Hakikat Ilmu (QS. Al-Baqarah: 282)
Majalahnabawi.com – Surah al-Baqarah selain merupakan surah terpanjang dalam al-Quran juga memiliki ayat terpanjang. Tepatanya pada ayat 282 dari total 6236 ayat yang terkandung dalam al-Quran. Ayat tersebut mengisi satu halaman penuh sebanyak 15 baris. Pada awal ayat Allah Swt menjelaskan pentingnya mencatat hutang piutang. Ayat tersebut juga menghendaki agar tidak memberatkan tuntutan kepada penulis maupun saksi. Selain itu, di dalamnya juga terdapat pesan akan pentingnya menghadirkan saksi untuk mencegah kelupaan ketika memiliki hutang piutang. Dan tak lepas juga pentingnya menuliskan tempo hutang piutang. Inilah makna yang terkandung dalam surah al-Baqarah ayat 282. Dalam kata lain, ayat tersebut menyimpan makna terkait pentingnya memperhatikan muamalah.
Memperhatikan Muamalah, Berujung Takwa
Secara garis besar ayat 282 surah al-Baqarah memberikan penjelasan berkaitan dengan muamalah. Bahwa Allah Swt memerintahkan setiap orang beriman untuk memperhatikan muamalah antar sesama dengan seksama. Hal tersebut tak lain untuk mencapai tujuan saling ridha, atau suka sama suka ( عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ). Dalam al-Quran redaksi tersebut terdapat pada QS. an-Nisa [4] :29, yang kemudian pada penghujung ayat inilah Allah Swt berfirman وَاتَّقُوا اللّهَ وَيُعَّلِمُكُمُ اللّهُ. Artinya “dan bertakwalah kepada Allah, dan Allah memberikan pengajaran kepadamu”. Ketika Allah memerintahkan hamba untuk bertakwa maka salah satu hasil dari takwa itu adalah Allah akan memberikan pengajaran atau ilmu kepada hamba tersebut sebagai hiasan dan pakaian terbaik bagi orang beriman. Takwa menjadi tolak ukur seorang hamba dengan kedekatannya dengan Allah. Semakin kuat takwanya semakin dekat juga kedudukannya dengan Allah.
Takwa Membawa kepada Ilmu
Terdapat pada kitab Tafsir as-Sa’di karya Syeikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di pakar tafsir abad 14 H beliau menafsirkan penghujung ayat 282 al-Baqarah, bahwa dengan ketakwaan seseorang bisa memperoleh ilmu lebih jelas lagi, senada dengan firman-Nya,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. al-Anfal [8] :29)
Menurut al-Imam al-Ghazali dalam kitabnya Minhajul ‘Abidin ada 3 makna yang menjelaskan takwa dalam al-Quran, sebagaimana berikut:
Takwa Bermakna Takut serta Tunduk
وَاٰمِنُوْا بِمَآ اَنْزَلْتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ وَلَا تَكُوْنُوْٓا اَوَّلَ كَافِرٍۢ بِهٖ ۖ وَلَا تَشْتَرُوْا بِاٰيٰتِيْ ثَمَنًا قَلِيْلًا ۖوَّاِيَّايَ فَاتَّقُوْنِ ٤١
“Berimanlah kamu kepada apa (al-Quran) yang telah Aku turunkan sebagai pembenar bagi apa yang ada pada kamu (Taurat) dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya. Janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga murah dan bertakwalah hanya kepada-Ku.” (QS. al-Baqarah [2] :41)
Takwa Bermakna Menaati dan Beribadah
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ١٠٢
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali ‘Imran [3] :102)
Takwa Bermakna Membersihkan Hati dari Berbagai Dosa
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ وَيَخْشَ اللّٰهَ وَيَتَّقْهِ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ ٥٢
“Siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. An-Nur [24] :52)
Bagi para penuntut ilmu, untuk menghilangkan ketidakjernihan suatu ilmu, dilakukan dengan menjaga nilai-nilai takwa kepada Allah. Syeikh al-Zarnujiy dalam kitab Ta’limulmuta’allim menyatakan salah satu perkara untuk mendapatkan ilmu bagi seseorang yaitu حِرْص عَلَى تَحًصِيلِهِ (memiliki ambisi), وَصطِبَارٍ عَلَى مِحَنِهِ وَبَلِيَّاتِهِ (bersabar menghadapi berbagai ujian ilmu dan berbagai cobaannya), وَطُولِ زَمَانٍ (waktu yang panjang).
Kolerasi antara takwa dan keilmuan seseorang sangat menentukan nilai dari pada status ilmu tersebut, apakah ilmu itu dapat menjadi manfaat ataukah hanya sebagai bumerang mudarat.
Keutamaan Ilmu
Keutamaan ilmu dijelaskan oleh Rasulullah Saw dalam ungkapan hadis yang begitu sangat panjang:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ، وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِمَّا مَنْ فِي الْمَاءِ، وَفَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا، وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat akan menutupkan sayap-sayapnya untuk murid ilmu dengan rida atas apa yang ia lakukan. Dan sesungguhnya semua makhluk di langit dan di bumi, bahkan ikan-ikan di laut pun memohonkan ampunan untuk orang yang berilmu. Kelebihan seorang ‘alim atas ‘abid adalah seperti kelebihan bulan purnama atas segala bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar atau dirham, namun mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambil ilmu itu, maka dia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud)
Semoga kita semua dapat menjadi penuntut ilmu yang selalu mendapatkan penjagaan dan keridhaan Allah Swt. Amin.