah ISLAMIC WORLDVIEW (pandangan hidup/ Padangan alam Islam) adalah pandangan Islam terhadap realitas (ru’yatul Islam lil-wujud). Pandangan itu merupakan refleksi dari pemahaman seorang muslim terhadap konsep-konsep pokok dalam Islam, seperti konsep Tuhan, konsep manusia, konsep agama l, konsep kenabian, konsep Wahyu, konsep ilmu, konsep kebenaran dan konsep-konsep lainnya.

Berbicara mengenai WORLDVIEW, tentunya ia membahas tentang pola pikir, baik pola pikir masing-masing individu,  pola pikir suatu kelompok atau bahkan pola pikir Suatu bangsa dan peradaban. Pola pikir itu akan mempengaruhi bagaimana seseorang akan berbuat dan bersikap seusai dengan WORLDVIEW nya masing-masing.

Adapun WORLDVIEW Islam, ia merupakan konsep berpikir yang didasarkan pada wahyu, bukan pada logika dan nafsu semata, ia merupakan sebuah sistem berpikir lurus yang senantiasa sejalan dengan kehendak Allah dan tidak bertentangan dengan fitrah manusia. Maka jika ada sesuatu yang di anggap salah dengan konsep berpikir ala Islam ini, maka sudah dapat dipastikan bahwa yang salah adalah orang yang menganggap salah WORLDVIEW ini.

Lalu apa hubungannya antara ISLAMIC WORLDVIEW ini dengan krisis yang terjadi di tubuh pemuda-mudi muslim, yang diterapkan pada sebuah sistem pendidikan? Jawabannya adalah hari ini umat Islam membutuhkan suatu program pendidikan,  yang berbasis dan mengacu pada  sistem berpikir ala Islam (baca ISLAMIC WORLDVIEW). Hari ini kita sangat kekurangan dengan model pendidikan yang benar-benar ala Islam, makanya tak aneh jika kita selalu mudah terpengaruh oleh sistem berpikir ala Barat.

Adanya program pendidikan berbasis ISLAMIC WORLDVIEW, setidaknya dapat meminimalisir penyakit-penyakit yang sedang menjangkiti kaum pemuda/i muslim, Karana dengan memahami konsep ISLAMIC WORLDVIEW, secara tidak langsung mereka telah mengetahui bagaimana Islam menuntun mereka dalam berbuat dan bersikap. Karena Islamic WORLDVIEW itu adalah upaya perumusan pokok-pokok ajaran agama Islam, sebagaimana yang dijelaskan oleh Dr. Adian Husaini dalam salah satu karyanya.

Setidaknya, dengan adanya suatu sistem pendidikan yang islami, mudah-mudahan sedikit-sedikit akan tertanam dalam jiwa seorang muslim bahwa identitasnya yang sebenarnya adalah seorang hamba yang harus tunduk dan patuh kepada Allah Swt dan tidak menjadikan mereka buta akan ajaran baik dalam agama Islam. Adanya proses pendidikan seperti ini pun, diharapkan mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan para pemuda/i muslim agar senantiasa lebih sederhana dalam menjalani hidup dan menjauhi sifat hedonis yang orientasinya hanya duniawi bukan ukhrawi.

Sebetulnya masih banyak cara atau jalan keluar yang bisa ditawarkan untuk selanjutnya ditempuh bersama-sama sebagai jalan keluar, namun penulis hanya mencukupkan pada dua poin itu saja, untuk sedikit meringkas bahasan yang dipaparkan dan menyesuaikan dengan kemampuan penulis dalam memaparkan suatu ide gagasan.

Penutup

Sebagai penutup, penulis ingin kembali mengingatkan kepada para pemuda/i muslim untuk senantiasa berjuang di jalan Allah Swt. Jangan sampai mengotori masa-masa mudanya dengan segala hal yang menyebabkannya terjatuh pada jurang kebinasaan. Mereka harus sudah mulai melek dengan apa-apa yang terjadi di sekelilingnya, Jangan sampai buta dengan pergerakan-pergerakan musuh-musuh Islam yang mencoba meluluh lantakkan barisan pemuda Islam hari ini, karena misi musuh-musuh Islam tidak akan selesai sampai mereka yang kalah atau kita yang menyerah.

Para pemuda seharusnya paham akan tantangan zaman yang sedang mereka hadapi, jangan sampai Meraka lupa akan jati diri mereka sendiri, jangan sampai mereka di bodoh-bodohi, jangan sampai mereka menjadi sosok pemuda/i Islam yang durhaka kepada Allah SWT dan Rasulullah Saw, jangan sampai mereka menjadi generasi malas beribadah dan senang menunda-nunda waktu Ibadah untuk suatu kegiatan yang derajatnya lebih rendah dari ibadah kepada Allah Swt.

Para pemuda pun dituntut untuk berpikir sesuai dengan tuntunan agama, jangan sampai mereka termasuk kader-kader musuh Islam, diam-diam ingin menghancurkan agama Islam dari dalam.  Karena bukan hal seperti inilah yang diharapkan masyarakat Islam secara umum. Pemuda/i muslim hari ini harus siap berjuang demi kepentingan agama dan negara dengan sepenuh hati dan seusai dengan tuntutan agama. Pemuda/i Islam jangan mau diajak kompromi oleh musuh-musuh Islam, mereka harus tegas dalam sikap dan membuktikan eksistensinya dengan sebuah gerakan dan gebrakan yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Semuanya ini bisa para pemuda/i Islam capai jika mereka mampu mengenali diri mereka sendiri dengan baik.

Imam al-Syafi’i pernah berkata :

وذات الفتى -والله- بالعلم والتقى … إذا لم يكونا لا اعتبار لذاته

Demi Allah, dzat (kemuliaan) seorang pemuda adalah dengan ilmu dan ketakwaan * Bila keduanya tidak ada, maka tiada pengakuan (kemuliaan) bagi dzatnya. (Diwan Imam al-Syafi’i)

Similar Posts