Ekofeminisme; Perempuan dan Alam

Majalahnabawi.com – Perempuan yang identik dengan sebuah ketaatan, kesalehan dan ketundukan memberikan keterbatasan terhadap kehidupan yang mereka miliki. Pasalnya banyak orang menganggap mereka lemah, penuh dengan perasaan, dan bersikap lembut sering kali orang-orang menempatkan mereka pada posisi inferior.  Demikian, jika berbicara mengenai perempuan maka tidak lepas dari kesetaraan gender di mana terjadinya ketidaksetaraan yang muncul akibat kontruksi budaya yang membentuk di ruang lingkup sosial.

Berangkat dari hal ini, banyak dari para pakar feminisme telah mengkaitkan perempuan dengan alam yang terbentuk dari dualisme yaitu laki-laki atas perempuan dan alam atas kebudayaan. Keterkaitan antara perempuan dan alam yang kita kenal dengan ekofeminisme muncul pertama kali pada tahun 1974 pada buku yang berjudul Le Feminisme ou la mort. Dari buku tersebut mengungkapkan pandangan mengenai keterkaitan keduanya yakni adanya  hubungan langsung antara opresi terhadap perempuan dan opresi terhadap alam.

Konsep Keibuan

Keterkaitan ini memuncukan dualistik yang menyebut bahwa perempuan dialamkan dan alam difemininkan. Perempuan dan alam dapat kita katakan sebagai konsep keibuan. Keduanya dapat kita sebut ibu, yang kemudian kesamaan ini dapat kita 2analogikan terhadap ketergantungan struktural anak pada ibu dan manusia pada alam. Penyebutan alam semesta kita sebut Ibu Pertiwi begitupun feminism berorientasi kepada perempuan yang juga merupakan sosok ibu. Mengapa demikian? Hal ini banyak yang menstigmatisasi bahwa perempuan dengan alam saling berkaitan dalam lingkungan yang bisa mendapatkan perilaku eksploitasi hingga pelecehan. Dalam arti, perempuan yang mendapatkan penindasan sebagaimana alam yang juga mendapatkan perilaku eksploitasi.

Firman Allah tentang Perempuan dan Alam

Dalam perspektif non- feminisme, hubungan dengan alam hakikatnya tidak hanya terjadi pada perempuan namun juga laki-laki. Namun dalam hal ini, jika kita lihat dalam perspektif gender di mana sering terjadinya streotipe yang memunculkan opresi terhadap perempuan maka para feminism telah melihat bagaimana alam juga mengalami kerusakan oleh para lelaki.  Menurut Warren, alam dan perempuan dapat rusak oleh pemikiran yang patrirkis, hierarkis, dan opresif. “Jika laki-laki adalah tuan dari alam, jika laki-laki telah diberi kekuasaan atas alam, maka ia mempunyai kendali tidak saja atas alam, tetapi juga atas perempuan. Apapun yang dapat laki-laki lakukan terhadap alam dapat dilakukan kepada perempuan” (Putnam Tong, 1998). Persamaan perempuan dan alam juga telah Allah gambarkan dalam ayat Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 233 yaitu  :

نِسَآؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ فَأْتُوا۟ حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ ۖ وَقَدِّمُوا۟ لِأَنفُسِكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّكُم مُّلَٰقُوهُ ۗ وَبَشِّرِ ٱلْمُؤْمِنِينَ

Artinya : “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman”. (Q.S Al-Baqarah {2}: 233)

Tafsir Al-Baqarah : 233

Dari ayat di atas dapat kita ketahui bahwa seorang istri banyak mendapat perumpamaan sebagai ladang bagi suami karena istri (perempuan) telah menyemai benih dari suami dan melahirkan anak-anak atas kehendak Allah sebagaimana ladang (tanah) yang menghasilkan buah-buahan. Perumpamaan perempuan dengan ladang merupakan persamaan perempuan dan alam. Maka, antara feminis dengan isu ekologi memiliki hubungan baik secara simbolik, linguistik dan konseptual.

Similar Posts