Alquran

Tafsir Lisan Kiai Sya’roni Ahmadi Kudus [Analisis Tanzili dan Wacana Kritis]

Sebuah Formula untuk Mendekati Tafsir Lisan Kiai Sya’roni Ahmadi Kudus. Buku ini awalnya adalah penelitian tesis penulis di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengangkat Tafsir Lisan Kiai Sya’roni Ahmadi Kudus sebagai objek materialnya.

Ada dua pendekatan yang dipakai untuk menganalisis penafsiran Kiai Sya’roni Ahmadi.Pertama, secara makro, penulis memakai pendekatan tanzili sebagai perangkat analisis. Abd al-‘Aziz al-Damir mendefinisikan pendekatan ini sebagai pengkiasan atau pembandingan (analogi) realitas yang dihadapi penafsir dengan kejadian yang serupa dalam ayat al-Qur’an, baik secara sempurna, sebagian, atau bahkan kebalikan dari subtansi ayat.  Pendekatan tanzili bergerak dari teks ke konteks: dari teks yang dipahami bersama konteks yang mengitari turunnya menuju konteks di mana mufassir hidup. Dari proses tanzil-nya, pendekatan ini mirip dengan prinsip qiyas (analogi) dalam usul al-fiqh.

Melalui pendekatan tanzili diharapkan adanya temuan-temuan baru terkait tafsir lisan Kiai Sya’roni Ahmadi terhadap ayat kerukunan serta pola-pola kontekstualisasi yang dipraktikannya. Pendekatan ini juga diharapkan dapat menyingkap unsur-unsur lokalitas dalam tafsir yang akan menjadi distingsi tafsir ini dari tafsir lainnya.

Kedua, adalah pendekatan analisis wacana kritis (critical discourse analysis)  yang akan menempati ruang analisis secara mikro guna menyingkap ragam kepentingan dan ideologi dalam tafsir. Pendekatan ini merupakan lanjutan dari pendekatan tanzili, di mana penulis akan menelisik lebih dalam sisi yang menjadi objek tanzil (kontekstualisasi). Analisis wacana kritis mencoba menganalisis objek penelitian dengan melihat konteksnya, selain juga menganalisis sisi kebahasaan.

Konstelasi kekuatan yang terjadi saat proses produksi dan reproduksi makna menjadi penekanan tersendiri. Individu dipandang sebagai subjek yang berkaitan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang ada dalam masyarakatnya. Oleh karena itu, pernyataannya dianggap memiliki muatan kepentingan dan ideologi.

Dengan analisis wacana kritis, penelitian ini diharapkan dapat menyingkap ragam kepentingan dan ideologi yang terselip dalam tafsir lisan Kiai Sya’roni Ahmadi terhadap ayat kerukunan, serta memberikan rasionalisasi atas objek tanzili yang ia pilih.

Teun A. Van Dijk menjelaskan lima karakteristik penting yang terdapat dalam analisis wacana kritis:

  1. Tindakan, yang memandang seseorang berbicara atau menulis dengan menggunakan bahasa untuk berinteraksi dengan orang lain;
  2. Konteks, yakni wacana diproduksi, dimengerti, dan dianalisis dalam bingkai konteks dan situasi tertentu;
  3. Historis, yang menempatkan wacana dalam konteks historis tertentu;
  4. Kekuasaan, yang memandang wacana sebagai bentuk pertarungan kekuasaan;
  5. Ideologi, yang memahami teks atau ucapan berafiliasi pada ideologi tertentu.

Langkah gerak dari dua pendekatan di atas dapat dijelaskan dalam dua tahapan: 1) analisis tanzili yang akan memilah dan memisahkan realitas di sekitar mufassir yang dijadikan sebagai objek kontekstualisasi penafsiran, dan 2) analisis wacana kritis dengan lima karakteristiknya yang akan menyingkap kepentingan serta ideologi dalam realitas di sekitar mufassir yang menjadi temuan dari tahapan pertama. Wallahu a’lam

Similar Posts