|

Imam al-Bukhari; Sang Ulama Hadis Paling Kapabel di Masanya

Majalahnabawi.com – Imam al-Bukhari dianggap sebagai ulama hadis paling kapabel pada masanya. Beliau melanjutkan usaha para ulama dalam pengkodifikasian hadis. Sebenarnya tahap pengkodifikasian hadis telah berlangsung sebelum masa Dinasti Abbasiyah, akan tetapi masih dilakukan tanpa melalui standar verifikasi yang ketat sehingga masih bercampur antara hadis yang asli dan palsu. Pada masa Dinasti Abbasiyah usaha tersebut dilakukan dengan giat sebagai kelanjutan usaha para ulama sebelumnya. Mereka menyadari akan keutamaan hadis sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah al-Quran. Maka, mereka berusaha semaksimal untuk memverifikasi dan memvalidasi hadis agar dapat diterima sebagai sumber hukum Islam.

Sebelum verifikasi dan validasi hadis dilakukan, sebenarnya Imam Malik telah menyusun kitabnya yang terkenal yakni al-Muwaththa’. Penyusunan kitab tersebut sesuai bab per bab. Akan tetapi, hadis Rasul, perkataan sahabat dan fatwa tabi’in masih tercampur.

Maka, pada tahun 200 H Imam Ahmad bin Hanbal menyusun kitab hadis yang sesuai dengan perawinya. Akan tetapi, masih terdapat pula kekurangan yakni hadis yang sahih dan tidak belum terpisahkan. Oleh karena itu, pada awal abad ke-3 hijriyah para ulama melakukan verifikasi hadis secara maksimal dan salah satu ulama yang popular pada saat itu adalah Imam al-Bukhari.

Biografi Imam al-Bukhari

Pada tahun 194 H pada salah satu kota di Uzbekistan yaitu al-Bukhara, lahirlah seorang ulama besar. Beliau adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim Ibn al-Mughirah bin Bardizah al-Bukhari atau yang kita kenal sebagai Imam al-Bukhari. Pada saat itu ia menempati posisi puncak yang tak ada seorang pun ulama yang menyamainya dalam studi hadis. 

Imam al-Bukhari lahir di lingkungan yang sangat mendukung, ayahnya Ismail ibn Ibrahim adalah seorang ulama besar. Beliau mendengar hadis secara langsung dari Imam Malik ibn Anas pengarang kitab al-Muwaththa’. Dan ibunya adalah seorang yang sangat taat beribadah. 

Selain itu, Imam al-Bukhari lahir saat masa keemasan Dinasti Abbasiyah, yaitu pada akhir masa Harun al-Rasyid dan al-Makmun. Yang pada saat itu berbagai ulama besar lahir dengan berbagai keilmuan yang ada termasuk studi hadis. 

Saat usianya belum genap sepuluh tahun, beliau sudah menghafal berbagai hadis. Saat menginjak usia yang keenam belas, beliau telah menghafal kitab hadis kodifikasian Imam Abdullah Ibn al-Mubarak (118-181 H) dan Imam Waki’ (w.194 H).

Beliau merupakan ulama yang memiliki intelektual dan kecerdasan yang tinggi. Beliau memperkaya intelektualitasnya dengan berguru dan bertemu dengan berbagai ulama hadis dari berbagai belahan dunia. Imam Ibn hajar al-Asqalani, komentator Sahih al-Bukhari juga menyebutkan bahwa Imam al-Bukhari telah berguru kepada setidaknya 1080 ulama pada masa hidupnya. Pada al-Jami al-Sahih saja telah terekam kurang lebih 289 orang yang menjadi gurunya. Antara lain, Imam Ali ibn al-Madini (w.234 H), Imam Ahmad ibn Hanbal (164-241 H), Imam Yahya ibn Ma’in (158-233 H) dan Imam Ishaq ibn Rahawaih (w.238 H). Sedangkan murid-murid yang meriwayatkan hadis darinya dalam catatan Imam Ibn hajar terdapat kurang lebih 90.000 orang. Murid-muridnya yang populer antara lain adalah Imam al-Tirmidzi (209-279 H), Imam Muslim ibn Hajjaj (206-261 H) dan Imam al-Nasai (215-303 H). 

Karya-karya Imam al-Bukhari 

Seperti kita telah ketahui bahwa Imam al-Bukhari adalah seorang ulama yang memiliki kecerdasan dan keilmuan yang tinggi. Maka tak heran pula ketika banyak sekali karya yang beliau miliki. Karya-karyanya pun turut membantu memperkaya khazanah keilmuwan Islam. 

Karya-karyanya antara lain:

  1. al-Jami al-Sahih
  2. Adab al-Mufradat
  3. al-Tarikh al-Saghir
  4. al-Tarikh al-Ausath
  5. al-Tarikh al-Kabir
  6. al-Tafsir al-Kabir
  7. al-Musnad al-Kabir
  8. Kitab al-Ilal
  9. Kitab al-Hibbah
  10. Kitab al-Wijdan

Dan masih banyak lagi karya-karyanya yang lain. Warisan karya tersebut dianggap sangat bernilai dalam pembentukan peradaban Islam. Imam al-Bukhari wafat pada hari sabtu malam idul fitri tahun 261 H pada usia 62 tahun.

Karya Besarnya: al-Jami’ al-Sahih

al-Jami’ al-Sahih yang merupakan karyanya yang paling agung memiliki berbagai kriteria yang menjadikan kitab tersebut sebagai karya yang tidak diragukan lagi akan kevaliditasannya. Dan karya tersebut menempati posisi teratas di antara kitab hadis lainnya. Hal tersebut dikarenakan beberapa sebab antara lain:

  1. Imam al-Bukhari memiliki kriteria yang paling ketat dalam memverifikasi hadis. Antara lain, mensyaratkan pertemuan langsung antara guru dan muridnya, para perawinya harus memilki hafalan yang kuat serta integritas yang tinggi.
  2. Hadis-hadis dalam kitab al-Bukhari adalah hadis-hadis yang sangat populer pada masanya.
  3. Dalam setiap peletakan hadis pada kitabnya, ia selalu dalam keadaan suci dan melakukan salat Istikharah serta salat sunnah dua rakaat.
  4. Kitab tersebut memuat materi-materi keagamaan yang bersifat mendasar dan fundamental serta dianggap sebagai Usul al-Ahkam.

Latar belakang kepenulisan kitab al-Jami al-Sahih antara lain adalah belum adanya kitab hadis yang memuat hadis-hadis sahih dan mencakup berbagai permasalahan. Terdapat motivasi dari guru beliau yaitu Imam Ishaq ibn Rahawaih serta adanya motivasi dalam mimpinya.

Dalam penyusunannya, al-Jami al-Sahih memakan waktu selama enam belas tahun. Beliau memulai penyusunan sistematikanya di masjid al-Haram Mekah kemudian di masjid al-Nabawi, tepatnya di Raudhah, tempat antara makam Nabi dan mimbar lalu menyelesaikannya di kota kelahirannya, Bukhara. Kitab ini merupakan kitab hadis yang paling komprehensif yang di dalamnya membahas berbagai hal yang mendasar dari mulai permasalahan akidah, moral, tafsir, sejarah dan lain sebagainya.

Dari sini kita bisa melihat bahwa Imam al-Bukhari merupakan seorang ulama hadis yang paling kapabel di masanya. Ini bisa terlihat dari salah satu karyanya yang agung yaitu al-Jami’ al-Sahih al-Bukhari.

Similar Posts