Begitu Mulianyakah Kaum Perempuan?
Majalahnabawi.com – Penghormatan kepada para pemilik semangat tinggi. Mereka kelompok mulia dan terhormat. Mereka bagian suci dari manusia.
Setiap taman mempunyai hembusan angin. Hembusan taman di dunia adalah perempuan. Mereka saudara laki-laki, melahirkan para ulama, membesarkan orang-orang tangguh, mendidik para bijak. Perempuan ialah makhluk yang sangat perasa. Menyakitinya adalah dosa. Memarahinya adalah cela. Barangsiapa yang mencederainya, maka ia tak lagi mempunyai hak untuk mendapat kasihnya.
Ia adalah rumah bagi rantai kehidupan. Penghimpun banyak prosa dan seni bahasa. Emas tanpa perempuan adalah arang. Mutiara tanpa perempuan adalah seenggok batu. Pendapat dan pandangannya berisikan bahasa hati yang mampu dibaca. Keberadaan perempuan mengajarkan arti kepergian dan perambungan. Pertemuan dan perpisahan. Kerugian dan kebingungan. Ketidakpedulian dan tuduhan.
Di antara perempuan-perempuan, terdapat Khadijah yang menjadi simbol etika. Khadijah mempunyai istana di surga yang terbuat dari bambu surga. Tak ada keletihan dan keributan di sana. Di antara perempuan-perempuan ada Aisyah binti Abu Bakar. Ia pemilik ilmu, ketelitian dan kredibilitas. Ia disucikan dan suci. Ia memiliki kelembutan yang luar biasa dan keterpujian yang tinggi. Di antara perempuan-perempuan ada Fatimah binti Rasulullah, ibu dari Hasan dan Husain. Pemimpin wanita di dunia.
Perempuan Perhiasan Tertutup
Orang-orang kafir menginginkan agar perempuan bebas berhias dengan fitnahnya. Sedangkan Islam inginkan keterlindungan dan ketertutupan. Ketakwaan dan kebersihan. Agar menjadi bukti keindahan dan penerimaan. Orang-orang kafir ingin menginginkan perempuan tampil dengan pakaian menawan. Jika laki-laki terfitnah oleh dirinya, maka generasi keturunannya menjadi sia-sia.
Adam As di surga tanpa teman dan tanpa pendamping. Lama keberlangsungan masa itu menjadikannya kesepian dan membuatnya menjadi sulit. Maka Allah Swt menciptakan Hawa untuknya. Lalu terciptalah antara keduanya kesetiaan dan kebersihan. Pertemuan yang baik, perlakuan yang baik. Laki-laki tanpa perempuan seperti sebuah buku yang tak berjudul. Raja tanpa kerajaan. Sedangkan perempuan tanpa laki-laki ibarat padang pasir yang tak bertumbuhan dan tak ada pepohonan. Kebun tanpa bunga dan buah.
Perempuan jika baik perilakunya, suci jilbabnya, penuh kasih hatinya, maka rumah akan penuh keridhaan dan dunia menjadi tentram. Rumah tanpa perempuan adalah jalan tanpa petunjuk. Di saat perempuan melepaskan hijab, melawan hukum Islam, keluar dengan liar. Katakanlah selamat tinggal kesucian. Bagaimana istana bisa terlindungi tanpa penjaga. Air akan dijilat dan diminum oleh hewan liar. Maka, penghuni rumah haruslah menjaga dan melindungi.
Puisi untuk Perempuan
Perempuan, duhai siapakah engkau ini….
Jika jadi anak, ia adalah bidadari kecil ayah bunda
Permata yang siang malam dijaga keduanya
Jika jadi pasangan, ia adalah kesenangan terindah
Surga untuk pasangannya di dunia
Jika jadi orang tua, wahhh..
Surga itu telah berpindah di telapak kakinya, Ia bawa kemana-mana
Nabi pun membilangnya sebagai tiang, tatkala kehidupan adalah bangunan
Iyaa.. engkaulah tiang itu, Engkaulah perempuan
Perempuan adalah tiang negara
Jika perempuan baik, baiklah negaranya
Jika perempuan rusak, hancurlah negaranya
Engkaulah tiang dalam bangunan rumah tanggamu
Engkaulah sandaran bagi dinding, pintu, atap dan jendela
Nabi selalu benar dalam memilah istilah kata
Karena di rumahmu, semua urusan kepadamu bertumpuk
Maka sebagai tiang, engkau harus kuat tak tergoyahkan
Sebagai sandaran, kokohmu adalah karang di lautan,
Tidak rentan diterjang angin dan badai
“tapi aku tak sekuat itu” katamu, aku tak berdaya menghadapi kebrutalan dunia ini
“zaman semakin menggerusku, bebannya melumatku hingga luluh
Aku begitu lemah, aku tertindas, aku teraniaya”. Katamu pula…
Tunggu wahai perempuan, engkau lupa
Ada Allah dalam hidupmu, yang siap menanggung segala keluh
Ada Allah yang dalam harimu, sumber kekuatan yang penuh
Ada Allah dalam hatimu, jika kau serahkan padanya segala sesuatu,
Dia akan menjaganya hingga utuh
Maka dalam tiap gerimis kesedihan, hanyutkan dirimu dalam dzikir panjang malam-mu
Dalam tiap kerikil tajam di jalanan, benamkan wajahmu dalam sujud kepasrahan
Dalam tiap duka yang menyapa, hanyutkan air matamu dalam sungai kasih-Nya
Dalam tiap nestapa, larutkan pahit air matamu dalam manis cinta-Nya
Dan dalam tiap kelabu langitmu, panggillah nama-Nya
Allah … Allah … Allah …
Dan tunggulah hingga dia merubah mendungmu menjadi pelangi warna-warni..
Sumber :
Buku Berteduhlah di Taman Hati, karya Dr. Aidh bin Abdullah al-Qarni
Puisi Perempuan karya Ustadzah Halimah Alaydrus