Empat Tingkatan dalam Melakukan Kebaikan dan Keburukan
Majalah Nabawi – Melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan adalah dambaan setiap orang. Meskipun tidak maksimal karena adanya godaan setan, namun sebagai makhluk yang berakal, terus berusaha memaksimalkan diri untuk selalu menjaga jiwa raga dari melakukan keburukan adalah sebuah keharusan. Mengutip pesan guru kami, Ustaz Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, “libatkanlah Allah dalam setiap gerak aktivitasmu”.
Tahukah kalian bahwa dalam melakukan kebaikan dan keburukan itu memiliki tingkatan? Kami kira kalangan santri sudah memahami tentang tingkatan tersebut. Karena penjelasannya terdapat dalam hadis Nabi riwayat Bukhari dan Muslim, loh. Apa lagi bagi santri Darus-Sunnah. Pelajaran hadis sudah seperti makanan sehari hari.
Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ -فِيْمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى-، قَالَ: «إِنَّ اللهَ كَتَبَ الحَسَنَاتِ وَالسَّيئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ: فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَة وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً
رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ بِهَذِهِ الحُرُوْفِ
Artinya: Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah ﷺ tentang hadis yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Tabaraka wa Ta’ala. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah menulis kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa yang berniat melakukan kebaikan lalu tidak mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat mengerjakan kebaikan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus lipat hingga perlipatan yang banyak. Jika dia berniat melakukan keburukan lalu tidak jadi mengerjakannya, maka Allah menulis itu di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna, dan jika dia berniat melakukan keburukan lalu mengerjakannya, maka Allah menulis itu sebagai satu keburukan.”(HR. Bukhari dan Muslim).
Berangkat dari hadis di atas, dapat dipahami bahwa dalam berbuat kebaikan dan melakukan keburukan pun ada tingkatannya serta mendapat ganjaran yang berbeda-beda. Hadis tersebut juga erat kaitannya dengan hadis Nabi yang menjelaskan tentang niat. Karena sejatinya semua pekerjaan yang kita lakukan berlandaskan dengan niat di dalam hati. Bagaimana tingkatan dalam melakukan kebaikan dan keburukan berdasarkan hadis di atas?
Ada empat tingkatan dalam melakukan kebaikan dan empat tingkatan dalam melakukan ataupun meninggalkan keburukan.
Empat Tingkatan dalam Berbuat Kebaikan:
1. Berniat melakukan kebaikan dan mengerjakannya, maka Allah mencatat 10-700 kebaikan.
2.Berniat melakukan kebaikan namun tidak mampu melakukannya bukan karena kesengajaan, maka Allah mencatat satu kebaikan yang sempurna baginya.
3.Orang yang terbiasa berbuat baik kemudian meninggalkannya karena uzur atau alasan syar’i, maka Allah tetap mencatat satu kebaikan yang sempurna baginya.
4.Jika berniat melakukan kebaikan dan menunda untuk melakukannya, maka Allah mencatat satu kebaikan baginya.
Empat Tingkatan dalam Berbuat Keburukan:
1.Berniat melakukan keburukan dan mengerjakannya, maka baginya satu keburukan.
2.Berniat melakukan keburukan kemudian meninggalkannya karena Allah, maka baginya satu kebaikan yang sempurna.
3.Berniat melakukan keburukan dan meninggalkannya karena uzur atau tidak mampu, maka baginya satu keburukan.
4.Berniat melakukan keburukan lalu meninggalkannya bukan karena takut kepada Allah dan bukan karena uzur, maka tidak ada catatan baginya. Tidak dicatat kebaikan, tidak pula dicatat keburukan.
Dapat dipahami bahwa Allah begitu sayang kepada hamba-Nya. Mengapa tidak? Ganjaran kebaikan yang Allah berikan kepada kita tidak setara dengan ganjaran ketika kita berbuat buruk dan bermaksiat kepada-Nya. Allah membalas dengan sepuluh kebaikan bahkan berlipat ganda sampai tujuh ratus kebaikan, sedangkan ketika berbuat buruk, Allah membalas dengan satu keburukan. Mengutip dawuh guru kami, KH. Zia Ul Haramein, “Ketika hendak meninggalkan keburukan, maka pastikanlah kita meninggalkannya karena Allah Swt.” Maukah kita melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan?
Wallahu A’lam…