Al-Sya’rawi dan Tafsirnya
Majalahnabawi.com – Di Mesir, pernah hidup seorang alim yang ahli tafsir, beliau bernama al-Sya’rawi. Kenalkah kalian dengan al-Sya’rawi? Silahkan baca tulisan berikut.
Biografi al-Sya’rawi
Asy-Sya’rawi memiliki nama lengkap Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi lahir pada hari Ahad, 17 Rabi’utsani 1329 atau 19 April tepatnya di desa Daqadus, Midghamar, Daqhaliyah. Beliau berasal dari keluarga sederhana yang terhormat. Pendidikannya dimulai dengan menghafal Al-Qur’an pada Syekh Abdul Majid Pasha, yaitu salah satu ulama terkenal di daerahnya. Pada usia 11 tahun beliau telah berhasil menghafal Al-Qur’an. Sedangkan, pendidikan formal Asy-Sya’rawi dimulai di Sekolah Dasar Al-Azhar di kota Zaqaziq. Lalu melanjutkan pendidikan SMP dan SMA dan lulus pada tahun 1931 M di lembaga yang sama. Setelah itu, beliau melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar jurusan Bahasa Arab pada tahun 1937-1943 M dan lulus dengan gelar Lc,.
Pada jenjang Doktoral beliau menyelesaikannya pada tahun 1943 M dan memperoleh gelar ‘Alamiyat (setara dengan M.A). Beliau juga memangku beberapa jabatan baik dalam bidang pendidikan maupun politik. Di antaranya pernah juga menjadi Direktur Pengembangan Dakwah Islam pada Kementerian Perwakafan. Beliau diangkat menjadi Pengawas Departemen Bahasa Arab Al-Azhar dan ditunjuk sebagai asisten pribadi Grand Syekh al-Azhar Hasan Ma’mun pada tahun 1964. Pada tahun 1966, beliau diangkat sebagai Rektor Al-Azhar di Aljazair setelah negara tersebut merdeka.
Latar Belakang Penulisan Tafsir Asy-Sya’rawi
Pemikiran seorang tokoh tidak terlepas dari latar belakang yang mempengaruhinya, terlebih dalam mengkaji metodologi penafsiran. Latar belakang yang mempengaruhi pemikiran Asy-Sya’rawi, sehingga sampai terwujud karya besarnya dalam bidang tafsir.
Pengaruh Politik
Pergolakan politik di Mesir dalam memperoleh kemerdekaan sampai masa kepemimpinan Anwar Sadat, juga turut andil dalam membentuk karakter pemikiran Asy-Sya’rawi. Perubahan bentuk pemerintahan menjadi Republik, menjadikan situasi politik saat itu memaksa munculnya ide-ide pembaharuan yang didasarkan kepada formulasi modernisme Islam dan kemunculan Nasionalisme Mesir.
Pengaruh Intelektual
Saat menjadi pelajar, Asy-Sya’rawi sangat gemar dengan sastra, khususnya sya’ir yang mewarnai corak keislaman. Sehingga tafsir yang beliau karang memiliki keunggulan, di antaranya penyusunan pada kalimatnya mudah dipahami dan memiliki keindahan, terdengar tegas namun tetap lembut, terlebih banyak mengutip dari ayat ayat-ayat al-Qur’an.
Sumber Penafsiran Asy-Sya’rawi
Tafsir Asy-Sya’rawi termasuk tafsir bi al-ma’tsur, hal ini berdasarkan gaya penafsiran beliau contohnya pada surat Ali-Imran ayat 3 yang kemudian beliau perkuat dengan menafsirkan kata نزل pada ayat ini dengan kata نزل pada ayat lain yaitu pada surat As-Syua’ra ayat 193 dan Al-Isra ayat 105. Namun, jika melihat lebih jauh ketika beliau menjelaskan kosakata pada ayat di atas lalu dicarikan kosakata yang relevan pada ayat lain dan dijelaskan secara rasional dengan mengajukan pertanyaan, lalu pada akhirnya beliau menyimpulkannya, maka hal ini juga dapat disebut tafsir bi ra’yi.
Corak Penafsiran
Adapun corak penafsiran Asy-Sya’rawi adalah al-Adabi Ijtima’I (corak penafsiran yang cenderung kepada persoalan sosial masyarakat). Yaitu corak tafsir yang berusaha memahami al-Quran dengan mengemukakan ungkapan-ungkapan secara teliti. Kemudian dilanjutkan dengan menjelaskan makna yang dimaksud menggunakan bahasa menarik serta menghubungkan nash al-Quran yang dikaji dengan kenyataan sosial dan sistem budaya yang ada.
Sistematika dan Karakteristik
Mencermati penafsiran Asy-Sya’rawi dalam kitab tafsirnya itu, maka dapat disusun sistematikanya sebagai berikut:
a. Munasabah
b. Makna dan kandungan surah serta hikmahnya
c. Basmalah dan Ayat
d. Tafsir/Penjelasan Ayat
Jadi secara sistematis, Asy-Sya’rawi mengawali dalam tafsirnya dengan menjelaskan munasabah. Munasabah yaitu menjelaskan hubungan surah yang ayat-ayatnya akan ditafsirkannya itu dengan surah sebelumnya. Selanjutnya ia menjelaskan makna penamaan suatu surah, dan menjelaskan apa saja yang terkandung dalam surah tersebut serta menjelaskan hikmah yang terdapat di dalamnya.