Budaya Islam; Menjaga, Bukan Merusak
Majalahnabawi.com – Manusia diberi amanah, tugas, dan misi yang khusus dari Allah Swt. Tugas dan amanah itu berupa menjaga, memelihara, melestarikan, mengelola, dan memakmurkan dunia ini demi kebaikan dan kesejahteraan bersama. Mengapa semua ini hanya Allah Swt. berikan kepada makhluk-Nya yang bernama manusia saja?
Sebenarnya Allah Swt. telah menawarkan tugas dan amanah itu kepada gunung, laut, dan bumi, tapi mereka menolak dengan alasan tidak mampu memikulnya. Jadi urusan itu pada akhirnya Allah Swt. serahkan kepada manusia yang merupakan makhluk berpikir. Dan sudah barang tentu Allah Swt. tidak sembarangan menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi ini.
Manusia Sebagai Khalifah di Muka Bumi
Misi kekhalifahan di muka bumi ini Allah Swt. berikan kepada manusia yang telah memenuhi kualifikasi yang unggul, prima, dan ideal, di antaranya beriman, bertakwa, dan memiliki ilmu pengetahuan. Karena tidak mungkin manusia bisa mengemban dan melaksanakan amanah itu dengan baik jikalau tidak memenuhi kualifikasi di atas.
Sejatinya misi kekhalifahan manusia itu identik dengan yang namanya peradaban atau budaya. Artinya, karena manusia itu makhluk yang sosial dan berpikir, akan melahirkan istilah budaya dan peradaban. Pastinya yang dikehendaki oleh Allah Swt. adalah peradaban atau budaya yang orientasinya adalah nilai-nilai keislaman. Karena budaya yang kita lestarikan harus bersumber dari ajaran Islam, maka lahirlah sebuah istilah yang kita kenal budaya atau peradaban Islam.
Al-Quran dan Hadis Menjadi Sumber Pasti Ajaran Islam
Di mana kita bisa cari sumber-sumber ajaran Islam tersebut? Jawabannya yang pasti adalah Al-Quran dan hadis. Karena di dua sumber itulah semuanya aturan tertulis, perkataan dan perbuatan seperti apa yang layak, benar, dan bernilai. Sehingga di sinilah nanti terlihat suatu perbedaan antara budaya Islam dan non Islam, apalagi dengan budaya sekuler yang tidak melibatkan ajaran agama dan cenderung free love dan free sex.
Peradaban dan budaya bercorak Islam tentunya yang paralel dengan ajaran Islam itu sendiri. Nilai ajaran dalam Islam, dalam aspek hukumnya dibungkus dengan istilah wajib, sunnah, makruh, mubah dan haram. Nah, aplikasi dari hukum tersebut jikalau kita budayakan seperti wajib menghormati orang tua dan sesama, mengharamkannya mabuk-mabukan, korupsi, membunuh dan semacamnya. Sunnah memakai wangi-wangian, bersiwak, dan lain sebagainya yang telah Nabi Muhammad Saw. contohkan. Dan yang makruh seperti merokok, dan mubah seperti melamar seorang perempuan dengan ungkapan sindiran. Nah tentunya budaya Islam tidak hanya terbatas pada persoalan tersebut, lebih luas lagi kalau kita melihat sejarahnya.
Menjadi Muslim Yang Menjaga Budaya Islam
Budaya Islam bisa kita ungkapkan dengan yang lebih umum. Pertama memelihara kemurnian dan kesucian aqidah, syariah, dan ibadah. Kedua menjaga keluhuran akhlak, moral dan budi pekerti. Ketiga memelihara kesucian atau nama baik nasab (keturunan). Keempat menjaga kesehatan jiwa, raga dan mental. Kelima menjaga akal sehat. Keenam menjaga lingkungan sosial dan alamiah. Seperti itulah kira-kira yang diinginkan oleh syari’at (Allah dan Rasul-Nya) kepada umat manusia dalam tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini.
Jadi, jikalau ada seorang muslim misalnya tidak menjaga budaya Islamnya, maka pada sejatinya dia telah berkhianat. Seperti banyak orang yang statusnya muslim tapi melakukan korupsi atau membunuh, memperkosa dan lain-lain padahal tau itu dilarang. Dan juga merusak lingkungan baik sosial maupun alamiah itu tidak sama sekali menggambarkan budaya Islam. Karena Allah Swt. menghendaki manusia menjadi khalifah supaya merawat dan menjaga keseimbangan bumi. Maka marilah kita sama-sama sadar dan mengingat kembali kemanusiaan kita, jangan turuti nafsu atau kepentingan individu!