Eksplorasi Perjalanan Sufi dalam Klaim Bertemu Rasulullah
Oleh: Athia Mubarok
Majalahnabawi.com – Bagi kaum sufi orang yang telah bermimpi bertemu Nabi Saw., maka ia akan mengalami pertemuan secara langsung dengan beliau. Pertemuan secara langsung tersebut bukan sekedar “ngobrol-ngobrol”, tetapi biasanya Rasulullah Saw memberikan pesan-pesan tertentu. Pesan tersebut adakalanya berupa wirid, nasihat, himbauan dan sebagainya.
Selanjutnya jika merujuk kepada salah satu definisi hadis, yaitu segala sesuatu yang datang dari Rasulullah Saw, baik sebelum menjadi nabi (bi’tsah) maupun setelahnya, maka pesan-pesan yang Rasulullah Saw sampaikan, baik melalui mimpi maupun pertemuan secara langsung adalah hadis menurut kaum sufi.
Maka oleh karena itu penulis akan memaparkan beberapa tokoh ulama sufi yang mengklaim dirinya pernah bermimpi bertemu dengan Rasulullah Saw. dan pesan yang ia dapatkan dari Rasulullah Saw.
Al-Tijani
Beliau adalah pendiri al-Tharíqah al-Tijaniyah. Nama lain thariqah ini adalah Thariqah Muhammadiyah. Dasar penamaan ini, karena Syeikh Ahmad al-Tijânî mendapatkan semua ajaran Thariqahnya langsung dari Nabi Muhammad Saw dalam keadaan jaga, bukan melalui mimpi.70
Menurut Syeikh Ahmad al-Tijânî dasar ajaran thariqah adalah dengan memperbanyak membaca shalawat. Manfaat dari memperbanyak shalawat, lanjut Syeikh Ahmad al-Tijâni, sangat banyak di antaranya bisa bertemu langsung dengan Rasulullah Saw, bertanya langsung mengenai masalah-masalah keduniaan, dan tentang Hadis-hadis yang ternilai lemah oleh para Ahli Hadis, sementara para sufi mengamalkan Hadis-hadis tersebut.” Syeikh Ahmad al-Tijânî mengatakan bahwa semua ucapannya berasal dari Nabi Muhammad Saw.
Oleh karena itu, semua wirid-wirid yang beliau ajarkan kepada murid-muridnya, semuanya berasal dari imla’ (dikte) langsung dari Rasulullah Saw dalam keadaan jaga, bukan melalui mimpi. Di antara wirid-wirid tersebut adalah wirid yang bernama Yaqûtah al-Haqaiq.
Abu Hasan al-Syadzili
Menurut pengakuan Abu Hasan al-Syâdzili, pada suatu hari ia pernah bertemu langsung dengan Rasulullah Saw. Dalam pertemuan itu, Rasulullah Saw. memberinya sebuah wirid ter tentu, wirid tersebut bernama Wirid al-Bihar. Adapun terjemah wirid tersebut sebagai berikut:
“Tuhanku, mudahkan dan jangan persulit kami, wahai dzat yang memudahkan seluruh kesulitan dengan benar. Ba, Ta, Tsa, dan seterusnya. Basmalah adalah pintu kami, Tabâraka adalah tembok kami, Yasin adalah atap kami Kaf ya ‘Ain Shad adalah pelindung kami, Ha Mim ‘Ain Sin Qaf adalah pengetahuan kami, dan seterusnya.
Ketika orang-orang memperotes eksistensi wirid ter sebut, Syeikh Abu Hasan al-Syadzili berkata: “Demi Allah, aku menerima wirid tersebut huruf per huruf langsung dari Rasulullah Saw”.
Ibnu ‘Arabi
Dalam muqaddimah karyanya, Fushush al-Hikam, Ibnu ‘Arabi menyatakan bahwa ia pernah bertemu Rasulullah Saw sekitar tanggal 20 bulan Muharram tahun 627 H. di Damaskus Berikut penuturan Ibnu ‘Arabi:
“Aku melihat Rasulullah Saw. Dalam mimpi yang diperlihatkan kepadaku pada sepuluh terakhir Bulan Muharram tahun 627 H di Damskus. Beliau memegang buku dan bersabda kepadaku, Ini Buku Fushush al-Hikam, ambillah dan bawalah kepada manusia, semoga mereka mendapatkan manfaat dengan buku tersebut. Aku berkata, Aku dengar dan taat kepada Allah, Rasul-Nya, dan para pemimpin dari kalangan kami sebagaimana diperintahkan kepada kami. Setelah itu aku mewujudkan harapan, mengikhlaskan niat, dan memurnikan semangat hingga keluarlah buku ini seperti ditentukan Rasulullah Saw tanpa penam- bahan dan pengurangan sedikit pun. Aku berdoa kepada Allah, semoga menjadikanku dan semua kondisiku termasuk ke dalam orang-orang yang tidak dikuasai setan. Aku juga berdoa semoga dengan apa saja jang ditulis dengan jari-jariku, diucapkan oleh lidahku, dan dikandung oleh hatiku, Allah memberiku pelajaran suci, bisikan rohani ke dalam hatiku dengan didukung pemeliharaan sehingga aku menjadi penerjemah wahyu dan tidak bertindak ngawur, agar wali-wali Allah yang tak lain adalah pemilik hati yang bersih dari keinginan-keinginan jiwa yang bisa dimasuki penipuan. Aku berharap kiranya ketika Allah mendengar doaku ini, maka Dia mengabulkannya, kemudian dia tidak menurunkan apa- apa kecuali yang Dia turunkan kepadaku dan tidak menurunkan apa- apa di tulisan ini kecuali yang Dia turunkan kepadaku. Aku bukanlah teorang Nabi dan bukan pula Rasul, namun aku adalah pewaris dan penjaga akhiratku.
Muhammad al-Suhaimi
Bersumber dari manaqib Muhammad al-Suhaimi, beliau adalah orang yang gemar membaca berbagai macam wirid sehingga merasa berat dan penat. Lantas ia pun memohon kepada Allah untuk mendapatkan petunjuk bagaimana wirid yang agak ringan tetapi baik. Setelah ia memohon kepada Allah, maka pada suatu saat Suhaimi mendapatkan “alamať” untuk masuk ke dalam Ka’bah lewat tengah malam pada suatu malam tertentu. Ketika Suhaimi masuk, dia bertemu Rasulullah Saw. dalam keadaan jaga bukan dalam keadaan mimpi, dan Rasulullah Saw, memberinya sebuah wirid.Wirid tersebut kemudian tenar dengan nama Awråd Muhammadiyyah