Epidemi Mesir Era Dinasti Mamalik
Majalahnabawi.com – Bila berbicara soal penyebaran penyakit, kita bisa mengklasifikasikannya menjadi 3 macam, yaitu endemi, epidemi, dan pandemi. Ketiga hal tersebut terklasifikasikan berdasarkan luas wilayah penyebaran suatu penyakit, mulai dari daerah kecil pada suatu negara, hingga seluruh dunia. Dari ketiga hal tersebut, pandemi menjadi topik yang paling sering diperbincangkan saat tulisan ini dibuat, yaitu pandemi covid-19. Namun, bila kita menelisik sejarah, baik endemi maupun epidemi, keduanya juga hangat diperbincangkan pada waktu dan tempat tertentu.
Salah satu epidemi yang pernah tejadi di dunia ini adalah epidemi Mesir yang terjadi sejak tahun 720 H/ 1359 M. Hal tersebut bertepatan dengan masa-masa akhir kekuasaan Dinasti Mamalik satu atau biasa disebut Mamalik Bahriah dan terus berlanjut hingga masa kekuasaan Dinasti Mamalik dua (Mamalik Burji).
Epidemi Mesir tidak terjadi pada satu waktu saja. Artinya, epidemi tersebut berlangsung dengan beberapa gelombang yang hadir pada waktu yang berbeda-beda. Sebut saja gelombang kedua yang terjadi pada tahun 749 H/ 1348 M yang menelan 11.000 korban dalam waktu satu hari dan puncak epidemi yang pada tahun 897 H/1491 M yang menelan 200.000 orang pada waktu satu hari.
Penyebab Terjadinya Epidemi Mesir
Adapun penyebab munculnya epidemi tersebut ialah munculnya penyakit menular dari hewan-hewan yang ada di Kairo, Mesir saat itu. Penyakit tersebut disebabkan oleh ketidakstabilan iklim dan pencemaran udara maupun air yang terjadi saat musim banjir. Hewan-hewan yang membawa penyakit itu kemudian menularkan penyakit yang dibawanya kepada penduduk Mesir saat itu. Dan sayangnya, penanganan dari pemerintah terhadap munculnya penyakit tersebut terhitung terlambat dan terlanjur menyebar luas hingga ke luar Kairo hingga bahkan mencakup seluruh wilayah Mesir.
Dampak Epidemi bagi Penduduk Mesir
Epidemi yang terjadi di Mesir saat itu tentu berdampak pada kehidupan masyarakat di sana. Bila diringkas, setidaknya ada 3 sektor yang terdampak Epidemi Mesir tersebut.
1. Sektor Ekonomi
Adanya epidemi pada masa itu mengakibatkan munculnya kelumpuhan di sektor ekonomi di negara terdampak wabah. Hal tersebut berpengaruh terhadap banyak hal dengan adanya krisis harga yang kemudian berpengaruh pada sektor-sektor kehidupan lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan pangan yang ada di pasar-pasar. Dari situlah komoditas-komoditas yang ada pun turut meroket harganya. Bahkan, hal tersebut pun menyebabkan masyarakat secara terpaksa memakan daging bangkai dan juga menguliti hewan-hewan yang ada, seperti kucing dan anjing. Bahkan beberapa sumber menyebutkan masyarakat saat itu pun terpaksa memakan bangkai manusia.
2. Sektor Politik
Pandemi tersebut pun memunculkan dampak yang besar pada sektor politik di Mesir pada masa Daulah Mamalik. Pada tataran kehidupan politik, kekacauan politik dan fitnah merebak karena rusaknya sistem administrasi. Hal tersebut pun membuat pihak penguasa melakukan pergantian pegawai dan kepala bagian yang tak berkompeten dengan yang lainnya, memindahkan otoritas kekuasaan yang dipegang oleh pegawai tersebut kepada pimpinannya langsung, maupun mengurangi kursi hakim dari empat madzhab yang ada, yang semula berjumlah 184 orang kemudian berubah menjadi 3 orang untuk masing-masing mazhab, hingga bahkan meniadakan pegawai dan kepala bagian pada beberapa bagian karena tidak dijumpainya orang yang berkompeten pada bidang tersebut karena pegawai dan kepala sebelumnya berguguran satu persatu karena adanya wabah ini.
3. Sektor Edukasi-Keagamaan
Sektor edukasi pun turut terdampak epidemi Mesir. Hal tesebut disebabkan oleh mandeknya kegiatan pembelajaran dan lingkar diskusi karena tidak dimungkinkannya melakukan kegiatan secara bersama-bersama sebagai bentuk kekhawatiran bila terkena penyakit ini. Kemunduran sektor ini pun juga diakibatkan oleh berhentintya kegiatan rihlah ilmiah lintas daerah dan negara karena banyaknya para ahli dan ulama dengan kompetensi nan beragam yang meninggal karena penyakit tersebut, seperti meninggalnya Imam Mahmud bin Abi al-Qasim al-Asbahani yang wafat pada karena wabah di tahun 749 H/ 1348 dan kedua putri Imam Ibnu Hajar al-Asqalani yang juga mengabdikan diri di bidang hadis dan meninggalkan pada tahun 819 H/ 1367 M.
Tindakan Pemerintah dan Masyarakat Mesir terhadap Epidemi
Meski terhitung terlambat menangani epidemi, upaya pencegahan dan penanganan pun tetap dilakukan pada masa itu. Seluruh elemen masyarakat, baik pemerintah, masyarakat, maupun ulama, bersinergi untuk menangani keberadaan epidemi yang terlanjur meluas tersebut.
1. Berdoa bersama dan melakukan serangkaian amalan secara berjamaah
Contohnya ialah yang terjadi pada tahun 822 H/ 1419 M, mereka berpuasa selama 3 hari dan kemudian bersama menuju ke gurun untuk memanjatkan doa kepada Allah.
Di waktu yang lain, mereka menyerukan untuk bertaubat, berdoa, menumpaskan kedzaliman, dan menyingkap kemungkaran, seperti zina dan meminum khamr, yang mereka yakini sebagai faktor munculnya peristiwa saat itu yang berdampak pada krisis sebagai salah satu bentuk hukuman dari Tuhan. Pada tahun 841 H/ 1437 M, negara menumpaskan semua sarang korupsi, khamr, dan narkotika. Para hakim dan pemerinah pun mendesak orang-orang untuk menghentikan perbuatan maksiat dan meningkatkan ketaatan.
2. Menjauhkan hewan-hewan ke luar kota dan menutup daerah-daerah terdampak untuk mencegah penyebaran virus
Salah satu bentuk kebijakan yang ditujukan untuk menjaga kesehatan masyarakat sebagaimana yang umum dilakukan untuk mencegah tersebarnya wabah dan menghindarkan diri dari keterjangkitannya ialah memutuskan agar masyarakat tidak mememasuki daerah-daerah terdampak, pemandian umum, pasar-pasar, dan menghindari kerumunan. Hal tersebut merupakan rekomendasi dari para ahli yang ada di masa itu.
3. Membebaskan tawanan yang dirasa kesulitan, baik ekonomi, pangan, dan lainnya
Pemerintah menyerukan untuk membantu masyarakat yang terbebani dengan masalah agar Allah pun meringankan mereka, para penduduk Mesir beserta penguasanya, dari permasalahan yang mereka terima. Salah satu yang mereka lakukan ialah dengan membebaskan para tahanan dari penjara dan menutup seluruh penjara yang ada di Kairo dan Mesir.
Walaupun demikian, pencurian dan beraneka ragam kejahatan tak dijumpai kala itu berkat banyaknya pihak yang bersedekah dan melakukan kebajikan lainnya. Salah satu contohnya ialah kegiatan bagi-bagi daging hewan sembelihan yang dilakukan oleh pemerintah yang meliputi 150 ekor kambing gemuk dan sembelihan lain dengan jumlah yang banyak yang meliputi daging sapi, kerbau, unta. Daging-daging tersebut kemudian dibagikan kepada semua kalangan seperti yang mereka lakukan dengan membagikan 28.000 potong roti kepada khalayak umum.
Membuat keputusan-keputusan yang dianggap mampu mencegah tersebarnya wabah
Salah satu bentuk keputusan yang ada pada masa itu ialah menyerukan kepada negara untuk berfokus menangani sektor ekonomi dengan menyediakan dan membagikan kebutuhan konsumsi harian, melawan monopoli, serta menaikkan bea dan cukai. Hal tersebut terjadi pada tahun 819 H/ 1419 M.