Analisis Wacana; Mencari Makna Lain Hadis Wabah Penyakit Masa Pandemi Covid-19

Analisis Wacana Foucault

Majalah Nabawi – Dalam pandangan Foucault, pertanyaan utama wacana adalah siapa yang menciptakannya dan efek apa yang timbul dari penciptaannya. Dengan kata lain, semua produksi wacana memiliki efek marginal.

Wacana tidak bukanlah rangkaian kata atau klausa dalam sebuah teks, melainkan sesuatu yang menghasilkan sesuatu yang lain (ide, konsep, atau efek). Pidato dapat kita temukan karena adanya suatu gagasan, suatu pendapat, suatu konsep, dan suatu visi hidup terbentuk secara sistematis dalam suatu konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir atau bertindak.

Wacana di sini bukanlah sesuatu yang terbentuk secara spontan atau lahir dari ruang kosong. Wacana lahir dari segala macam perilaku dan gagasan dari relasi-relasi yang ada dalam realitas empirisnya. Dengan kata lain, wacana tidak dapat terpisahkan dari tujuan politik yang terkandung di dalamnya. Tujuan politik ini kemudian menjadi semacam pedoman bagaimana individu harus memandu pandangan dan perilaku mereka. Dengan kata lain, peran wacana adalah mengkonstruksi realitas. Ketika seseorang ingin mengetahui realitas atau suatu objek, maka pengetahuan yang ia peroleh tidak lain adalah hasil dari apa yang telah tercipta secara verbal.

Dorongan utama untuk tulisan ini adalah tinjauan beberapa penelitian sebelumnya yang secara topikal membahas problema wabah penyakit selama pandemi COVID-19. Tujuannya untuk menemukan motif sebalik pemaknaan hadis yang Nabi Saw menarasikannya.

Berdasarkan berbagai hadis yang penulis temui, penulis menjadikan empat kitab sumber hadis yang menjadi rujukan utama yang terekam dalam beberapa materi hadis sebagai sampel dalam pembahasan ini, secara umum sebagai berikut:

Sahih Bukhari

Kitab Sahih Bukhari dengan empat materi hadis menceritakan tentang: (a) Korban yang mati terkena wabah tha’un berstatus mati syahid, derajatnya sama dengan gugur di medan perang.(b) Orang Islam yang terjangkiti penyakit tha’un, akan Allah berikan rahmat karena kesabarannya. Sedangkan, bangsa Bani Israil wabah sebagai azab Allah padanya. (c) Korban yang wilayahnya terkena wabah penyakit tha’un berkewajiban untuk tetap diam di tempat, tidak keluar dari wilayahnya. Berikut sampel narasi hadis tersebut:

حدثنا عبد الله بن يوسف أخبرنا مالك عن سمي عن أبي صالح عن أبي هريرة رضي الله عنه

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال لشهداء خمسة المطعون والمبطون والغرق وصاحب الهدم والشهيد في سبيل الله

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu (w. 57 H) bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Syuhada’ (orang yang mati syahid) ada lima: yaitu orang yang terkena wabah penyakit Tha’un, orang yang terkena penyakit perut, orang yang tenggelam, orang yang tertimpa reruntuhan bangunan dan yang mati syahid di jalan Allah.” HR. Al-Bukhari.

حدثنا عبد العزيز بن عبد الله قال حدثني مالك عن محمد بن المنكدر وعن أبي النضر مولى عمر بن عبيد الله عن عامر بن سعد بن أبي وقاص عن أبيه أنه سمعه يسأل أسامة بن زيد

ماذا سمعت من رسول الله صلى الله عليه وسلم في الطاعون فقال أسامة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الطاعون رجس أرسل على طائفة من بني إسرائيل أو على من كان قبلكم فإذا سمعتم به بأرض فلا تقدموا عليه وإذا وقع بأرض وأنتم بها فلا تخرجوا فرارا منه قال أبو النضر لا يخرجكم إلا فرارا منه

Dari ‘Amir bin Sa’ad bin Abu Waqash dari bapaknya bahwa Dia (‘Amir) mendengar bapaknya bertanya kepada Usamah bin Zaid: “Apa yang pernah kamu dengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang masalah tha’un (wabah penyakit sampar, pes, lepra)?” Maka Usamah berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tha’un adalah sejenis kotoran (siksa) yang dikirim kepada satu golongan dari Bani Isra’il atau kepada umat sebelum kalian. Maka itu jika kalian mendengar ada wabah tersebut di suatu wilayah janganlah kalian memasuki wilayah tersebut dan jika kalian sedang berada di wilayah yang terkena wabah tersebut janganlah kalian mengungsi darinya.” HR. Al-Bukhari.

Sahih Muslim

Shahih Muslim dengan tiga materi hadis menceritakan tentang: (a) korban yang terkena tha’un statusnya mati syahid setara dengan mati dalam perang, (b) korban yang mati karena sakit perut yang terkena penyakit tha’un dan mati dalam keadaan tenggelam, statusnya mati syahid, (c) perintah untuk tidak masuk pada wilayah yang terkena wabah tha’un dan tidak keluar bagi korban daerah yang sudah terkena wabah tha’un.

Musnad Ahmad bin Hanbal

Musnad Ahmad bin Hanbal dengan empat materi hadis menceritakan tentang: (a) tha’un adalah benjolan yang muncul di bagian belakang ketiak dan sejenisnya, (b) korban yang terkena wabah penyakit tha’un berstatus mati syahid, (c) nabi memerintahkan untuk tetap bertahan di tempat pada wilayah penyebaran wabah, (d) korban yang terkena wabah penyakit tha’un statusnya mati syahid setara dengan mati dalam perang.

Sunan Al-Nasai

Sunan al-Nasa’i dengan satu materi hadis bahwa korban yang terkena wabah penyakit tha’un berstatus mati syahid. Secara khusus, dokumen hadis kebanyakan adalah perintah Nabi untuk tetap bertahan, tidak meninggalkan daerah yang terinfeksi, dan tidak memasuki daerah itu.

Makna hadis dibangun untuk mengasingkan diri, hal ini dalam konteks penanganan penyebaran pandemi Covid-19 dipahami sebagai isolasi. Wacana dikonstruksi dengan kesejajaran yang masuk akal antara zaman nabi dan zaman sekarang dalam menghadapi wabah.

Kesimpulan

Maka, yang dapat kami simpulkan berdasarkan analisis wacana Foucault, motivasi di balik penyampaian hadis tersebut:

(1) Untuk membujuk umat Islam agar mendukung dan melaksanakan kebijakan pemerintah dalam menerapkan protokol kesehatan dengan tujuan memutus mata rantai penularan Covid-19 mengadopsi pendekatan teologis sehingga terlihat dalam kerangka ajaran Islam yang harus diamalkan. Di sisi lain, pandangan ini merupakan bentuk kontradiksi dengan sebagian umat Islam yang menolak kebijakan pemerintah. Yakni tentang penerapan protokol kesehatan dalam penanganan Covid-19.

(2) Berupaya mengembalikan makna hadis di masyarakat melalui ilmu pengetahuan. Melalui pendekatan ilmiah sebagai living hadis yang hidup.

(3) Secara ekonomi menjadi bagian dari masyarakat global. Yakni dengan menjawab kebutuhan pasar akan isu global Covid-19 yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan yang berbeda.

Similar Posts