Catatan Dakwah di Papua Sebagai Utusan Darus-Sunnah
Majalajnabawi.com – Katanya, saya diutus Darus-Sunnah untuk Ma’had IAIN Fattahul Muluk Papua. Dan sekarang saya memang berkegiatan di Ma’had IAIN Fattahul Muluk Papua. Kegiatan yang ingin kami istikamahkan di sini adalah salat berjamaah di Masjid, terutama Magrib, Isya, dan Subuh bersama mahasantri yang tinggal di asrama, baik putra maupun putri. Tidak hanya berjamaah salat, kami juga ingin istikamah dalam mengaji bakda Subuh dan bakda Magrib, dan sering kali belum selesai sehingga perlu adanya penundaan hingga masuk waktu Isya.
Kegiatan Ngaji Al-Qur’an di Ma’had IAIN Papua
Fokus utama mengaji kami di sini adalah Al-Qur’an, tentu permulaannya dengan membaca. Beberapa mahasantri di sini masih perlu belajar membaca Al-Qur’an. Sebagian yang lain sudah bisa membaca Al-Qur’an, hanya saja perlu pembiasaan agar lebih lancar. Bahkan di antara mereka ada yang sudah hafal beberapa juz Al-Qur’an, sehingga mereka mengajinya dengan sistem setoran hafalan. Selain mengaji Al-Qur’an, sesekali kita mengaji fikih, akidah, akhlak, hadis, sarraf, dan nahwu, namun tetap saja fokus utama kita adalah Al-Qur’an.
Untuk teman-teman mahasantri yang sudah bagus bacaan Al-Qur’annya, kami ingin masuk lebih dalam membaca pesan ayat-ayat Al-Qur’an. Jadi, untuk Al-Qur’an, kami mempunyai tiga kelompok. Kelompok Ula untuk teman-teman yang belajar membaca Al-Qur’an, dan ini menggunakan Iqro’. Untuk kelompok Ula ini saya dibantu oleh Ustaz Sultan dari Yayasan al-Qashwa, Yayasannya Ustaz Syukri, sekretaris Ma’had IAIN Papua. Kelompok kedua adalah Wusta. Di kelompok Wusta ini adalah teman-teman yang perlu banyak membaca Al-Qur’an agar bisa lancar, baik, dan benar dalam membaca Al-Qur’an. Dan yang ketiga adalah kelompok Ulya. Kelompok Ulya adalah teman-teman yang sudah lancar membaca Al-Qur’an. Andai perlu perbaikan, maka itu perbaikan yang tidak banyak. Di kelompok Ulya ini pula teman-teman yang menghafal Al-Qur’an.
Untuk kelompok Wusta dan Ulya yang tidak menghafal Al-Qur’an, kami membaca di hadapan guru satu ain setiap bakda Magrib, yang jika tidak selesai maka berlanjut bakda Isya. Satu ain artinya satu kumpulan ayat Al-Qur’an yang kurang lebih ada dalam satu halaman. Teman-teman wusta akan membaca dan saya menyimaknya dengan sesekali membantu perbaikan. Kita melakukan perbaikan secara bertahap dan tergantung apa yang perlu diperbaiki. Misalnya tentang konsistensi panjang dan pendek bacaan. Kita akan fokus pada perbaikan panjang pendek itu saja. Baru setelah panjang pendek konsisten, kami lanjut fokus pada perbaikan lainnya, misalnya ditahan atau tidaknya dengung nun sukun atau tanwin dan mim sukun. Jika tentang tahan atau tidaknya dengung sudah bagus, kita lanjut pada waqaf ibtida’ yang pas. Dan begitu seterusnya, tergantung kebutuhan.
Karena mahasantri yang mengaji cukup banyak, saya minta bantu pada musyrif dan musyrifah yang sudah dites sebelumnya dan sudah bagus bacaannya. Teman-teman Ulya yang menghafal Al-Qur’an, mereka setoran juga bervariasi. Untuk yang juz tiga puluh, ada yang setoran per surat. Adapun juz satu, ada yang setoran lima halaman, sembilan halaman, satu halaman, dan satu ain, sesuai apa yang hapalannya. Untuk teman-teman Ulya kami dorong untuk juga memahami makna dan pesan ayat-ayat Al-Qur’an. Yang saya maksud makna adalah arti setiap kata dalam Al-Qur’an. Yang saya maksud pesan adalah isi yang ingin disampaikan dalam satu ayat atau kumpulan beberapa ayat. jadi, kami mengartikan per kata kemudian mencoba menangkap apa pesan yang ingin disampaikan ayat itu . Tentunya terjemah Al-Qur’an bisa membantu dalam hal ini.
Kegiatan Mengajar di Yayasan Al-Qashwa
Selain di Ma’had IAIN Papua, kegiatan saya juga ada di Yayasan al-Qashwa. Yayasan al-Qashwa ini didirikan oleh Ustaz Syukri Nawir. Di Yayasan al-Qashwa ini ada PIAUD (Pendidikan Islam Anak Usia Dini) al-Qashwa, TK (Taman Kanak-kanak) al-Qashwa, SD (Sekolah Dasar) al-Qashwa yang masih sampai kelas tiga, dan TPQ (Taman Pendidikan al-Qur’an) al-Qashwa.
Pelaksanaan PIAUD, TK, dan SD yaitu pagi hari sampai Zuhur. Adapun TPQ yaitu pada jam dua sampai jam lima Waktu Indonesia Timur. Nah, kegiatan saya ada di TPQ dari jam dua sampai jam lima itu. TPQ ini kemudian dibagi menjadi tiga kelas: Ula, Wusta, Ulya. Dari tiga kelas ini pula saya terinspirasi untuk membagi tiga kelas juga di pengajian Al-Qur’an di Ma’had IAIN Papua. Nah, saya di kelas Ulya. Kelas Ulya di TPQ al-Qashwa adalah adik-adik yang sudah khatam membaca Al-Qur’an di Wusta. Di kelas Ulya adik-adik menghafalAal-Qur’an. Adik-adik menghafal Al-Qur’an mulai dari juz 30, lanjut juz 29, juz 28, juz 1, juz 2, dan seterusnya. Paling banyak di antara mereka adalah sudah di juz 2. Ada sekitar 4 anak. Beberapa yang lain masih di juz 1, juz 28, juz 29, dan juz 30. Sabtu dan Minggu TPQ ini libur. Sedangkan mengaji dan salat berjamaah Magrib, Isya, Subuh di Mahad IAIN tidak ada libur.
Membersamai Kuliah Mahasiswa Fakultas Tarbiyah
Adapun di pagi hari, saya bisa mengerjakan apa yang bisa saya kerjakan: membaca, menulis, menyiapkan kebutuhan belajar untuk teman-teman Mahad, dan lainnya. Khusus hari Senin dan Selasa, saya menemani Ustaz Syukri mengajar di Fakultas Tarbiyah. Ada tiga mata kuliah yang beliau ampu: Ilmu Kalam hari Senin jam pertama bersama teman-teman di Program Studi Tadris Matematika semester lima, Studi Hadis dan Hadis Tarbawi hari Selasa jam pertama bersama teman-teman di Program Studi Pendidikan Agama Islam semester satu, dan hari Selasa Jam kedua bersama teman-teman di Program Studi Tadris Matematika semester satu.
Untuk Ilmu Kalam, kita telah mulai dan selesai mempelajari lima puluh sifat: dua puluh sifat wajib Allah, dua puluh sifat mustahil Allah, satu sifat jaiz Allah, empat sifat wajib rasul, empat sifat mustahil rasul, dan satu sifat jaiz rasul. Selanjutnya kita rencana mempelajari kitab al-Jawahir al-Kalamiyyah yang membahas rukun iman yang enam. Baru kemudian kita bisa membahas aliran-aliran akidah dalam ilmu kalam.
Untuk Studi Hadis dan Hadis Tarbawi, kita mulai dengan mengenal hadis dan mempertanggungjawabkan apakah benar sebuah kutipan adalah hadis atau bukan. Untuk mengetahui suatu kutipan yang mengatasnamakan Nabi adalah benar-benar hadis atau bukan, kita cek, apakah benar ada di kitab hadis bersanad, atau tidak. Selanjutnya, untuk kitab hadis bersanad sebagai permulaan kita coba mengenal sembilan kitab hadis (al-kutub al-tis‘ah): Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ Muslim, Sunan Abī Dāwūd, Sunan al-Tirmiżī, Sunan al-Nasā’ī, Sunan Ibn Mājah, Sunan al-Dārimī, Muwaṭṭa’ Mālik, dan Musnad Aḥmad. Kemudian, kita ambil satu contoh: Ṣaḥīḥ al-Bukhārī bahwa di dalamnya ada beberapa kitab. Dalam satu kitab ada beberapa bab. Dalam satu bab ada hadis atau beberapa. Semua di kitab hadis sembilan tersusun begitu kecuali satu kitab Musnad Aḥmad.
Dari beberapa kitab dalam Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, kita ambil satu contoh: Kitāb al-‘Ilm. Dalam Kitāb al-‘Ilm kita ambil satu contoh: Bābu Raf‘iṣ Ṣauti bil ‘Ilm. Dalam bab tersebut kita ambil contoh satu hadis tentang sabda Nabi, “wailul lil a‘qābi minan nār.” Satu hadis ini kita coba mulai pelajari sanadnya. Kemudian, kita coba takhrīj (mencari sanad lain) menggunakan aplikasi Jāmi‘ al-Kutub al-Tis‘ah dan buat pohon sanad. Sementara perkuliahan masih sampai pada pohon sanad ini. Selanjutnya, kita berencana membahas bagaimana memahami hadis, ilmu hadis, hadis-hadis tarbawi lainnya, dan seterusnya.
Adapun Studi Al-Qur’an dan Tafsir Tarbawi, kita mulai dari Mushaf Al-Qur’an. Kita mulai dengan pembagian Mushaf Al-Qur’an: secara kuantitas dibagi menjadi 7 manzil, 30 juz, 60 hizb, 240 rubu‘ (mungkin yang teman-teman tahu sementara ini hanya 30 juz). Secara kualitatif terbagi menjadi 114 surah, 6236 ayat, dan 558 ruku‘ (ruku‘ adalah kumpulan ayat yang ditandai dengan huruf ‘ain di ujung ayat terakhir). Kemudian kita coba mengenal tanda baca di dalamnya, seperti tanda waqaf, tanda panjang, dan tanda-tanda lainnya. Selanjutnya kita mulai mengenal aplikasi dan terjemah Al-Qur’an. Kita mulai dengan aplikasi Al-Qur’an dari Kemenag yang di dalamnya ada terjemah, tafsir wajiz (ringkas), dan tafsir tahlili (uraian). Sementara kita baru sampai di sini. Selanjutnya, kami berencana mempelajari ayat-ayat tentang pendidikan dengan terjemahan, tafsir, dan ilmu-ilmu Al-Qur’an. Tentunya pembahasan ilmu Al-Qur’an tidak secara rinci seperti di Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, karena ini adalah mata kuliah Studi Al-Qur’an dan Tafsir Tarbawi di Program Studi Tadris Matematika semester satu.
Selain di Ma’had, Yayasan, dan Fakultas, terkadang saya diminta menyampaikan khotbah Jumat di masjid-masjid daerah Jayapura.