Harmonisasi Nilai Pancasila dan Agama

Majalahnabawi.com – Tentu saja Pancasila itu bukan agama dan tidak terlahir untuk menggeser apalagi mengganti posisi wujud formalisme agama. Pancasila adalah ideologi negara yang lahir, salah satunya, untuk menjadi payung bagi seluruh umat beragama. Dengan begitu, mereka bisa mengamalkan keyakinannya sesuai agama masing-masing dengan tenang dan penuh penghayatan. Kalau diperhatikan secara seksama, dari lima sila-nya tidak ada yang bertentangan dengan agama. Semua agama memiliki basis legitimasi teologis untuk mengokohkan visi metafisis dan sosiologis setiap sila.

Semua sila melambangkan upaya pelestarian nilai-nilai agama dalam kehidupan bernegara secara koheren dan simultan. Satu sila dengan lainnya saling menguatkan, tidak bisa terpisah secara parsial-fragmentaris. Kalau tidak memiliki cita-cita, menerapkan ajaran Islam misalnya, maka bumikanlah Pancasila secara kaffah.

Nilai Universal

Nilai-nilai ideologi yang disebut Bung Karno sebagai philosofische grondslag ini bersifat universal. Melintasi batas-batas agama formal dan bahkan menampung seluruh kearifan yang terbentang sepanjang garis khatulistiwa, sehingga kehadirannya diterima semua kalangan. Ideologi negara Indonesia ini mampu memberikan jawaban memuaskan, baik bagi kelompok sekuler maupun religius, bagi kalangan sosialis atau pun nasionalis.

Pancasila menjadi jalan tengah dari pancawarna ideologi yang dicari sejak awal abad ke-20 oleh manusia pergerakan. Dan, ideologi seperti inilah yang tidak dimiliki masyarakat muslim Timur Tengah sehingga nyaris setiap saat selalu terjadi bentrok berdarah, baik antarnegara maupun di dalam negara itu sendiri: antara masyarakat dan penguasanya. Satu sama lain melakukan pengakuan dan beranggapan di luar dirinya sebagai keliru, kafir, dan menyesatkan.

Pancasila-lah yang memberi kepastian tampil ke depan mengingatkan kelirunya kelompok radikal kanan dan ekstrem kiri yang hendak memaksakan pendiriannya, yang sesungguhnya tak mengakar di jantung kultural masyarakat Indonesia. Baik Islamisme (Darul Islam/NII) maupun komunisme (Partai Komunis Indonesia) gagal total bukan karena gerakannya menggunakan jalur kekerasan saja, melainkan juga ideologi yang ditawarkannya sama sekali tidak mengakar dan tidak bisa menawarkan penjelasan memadai tentang konsep bernegara dan relasinya dengan masyarakat multikultural.

Hubungan Pancasila dan Agama

Ke lima sila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan bangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan agama adalah ajaran sistem yang mengatur tata keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungannya. Pancasila dan agama juga memiliki hubungan mengenai prinsip ketuhanan, Pancasila mempunyai prinsip mengedepankan ketuhanan dengan mencantumkan sila pertamanya.

Bentuk aspek penyelenggaraan Pancasila harus berdasarkan atas nilai-nilai dalam Ketuhanan Yang Maha Esa, setiap aturan yang dibuat harus memperhatikan sikap toleransi antar beragama. Tetapi kenapa banyak orang yang sering membandingkan antara Pancasila dengan agama?

Pancasila dan agama adalah dua hal yang tidak dapat dibandingkan, kenapa? Tidak bisa dibandingkan karena agama berkaitan dengan hal-hal ketuhanan yang bersifat vertikal sedangkan ke lima sila ini adalah satu kode moralitas untuk hidup bersama dalam kehidupan yang majemuk. Pancasila meskipun bisa dibedakan oleh agama, tetapi bukan sesuatu yang bertentangan dengan nilai-nilai agama. Bahkan nilai-nilai Pancasila itu sebenarnya merupakan kristalisasi dari nilai-nilai universal agama.

Untuk mengembangkan nilai-nilai Pancasila dan memadukannya dengan agama, diperlukan usaha yang cukup keras. Salah satunya kita harus memiliki rasa nasionalisme yang tinggi dan saling menghormati. Ideologi negara ini dan agama dapat diaplikasikan seiring sejalan dan saling mendukung. Agama dapat mendorong aplikasi nilai-nilai Pancasila, begitu pula Pancasila memberikan ruang gerak yang seluas-luasnya terhadap usaha-usaha peningkatan pemahaman dan pengamalan agama.

Penolakan terhadap Pancasila Hari Ini

Kalau hari ini di tengah warga negara Indonesia ada yang menolak Pancasila atau diam-diam menggerogoti ideologi negara, sesungguhnya mereka tak hanya buta terhadap perjalanan bangsanya, juga tidak pernah mau belajar dari bangsa-bangsa lain yang tak pernah berhenti bersengketa. Mereka rabun baik dalam beragama maupun bernegara. Belum mendapatkan hidayah kultural, religius, atau pun fitrah kebangsaan. Mereka masih tersaruk-saruk di jalan menyimpang sambal tak henti mewiridkan sistem khilafah yang tak jelas.

Institusi semacam Badan Pembinaan Ideologi Pancasila bukan sekedar mengkhotbahkan dan memperbanyak kegiatan seremonial saja, tetapi bisa menanamkan nilai-nilai Pancasila sebagai oksigen kehidupan. Ia menjadi hemoglobin yang mengalirkan sel darah merah yang menyebar ke segenap warga. Melahirkan pemimpin yang Pancasilais yang layak diteladani dalam segenap hal, sehingga Ketika seseorang meminta contoh siapa sesungguhnya yang Pancasilais itu, kita dengan mudah menunjuk orang-orangnya. Dan, bukankah Pendidikan lewat keteladanan adalah cara paling ampuh? Memimpin lewat keteladanan adalah jalan mulia kenabian.

Similar Posts