Esensi Tahun Baru Masehi dalam Perspektif Islam

Majalahnabawi.com – Detik-detik pergantian tahun merupakan salah satu momen yang paling dinanti sebagian besar umat manusia di muka bumi. Lebih-lebih masyarakat kita terutama kaum muda-mudi yang selalu gegap gempita merayakannya. Banyak yang menghabiskan malam tahun baru dengan konvoi keliling kota, kumpul bersama keluarga, berwisata atau pergi ke alun-alun kota untuk menikmati kilauan kembang api di malam pergantian suasana.

Indonesia yang mayoritas umat Islam pun tak luput dari perayaan tahun baru masehi. Poin yang menjadi persoalan utamanya adalah apa sebenarnya esensi dari perayaan tahun baru Masehi? Berfoya-foya dan berhura-hura dengan meniup terompet sambil menyaksikan dentuman kerasnya suara kembang api? Menghambur-hamburkan uang di tengah banyak terpaan bencana yang melanda negeri? Atau hanya sekedar ikut-ikutan tren seperti acara-acara yang disiarkan oleh televisi? Mari hendaknya kita renungkan kembali.

Tahun baru Masehi sejatinya bukanlah hari raya umat Islam, karena pada dasarnya peristiwa ini merupakan bagian dari mitologi romawi. Irene Handono yang merupakan pendiri Ponpes Muallafah Irene Center seorang mantan biarawati mengungkapkan bahwa Januari adalah penggambaran dari Dewa Janus, dewa dalam legenda romawi yang disebut dewa permulaan dan akhir, gerbang, transisi, waktu dan dualitas. Ia memiliki dua wajah, satu menghadap kebelakang dan satu menghadap kedepan. Wajah menghadap belakang memiliki korelasi dengan masa lalu dan wajah menghadap kedepan berhubungan dengan masa depan atau yang akrab kita dengar dengan istilah ‘resolusi’. Artinya dalam sejarah romawi dewa ini mampu melihat ke masa lalu dan ke masa depan pada saat yang bersamaan.

Pada intinya bagi mereka merayakan tahun baru masehi berarti mengikuti tradisi orang romawi yang menganut paham paganisme yaitu kepercayaan yang meyakini bahwa menyembah berhala atau patung dewa-dewi dapat mengubah nasib. Semoga Allah mencerahkan dan mencurahkan umat Islam dengan ilmu dan amal.

Asal-usul Perayaan Tahun Baru

Dilansir dari suaraislam.id menyebutkan bahwa dalam buku The World Book Encyclopedia tahun 1984, volume 14 halaman 237 Raja Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai awal tahun baru sejak abad ke-46 SM untuk dipersembahkan pada dewa Janus.
Sungguh benarlah hadis Rasullah Saw. yang menyatakan:

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (lubang biawak yang kecil), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim)

Hal ini jelas bukanlah ajaran Islam dan merupakan bentuk tasyabbuh alias menyerupai tradisi orang-orang kafir. Jika hanya sekedar silaturahmi dan berkumpul bersama keluarga, makan bersama tentu ini bukanlah masalah, karena memang bertepatan dengan momen liburan dan tak memiliki atensi dan intensi.
Padahal umat Islam memiliki tahun barunya sendiri yaitu Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram, tapi entah kenapa masyarakat kita lebih gemar memeriahkan tahun baru masehi dibandingkan dengan tahun baru hijriyah. Inilah yang harus menjadi perhatian kita terutama para pemuda-pemudi Islam.

Jadi, apa esensi tahun baru masehi dalam Islam? Al-Quran adalah kitab suci yang komplit memang tidak menyebutkan secara eksplisit ayat tentang tahun baru masehi, tapi Al-Quran memberikan isyarat apa esensi dan hakikat tahun baru yang seungguhnya, hal ini tercantum dalam Al-Quran surah Ali Imran dan Al-Hasyr.

Berdzikir dan Bertafakkur Mengingat Allah

    إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ . الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

    “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran: 190-191)

    Berdzikir dan bertafakkur tentang Allah dan ayat-ayat kauniyah-Nya, ini esensi pertama. Tafakkur dalam artian bukan hanya sekedar berpikir, melainkan mengambil pelajaran dan hikmah dari penciptaan makhluk Allah bahkan dari seekor nyamuk sekalipun atau bahkan yang lebih kecil dari itu.

    Al-Quran meminta manusia untuk mengingat betapa Maha Kuasanya dan Maha Besarnya Allah, mengintrospeksi diri berapa banyak dosa yang telah diperbuat selama setahun ini. Bukan malah berhura-hura dan bersuka ria, hal ini sesuai dengan kalam ulama terdahulu yang mengatakan: “berpikir sesaat lebih utama daripada beribadah sepanjang malam”, bukankah seharusnya ini yang kita lakukan di malam tahun baru?

    Resolusi dalam Islam yang Sesungguhnya

    يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

    “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Hasyr: 18)

    Tahun baru masehi selalu diidentikkan tentang resolusi atau tujuan dan harapan yang ingin dicapai, itulah yang dikatakan oleh masyarakat kita pada umumnya, padahal Al-Quran 14 abad yang lalu sudah mencetuskan apa itu resolusi yang sesungguhnya, yaitu memperhatikan dengan teliti dan sungguh-sungguh apa yang harus diperbuat untuk hari ini, esok, dan masa yang akan datang.
    Resolusi dalam pandangan Islam merupakan visi dan tujuan yang jauh ke depan, menuju surga-Nya di mana kita kekal selama-lamanya di dalamnya. Lantas, bagaimana caranya? Bertakwa semaksimal mungkin, itulah resolusi. Adakah kita memikirkan resolusi untuk menuju ke surganya Allah? insyallah pasti ada.

    Semoga tulisan singkat ini bisa sedikit bermanfaat terutama untuk pribadi penulis dan para pembaca sekalian, agar kita menjadi insan yang lebih baik dan tidak FOMO (Fear Out Missing Out) alias ikut-ikutan merayakan tahun baru masehi. Wallahu a’lam.

    Similar Posts