Cukup Sekali

Rasionalika.darussunnah.sch.id x Majalahnabawi.com – Amar makruf nahi mungkar memang diperintahkan dalam agama. Namun, apakah hal ini harus dilakukan terus menerus sampai orang bersangkutan mau menurutinya atau dicukupkan dengan satu kali himbauan meskipun tidak dihiraukan?

Jawaban menyangkut hal ini bisa kita temukan dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitabnya:

حَدَّثَنَا ‌أَبُو الْيَمَانِ قَالَ: أَخْبَرَنَا ‌شُعَيْبٌ، عَنِ ‌الزُّهْرِيِّ قَالَ: أَخْبَرَنِي ‌عَلِيُّ بْنُ حُسَيْنٍ: أَنَّ ‌حُسَيْنَ بْنَ عَلِيٍّ أَخْبَرَهُ: أَنَّ ‌عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ أَخْبَرَهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‌طَرَقَهُ وَفَاطِمَةَ بِنْتَ النَّبِيِّ عَلَيْهِ السَّلَامُ لَيْلَةً فَقَالَ: أَلَا تُصَلِّيَانِ؟. فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَنْفُسُنَا بِيَدِ اللهِ، فَإِذَا شَاءَ أَنْ يَبْعَثَنَا بَعَثَنَا، فَانْصَرَفَ حِينَ قُلْنَا ذَلِكَ، وَلَمْ يَرْجِعْ إِلَيَّ شَيْئًا، ثُمَّ سَمِعْتُهُ وَهُوَ مُوَلٍّ يَضْرِبُ فَخِذَهُ وَهُوَ يَقُولُ: {وَكَانَ الإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلا}

البخاري : أبو عبد الله محمد بن إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بَردِزبَة الجعفي البخاري

Artinya:
Ali bin Abi Thalib Ra. (w. 40 H) menceritakan pada putranya bahwasannya Rasulullah Saw. mendatanginya dan Fatimah di suatu malam, kemudian Beliau bertanya ‘apakah kalian tidak salat (tahajud)?’ . Maka aku menjawab, ‘Wahai Rasulullah, jiwa kami berada ditangan Allah, maka apabila Allah menghendaki membangunkan kami tentu kami akan bangun.’ Kemudian beliau berpaling ketika aku mengatakan demikian dan tidak menghiraukanku sedikitpun, lalu beliau menepuk pahanya sembari melantunkan ayat Al-Qur’an {وَكَانَ الإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلا}

H.R. Bukhari (194 H – 256 H: 62 tahun)

Istifadah:

Hadis ini menceritakan kepedulian Rasulullah Saw. kepada keluarganya. Beliau rela untuk menyambangi rumah menantunya dan menembus gelapnya malam demi mengingatkan anggota keluarganya agar menunaikan salat malam.

Kemudian pengorbanannya ini ditanggapi dengan sebuah ungkapan pembenaran yang dilontarkan oleh Ali bin Abi Thalib atas perilakunya. Mendengar hal itu Rasulullah Saw. langsung beranjak pergi dan tidak menghiraukannya apalagi memarahi dan memaksanya. Beliau hanya bergumam dalam hatinya.

Hal ini menunjukkan, bahwa seseorang dalam usahanya menegakkan amar makruf nahi mungkar tidak boleh memaksakan kehendaknya, terlebih lagi pada hal-hal yang bukan kewajiban dalam agama. Cukup baginya untuk mengingatkan, kemudian setelah itu semua menjadi tanggungan masing-masing individu.

Wallahu a’lam

Similar Posts