Enam Fakta Unik Ramadhan di Hadhramaut
Majalahnabawi.com – Ramadhan merupakan momen spesial bagi umat Islam, maka dari itu berbagai cara unik digunakan untuk mengisi dan merayakannya. Hal tersebut juga berlaku di Yaman, khususnya wilayah Hadramaut yang terkenal sebagai “negeri sejuta wali”. Berbagai perayaan unik dan sakral dilakukan di Hadramaut hingga menjadi tradisi turun-temurun. Setidaknya ada beberapa fakta unik Ramadhan di Hadramaut yaitu:
a. Rakaat Shalat Tarawih yang Bervariasi
Shalat tarawih adalah shalat sunah yang dilakukan setelah shalat Isya pada bulan suci Ramadhan. Syekh Said Ba’shin dalam kitabnya Busyra al-Karim menyatakan bahwasanya, jumlah rakaat shalat tarawih adalah 20 rakaat, dan khusus penduduk Madinah 36 rakaat. Akan tetapi juga ada yang mengatakan 8 rakaat bahkan Syekh Nuruddin ‘Itr dalam kitabnya “I’lam al-Anam Syarah Bulugh al-Maram” menyatakan bahwasanya Rasulullah melakukan tarawih sebanyak 8 rakaat.
Akan tetapi di Hadramaut hal itu bukan menjadi masalah, bahkan di Kota Tarim, tarawih bisa mencapai puluhan bahkan ratusan rakaat. Hal ini dikarenakan tarawih adalah shalat mutlak, dan menurut Syekh Taqi Utsman dalam Fathu al-Mulhim syarah Shahih Muslim yang menukil dari banyak ulama bahwasanya Rasulullah Saw tidak memberikan batasan dalam shalat tarawih. Maka dari itu para ulama khususnya Hadramaut shalat tarawih hingga puluhan rakaat bahkan ratusan.
b. Diselenggarakan Shalat Tarawih Selepas Isya hingga Shubuh
Kalau Cordoba di masanya digelari “City of Light”, Hadramaut khusunya Tarim bisa digelari “City of Tarawih”. Hal ini disebabkan karena diselenggarakan tarawih dari selepas Isya hingga menjelang Subuh tanpa henti. Hal ini bisa dilakukan karena banyaknya masjid Tarim menyelenggarakannya dengan jam yang berbeda-beda. Ada yang memulai pukul 8 malam, ada juga pukul 9 dan seterusnya tanpa henti hingga menjelang Subuh. Karenanya orang-orang yang memiliki pekerjaan hingga malam bisa shalat berjamaah di masjid tanpa takut kehilangan rezeki dari pekerjaannya. Hal ini telah berlangsung turun temurun dan merupakan budaya yang dibanggakan di Hadramaut.
c. Rauhah Ramadhan
Rauhah bermakna “istirahat”, akan tetapi “istirahat” di sini berbeda. Rauhah yang diadakan di Hadramaut tak lain adalah kajian. Materi rauhah Ramadhan di Hadramaut juga telah ditentukan turun temurun yakni kitab hadis apapun judulnya dan Majmu’ah al-Mawaizh al-Ramadhaniyah oleh Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi yang berisi tentang nasehat rohani karena itulah hati menjadi tenang dan karena ketenangan hati inilah disebut “istirahat/rauhah”. Rauhah ini biasa diselenggarakan untuk “ngabuburit” menunggu adzan Maghrib.
d. Pembacaan Qashidah Qawafi, Fazaziyah, dan al-Watriyah Pasca Tarawih
Sudah menjadi kebiasaan masyarakat pada umumnya ketika selesai tarawih mengadakan pengajian dan ditutup dengan “jaburan”. Akan tetapi yang unik di Hadramaut, selepas shalat tarawih diadakan pembacaan Qashidah Qowafi, Fazaziyah dan al-Watriyah.
Qowafi adalah nama qashidah yang dinisbatkan kepada al-‘Allamah Abi al-Hub at-Tarimy al-Hadhramy seorang ulama abad 6 H. Fazaziyah adalah qashidah yang dikarang oleh dua ulama yaitu Imam al-Habib Abdullah bin Jakfar bin Mudhir Ba’lawi dan Syaikh al-Fadhil Abdul Qadir bin Muhammad al-Syajar. Sedangkan qosidah al-Watriyah fi Madhi Khairil Bariyyah dikarang oleh Muhammad bin Abdul Aziz al-Waraq. Tiga qasidah ini dibacakan dengan nada yang khas turun temurun dari para ulama Hadramaut.
e. Shalat Qadha 5 Waktu di Akhir Ramadhan
Merupakan sebuah tradisi Hadramaut ketika memasuki Jum’at terakhir pada bulan Ramadhan diadakan shalat qadha lima waktu. Amalan ini telah turun temurun dilakukan oleh para ulama, hingga Syekh Abu Bakar bin Salim mempopulerkannya. Menurut Syekh al-Qadhi al-Habib Salim bin Abu Bakar al-Haddar, karena amalan ini dilakukan di hari Jum’at pada sepuluh terakhir di bulan Ramadhan diharapkan pahalanya berlipat ganda dan seakan dapat menutupi shalat yang tidak sah selama setahun. Karena fadhilah inilah shalat qadha ini dipopulerkan.
f. Aktifitas di Malam Hari
Merupakan suatu keunikan negara Arab khususnya Yaman bahwasannya aktifitas masyarakat dilakukan di malam hari, adapun pagi hingga siang dilakukan untuk istirahat. Seakan dunia terbalik pagi hari digunakan untuk tidur dan malam digunakan untuk berdagang dan bekerja mengais rezeki. Hal ini berkebalikan di Indonesia yang mana aktifitas berjalan seperti biasa. Akan tetapi hal ini telah menjadi budaya bagi umat Islam khususnya Timur Tengah demi memaksimalkan ibadah di bulan Ramadhan. Maka tak jarang shalat Subuh ditunaikan dengan wudhu shalat Isya. Hal inilah yang mewarnai budaya Ramadhan di Hadramaut, Yaman bagaimana dengan Ramadhanmu?.