Berinteraksi dengan Sesama Manusia Perspektif as-Samarqandi

Majalahnabawi.com – Islam adalah agama yang sempurna, karena mengatur segala aspek kehidupan. Tidak hanya mengatur urusan ibadah seorang hamba dengan penciptanya (hablum-minallah), tetapi juga mengatur urusan interaksi sosial (hablum-minannas). Mengenai urusan interaksi sosial, Rasulullah Saw. bersabda:

الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Hendaklah kalian melihat  dengan siapa ia  berteman.” (HR. Abu Dawud, Sunan Abu Daud, 4833).

Hadis ini menunjukan bahwa kita harus cerdas dalam interaksi sosial atau bergaul dengan sesama manusia, karena seseorang itu tergantung pada siapa dia berteman.

8 Kelompok Manusia dalam Pergaulan Menurut as-Samarqandi

Dalam hal pergaulan, Imam Abu Laits as-Samarqandi memberi nasihat dalam kitabnya Tanbihul Ghafilin bahwa ada 8 faktor yang penting dalam pergaulan:

من جلس مع ثمانية أصناف, زاده الله ثمانية أشياء

“Siapa saja yang sering duduk bersama 8 kelompok manusia, maka Allah akan memberinya 8 perkara:

Orang Kaya

من جلس مع الأغنياء زاده الله حب الدنيا والرغبة فيها

“Barang siapa yang sering duduk bersama orang-orang kaya, maka Allah akan menambahkan kepadanya cinta dunia dan semangat untuk mendapatkan dunia.”

Bergaul dengan orang kaya tidak hanya menambah cinta terhadap dunia, melainkan hati terkadang merasa tunduk kepadanya. Dalam masyarakat modern kehormatan seseorang sering kali dilihat dari harta kekayaan. Artinya semakin kaya raya seseorang, orang lain akan semakin kagum, segan dan hormat kepadanya. Penghormatan kepada orang kaya yang semata-mata karena kekayaannya adalah salah dalam ajaran Islam.

Orang Miskin

من جلس مع الفقرآء حصل له الشكر والرضا بقسمة الله تعالى

“Barang siapa sering duduk bersama orang-orang miskin, Allah akan menambahkan kepadanya perasaan syukur dan ridha atas pemberian-Nya.”

Duduk dan bergaul dengan orang miskin, memberi banyak pelajaran kehidupan dan kebijaksanaan, termasuk melatih diri untuk peduli dan memunculkan keinginan untuk berbagi. Seseorang akan senantiasa bersabar dan bersyukur dari pergaulan tersebut, tidak membuat sombong dan tinggi hati.

Pejabat

من جلس مع السلطان زاده الله القسوة والكبر

“Barang siapa sering duduk dengan para pejabat, Allah akan menambahkan kepadanya perasaan sombong dan keras hati.

Dalam hadis juga tertera:

من أتى باب السلطان افتتن

Siapa yang mendatangi pintu penguasa, maka akan terfitnah”. (HR. Ahmad, Musnad Ahmad, 8481)

Namun larangan dalam hadis tersebut tidaklah secara mutlak. Yang tidak dibolehkan yaitu mendatanginya tanpa darurat dan keperluan seperti karena dunia atau mudahanah (menjilat). Tetapi jika mendatanginya untuk memberi nasehat dan masukan yang baik itu dibolehkan.

Wanita

من جلس مع النساء زاده الله الجهل والشهوة

Barang siapa sering duduk dengan perempuan, Allah akan menambahkan kepadanya kebodohan dan syahwat.”

Islam telah menetapkan beberapa kriteria syar’i pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Tujuannya untuk menjaga kehormatan, melindungi harga diri dan kesucian, serta mencegah perzinahan dan terjadinya kerusakan.

Anak Kecil

من جلس مع الصبيان إزداد من اللهو

Barang siapa sering duduk dengan anak-anak kecil, Allah akan menambahkan kepadanya kelalaian dan senda gurau.”

Menemani anak kecil dalam aktifitasnya memang sangatlah penting, seperti bermain dan melakukan segala sesuatu yang membuatnya terhibur. Tetapi bermain dengan mereka sampai berlebihan juga tidak baik, karena dapat membuatnya lalai dalam aktifitas lainnya.

Orang yang Gemar Bermaksiat

من جلس مع الفساق إزداد من الجراءة على الذنوب وتسويف التوبة, أى تأخيرها

Barang siapa sering duduk dengan orang-orang fasik (gemar bermaksiat), Allah akan menambahkan kepadanya keberanian berbuat dosa dan kemaksiatan, kemudian menunda-nunda untuk bertaubat.

Dalam satu pandangan tertentu, berteman dengan orang fasik akan menyebabkan orang saleh menjadi fasik pula. Ibarat air yang memadamkan bara api, berteman dengan orang fasik akan memadamkan kesalehan seseorang. Selain pengaruh kefasikannya, berteman dengan orang fasik juga cenderung membuat seseorang lupa akan kefasikannya sendiri. Dalam kitab Al-Hikam karya  Ibnu Athaillah as-Sakandari, ia menyatakan:

 ربما كنت مُسيئا فأراك الاحسان منك صُحْبتُك أي انضمامك  إلى من هو أسوأ منك

Seringkali engkau melakukan sebuah keburukan, tapi karena engkau berteman dengan orang yang lebih buruk, maka pertemanan itu memperlihatkan seakan-akan engkau melakukan kebaikan”

Larangan tersebut berlaku apabila menjadi teman santai atau teman akrab mereka, tapi jika punya tujuan untuk merubahnya ke jalan yang benar, maka ini sangat baik.

Orang Shaleh

من جلس مع الصالحين إزداد في الطاعات

“Barang siapa sering duduk dengan orang-orang saleh, Allah akan menambahkan kepadanya kegemaran dalam amalan-amalan ketaatan.”

Ulama meyakini bahwa majelis orang-orang saleh merupakan salah satu obat hati yang sangat penting. Pergaulan dengan orang-orang saleh akan berpengaruh pada peningkatan kuantitas dan kualitas ketaatan seseorang.

Sayyid Bakri al-Makki dalam Kitabnya Kifayatul Atqiya menjelaskan keuntungan bergaul dengan orang-orang saleh:

وإنما كانت مجالسة الصالحين من الأدوية أيضا لأنها تورث الاقتداء بهم في أفعالهم وأقوالهم وأحوالهم

“Majelis orang-orang saleh termasuk obat hati, karena majelis orang saleh membuat seseorang tergerak untuk meneladani mereka baik secara perbuatan, perkataan, dan keadaan mereka”

Ulama

من جلس مع العلماء إزداد من العلم  والعمل

“Barang siapa yang sering duduk dengan para ulama, Allah akan menambahkan kepadanya ilmu dan amal.”

Tidak bergaul dan tidak bersanding dengan ulama lebih dari 40 hari bisa membuat hati seseorang menjadi keras serta memudahkannya untuk berbuat kemaksiatan dan terjerumus dalam kubangan dosa.

Pada 8 kelompok di atas, hanya ada 3 kelompok yang baik, yaitu kelompok faqir miskin, majelis ulama dan orang shaleh. Selebihnya kita tidak boleh mendekatinya kecuali ada kebutuhan dan bila ada kebutuhan, maka ambillah seperlunya.

Similar Posts