Dinamika Kodifikasi Hadis dari Masa ke Masa; Propaganda Elektabilitas Periode Ke-5

Majalahnabawi.com – Perkembangan ilmu hadis pada abad keempat dan kelima berada di puncak tertinggi pencapainnya, di kedua periode ini kemajuan ilmu hadis berkembang sangat pesat, dari pembelajaran ilmu hadis, pengkodifikasian hadis, peluncuran kitab-kitab dan pengelompokannya dari beberapa tokoh besar di periode tersebut hingga pemetaan penyebarannya yang semakin meluas. Lebih tepatnya, periode keempatlah masa keemasan dalam pasang surut kodifikasi hadis pula fluktuasi ilmu hadis.

Mengapa periode keempat disebut periode paripurna? Karena, pada abad inilah kitab-kitab hadis ternama dan terpopuler seperti Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, kitab-kitab Sunan, kitab Jawami’ bertunas yang kemudian tumbuh, berkembang di periode selanjutnya sampai akhirnya berbunga dan berbuah sehingga karya beliau-beliau masih harum semerbak hingga saat ini, manis buahnya pun mampu kita kenyam, kitab-kitab yang menjadi mashadir ula (rujukan pertama) dalam dunia per-hadis-an.

Kenapa Abad Kelima Disebut Puncak Kejayaan?

Abad kelima dinisbatkan sebagai punjak kejayaan karena pada periode setelahnya ilmu hadis sudah tidak lagi berkembang dan mengalami staknasi. Lantas benarkah hanya alasan ini yang memicu adanya tilikan tersebut? lalu, dimana letak kemajuan itu? Ada pula yang mengatakan bahwa periode kelima merupakan periode kemunduran. Kira-kira apa saja fator yang menyulut adanya asumsi ini?

Penyaringan, penelitian, pemyisihan merupakan objek utama dalam kajian ilmu hadis di periode kelima. Karena pembukuan hadis dirasa telah rampung pada periode sebelumnya, sangat mustahil jika harus mengadakan atau melanjutkan pembukuan ulang. Di luar itu, pada periode ini juga mencondongkan pada tiga jobdes yakni, al-Jam’u (pengelompokan), al-Tartib (penyusunan dengan rapi/konsolidasi), al-Tadzhib (mendalami/mengalisis).

Pencapaian Abad Kelima

Beberapa pencapain di periode kelima:

  1. Menggabungan dua kitab sahih (Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim). Beberapa kitab hasil penggabungan ini salah satunya ialah kitab al-Jam’u bainahuma karya Ibnu al-Furat.
  2. Terdapat beberapa karangan dalam penghimpunan ini, salah satunya Jam’un baina Ahmad bin Razin.
  3. Penggabungan hadis dari kitab-kitab yang beragam, misalnya Mashabih al-Sunan karya Imam Husain bin Mas’ud al-Baghawi.
  4. Penyusunan kitab-kitab tentang hadis ahkam, contoh al-Sunan al-Kubra karya al-Baihaqy, al-Ahkam al-Shagir.
  5. Kitab-kitab Athraf, seperti kitab Athraf al-Shahihain.

Tradisi yang beredar di masa ini ialah penelitian, syarh, yang kemudian diringkas lagi, sangat seletif namun tidak mengurangi kepraktisannya sehingga mempermudah penyebarannya.

Faktor Kemunduran

Beralih kepada anggapan atau asumsi yang menyatakan abad kelima merupakan periode kemunduran dapat ditinjau dari dua aspek, pertama yaitu aspek kepemimpinan, atau teori pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) periode Islam memang berada dipeghujung keruntuhan bani abbasiyah, “Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Abbasiyah dan Dampaknya Terhadap Dunia Islam Kontemporer”. Islam mengalami masa keemasan (keemasan misalnya) pada masa Dinasti Abbasiyah namun mengalami kemunduran dan kehancuran setelah diserang oleh tentara Mongol.

Menurut Watt, faktor kemunduran Dinasti Abbasiyah adalah luas wilayah, ketergantungan pada tentara bayaran, dan kemunduran ekonomi. Sedangkan menurut Badri Yatim yaitu persaingan antar bangsa, kemerosotan ekonomi, konflik agama, dan ancaman dari luar (Perang Salib dan serangan tentara Mongol). Dari aspek inilah yang kemungkinan mendatangkan asumsi bahwa abad kelima merupakan periode kemunduran bukan kemajuan.

Kedua, kapabilitas tidak adanya industri lagi dalam pengkodifikasian hadis melainkan hanya sebuah modifikasian saja. Jika dibadingkan dengan pencapaian masa sebelumnya, sudah sangat jelas bahwa tragedi ini merupakan sebuah kemunduran, namun, sebaliknya jika kita bandingkan dengan periode setelahnya yang sangat nyata adanya staknasi di sana, jelas ini merupakan suatu pencapain atau kemajuan.

Bisa dianalogikan begini, setiap abad memiliki skala prioritas, situasi, kondisi, problematika dan standarisasi masing-masing, tidak elok jika kita, membanding-bandingkan periode satu dengan yang lain.

Similar Posts