Hakikat Ilmu pada Surah Al – Baqarah Ayat 282

Majalahnabawi– Surah Al – Baqarah selain merupakan surah terpanjang di dalam Al – Qur’an juga memiliki ayat terpanjang tepatnya pada ayat 282 yang mana ayatnya tertulis satu halaman penuh sebanyak 15 baris seolah makna yang tersirat tidak bisa dipisahkan dengan 2 ayat atau lebih, tetapi harus tuntas dituangkan pada 1 ayat tersebut.

Pada awalan ayat ini Allah SWT menjelaskan pentingnya menulis atau mencatat ketika seseorang kondisinya sedang memiliki hutang piutang, pentingnya tidak memberatkan tuntutan kepada penulis maupun saksi, pentingnya menghadirkan saksi-saksi untuk mencegah lupa ketika memiliki hutang piutang, pentingnya menuliskan batas waktu atau masa tempo hutang piutang. Inilah makna yang dijelaskan pada Surah Al – Baqarah ayat 282 yaitu mengenai persoalan hutang piutang dan hal yang berkaitan dengan kepentingan seseorang yang memiliki hutang piutang maupun orang yang dihutangi.

Ilmu Muamalah yang Terkandung di Dalamnya

Pada konteks tema secara garis besar ayat 282 surah Al – Baqarah memberikan penjelasan berkaitan dengan ilmu muamalah, bahwa Allah Swt memerintahkan setiap orang beriman untuk memperhatikan kegiatan muamalah dengan seksama antar sesama manusia sebab untuk mencapai tujuan عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ  saling ridho/suka sama suka antara kalian” yang terdapat pada Q.S. Surah An – Nisa [4] :29 yang kemudian pada penghujung ayat inilah Allah SWT berfirman وَاتَّقُوا اللّهَ وَيُعَّلِمُكُمُ اللّهُ   yang artinya “dan bertakwalah kepada Allah, dan Allah memberikan pengajaran kepada-mu”.

Ketika Allah memperintahkan setiap hamba untuk bertakwa, maka salah satu hasil dari takwa itu adalah Allah akan memberikan pengajaran atau ilmu kepada hamba tersebut sebagai hiasan dan pakaian terbaik orang – orang beriman. Pada kesempatan setiap hari jum’at setiap khotib dituntut untuk mengingatkan para jama’ah untuk menjaga diri dengan terus meningkatkan takwa kepada Allah, sebab takwa menjadi tolak ukur seorang hamba dengan kedekatannya dengan Allah Swt. Semakin kuat takwanya semakin dekat juga kedudukannya dengan Allah.

Pendapat Ahli Tafsir

Terdapat pada kitab Tafsir as-Sa’di karya Syeikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di pakar tafsir abad 14 H, dimana beliau menafsirkan penghujung ayat 282 Al – Baqarah, bahwa dengan ketakwaan seseorang bisa memperoleh ilmu lebih jelas lagi senada dengan firmanNya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” Q.S. An – Anfal [8] :29.

Menurut Al – Imam Al – Ghazali rahimahullah dalam kitabnya Minhajul ‘Abidin ada 3 makna yang menjelaskan takwa didalam Al – Qur’an,

Pertama : Takwa yang Bermakna Takut Serta Tunduk.

وَاٰمِنُوْا بِمَآ اَنْزَلْتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ وَلَا تَكُوْنُوْٓا اَوَّلَ كَافِرٍۢ بِهٖ ۖ وَلَا تَشْتَرُوْا بِاٰيٰتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۖوَّاِيَّايَ فَاتَّقُوْنِ ٤١

“Berimanlah kamu kepada apa (Al-Qur’an) yang telah Aku turunkan sebagai pembenar bagi apa yang ada pada kamu (Taurat) dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya. Janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga murah dan bertakwalah hanya kepada-Ku.” Q.S. Al-Baqarah [2] :41

Kedua : Takwa yang Bermakna Mentaati dan Beribadah.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ١٠٢

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” Q.S. Ali ‘Imran [3] :102

Ketiga : Takwa yang Bermakna Membersihkan Hati dari Berbagai Dosa

Takwa dengan makna ini dapat ditemukan dalam firman Allah yang berbunyi:

وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَيَخْشَ اللّٰهَ وَيَتَّقْهِ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ ٥٢

“Siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” Q.S. An-Nur [24] :52

Nasihat Bagi Para Penuntut Ilmu

Pesan utama para penuntut ilmu yaitu nasihat takwa karena untuk mendapati suatu ilmu, faktor alamiah tidak mampu menentukan status keilmuan yang dimiliki apakah ilmu itu memiliki nilai manfaat atau justru mudarat. Untuk itu menghilangkan ketidakjernihan suatu ilmu kita mesti menjaga nilai-nilai takwa kepada Allah yang memiliki segalanya di alam semesta. Dikatakan oleh Syeikh Az – Zarnujiy dalam kitab Ta’limulmuta’allim salah satu perkara untuk mendapatkan ilmu bagi seseorang yaitu حِرْصٍ عَلَى تَحًصِيلِهِ memiliki ambisi, وَصطِبَارٍ عَلَى مِحَنِهِ وَبَلِيَّاتِهِ  bersabar menghadapi berbagai ujian ilmu dan berbagai cobaannya, وَطُولِ زَمَانٍ dan waktu yang panjang.

Antara Takwa dan Ilmu

Kolerasi antara takwa dan keilmuan seseorang sangat menentukan nilai daripada status ilmu tersebut apakah ilmu itu dapat menjadi manfaat ataukah hanya sebagai bumerang mudaratnya sebagaimana Al – Qur’an dapat menjadi syafa’at jika kita mengamalkan isi kandungan dan rajin membaca ataupun mentadabburinya, di sisi lain Al – Qur’an juga bisa menjadi laknat bagi orang-orang yang berpaling darinya, menjauhkan dirinya, bersikap tidak peduli dengan bacaan maupun isi kandungan Al – Qur’an. Penghujung ayat 282 Al – Baqarah berisi perintah Allah untuk bertakwa, kemudian Allah berfirman وَيُعَلِّمُكُمُ الله setelah patuh bertakwa maka pasti Allah akan memberikan suatu pengajaran kepadanya menurunkan suatu ilmu kepadanya.

Keutamaan Ilmu

Keutamaan ilmu dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam ungkapan hadits yang begitu sangat panjang.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ، وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِمَّا مَنْ فِي الْمَاءِ، وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا، وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat akan menutupkan sayap-sayapnya untuk murid ilmu dengan rida atas apa yang ia lakukan. Dan sesungguhnya semua makhluk di langit dan di bumi, bahkan ikan-ikan di laut pun memohonkan ampunan untuk orang yang berilmu. Kelebihan seorang ‘alim atas ‘abid adalah seperti kelebihan bulan purnama atas segala bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, namun mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambil ilmu itu, maka dia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud)

Semoga kita semua dapat menjadi penuntut ilmu yang selalu mendapatkan penjagaan dan keridhoan Allah SWT Aamiiin

Similar Posts