Anwarul Bashair “Mahma Kanat Qolilatan”
Majalahnabawi.com-Catatan-catatan yang diabadikan oleh Kiai Sahal dalam Anwarul Bashair tidaklah begitu banyak. Tidak seperti catatan yang beliau abadikan dalam Thariqatul Husul. Bahkan dalam Anwarul Bashair ini ada beberapa halaman ( sesuai yang pernah saya lihat di naskah aslinya ) yang tidak ada catatan sama sekali di dalamnya. Oleh sebab itu dalam muqoddimah Anwarul Bashair Kiai Sahal menyatakan;
مهما كانت قليلة.
Saya sempat menduga naskah asli dari beberapa halaman tadi hilang dan beliau ganti dengan naskah lainnya. Namun saat melihat riwayat mata rantai keilmuan Kiai Sahal saat mengaji Asybah wan Nadhair kepada K.H Zubair Dahlan, ternyata Kiai Sahal menuliskan;
فقد سمعت الأشباه والنظائر بتمامه إلا في بعض مواضع يسيرة
Dari sini dapat kita ketahui bahwa memang ada beberapa tempat dalam Asybah wan Nadhair yang tidak Kiai Sahal lalui dengan cara mendengarkan kajian kitab tersebut dari K.H Zubair Dahlan. Bagaimana pun itu, dengan melalui “catatan-catatan kecil” Kiai Sahal yang diberi nama Anwarul Bashair ini saya pribadi dapat sedikit membayangkan betapa dalamnya penguasaan fikih K.H Zubair Dahlan serta betapa telitinya dalam mengkaji sebuah kitab.
Catatan Dalam Anwarul Bashoir
Oleh karena itu dalam Anwarul Bashair kerap kali ada catatan-catatan Kiai Sahal yang menjelaskan tentang koreksi naskah yang Gurunya yaitu K.H Zubair Dahlan lakukan. Misalnya
قوله محتملا) الذي صوبه شيخنا “محمل” باارفع, قال: أي وهو أي كل منهما محتمل)
Contoh lain misalnya;
قوله ورد الزكاة) في نسخة “ونصب الزكاة”, وهي التي صوبها شيخنا. أي اعطائها للمستحقين)
Namun ada juga pembacaan K.H Zubair Dahlan yang oleh Kiai Sahal terasa kurang tepat. Misalnya dalam catatannya Kiai Sahal menuliskan;
لعل الواو للحال وإن زائدة، أي والحال أنه لم يكن فعلهما معصية، خلافا لما قرره شيخنا من أنها غاية
Dan, beberapa hari yang lalu saat saya mengikuti pemaparan dari K.H Aniq Muhammadun. Lalu saya mendapatkan kisah bahwa suatu ketika Kiai Sahal pernah berkata ; tidak ada karya ulama yang final.Perkataan ini saya pahami bahwa karya-karya ulama fikih dahulu masih membuka peluang dan masih memberikan kesempatan agar mengalami perkembangkan oleh generasi berikutnya.