Imam Ibnu Abi Syaibah dan Mushannafnya
Majalahnabawi.com – Secara etimologi, mushannaf berasal dari akar kata al-Shanfu (الصنف) yang berarti bagian (النوع والضرب). Secara terminologi, mushannaf ialah kitab yang memuat hadis-hadis marfu‘ dengan syarat ‘adalah rawi terakhir. Mushannaf juga merupakan kitab yang memuat atsar Rasulullah seperti periwayatan para sahabat, periwayatan tabi’in dari sahabat dan periwayatan tabi` al-tabi`in dari tabi`in. kitab yang memuat hadis mursal, munqothi‘, ma’lul dan maudhu‘. Kitab yang memuat beberapa pendapat sejumlah orang yang berbeda, sementara sang penulis bersikap obyektif dalam kitab tersebut, tidak memihak atau menentang pendapat atau mazhab tertentu.
Biografi Imam Ibnu Abi Syaibah
Sebagai seorang figur ulama hadis sekaligus ulama fikih, Ibnu Abi Syaibah ingin memberikan batasan-batasan hukum yang tegas sesuai dengan hadis-hadis dan atsar yang dipandangnya dapat dipertanggungjawabkan untuk dijadikan landasan hukum. Ibnu Abi Syaibah ingin menyajikan satu karya yang memuat tentang ensiklopedi hadis dan atsar yang membahas mengenai masalah-masalah hukum.
Nama asli Abu Bakar bin Abi Syaibah adalah Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim bin Usman al-Abasi. Lahir di Kufah pada tahun 159 H. Nama julukan Abu Syaibah bukanlah nama ayah dari Abu Bakar, akan tetapi nama julukan dari Ibrahim bin Usman al-Abasi yang tidak lain adalah kakek Abu Bakar sendiri. Syaibah terlahir dari keluarga yang mencintai ilmu pengetahuan, khususnya di bidang hadis. Hal ini dapat dilihat dari demikian populernya keluarga Abu Syaibah di kalangan ahli hadis di masanya.
Karir Keilmuan Imam Ibnu Abi Syaibah
Karir keilmuan Abu Bakar bin Abi Syaibah dimulai sejak kecil. Di samping belajar dari dalam lingkungan keluarganya sendiri, Abu Bakar bin Abi Syaibah sudah berguru ilmu hadis kepada sejumlah ulama besar ahli hadis yang memiliki integritas kepribadian dan keilmuan seperti Imam Syarik, Ibnu al-Mubarak, Abu al-Ahwash, dan sejumlah ulama lainnya yang berada di Kufah. Dalam Riwayat, Abu Bakar bin Abi Syaibah pun kemudian melakukan perjalan ke Basrah untuk menimba ilmu dan menulis setiap riwayat hadis yang diterimanya dari guru-gurunya dan mengajarkannya setelah pulang dari Basrah. Sempat mengajar hadis di Bagdad, ibu kota khilafah Abbasiyah. Bahkan dalam Tarikh Bagdad, Abu Bakar bin Abi Syaibah sempat mendapatkan sokongan finansial dari khilafah Abbasiyah untuk memerangi faham Mu`tazilah dan Jahmiyah.
Guru-guru dan Murid-muridnya
Beliau berguru dengan ulama Hijaz dan Iraq, yang jumlahnya sangat banyak. al-Mizzi menyebutkan dalam kitab terjemahnya bahwa guru dari Ibnu Abi Syaibah ada 121, bahkan ada yang berpendapat lebih banyak lagi yaitu sekitar 213.
Di antaranya adalah; al-Qodhi Syarik bin Abdullah (w. 177 H) dan beliau adalah syekh yang paling berilmu diantara yang lain, Abu Akhush Salam bin Salim (w. 179 H), Ismail bin Iyas (w. 181 H), Abdullah bin al-Mubarrok (w. 181 H), Khatim bin Wirdan (w. 184 H), Abdurrahim bin Sulaiman (w. 187 H), dan masih banyak lagi guru-guru beliau yang lain.
Sejumlah nama yang sempat menimba ilmu pengetahuan dari Abu Bakar bin Abi Syaibah atau meriwayatkan hadis dan atsar darinya, antara lain, Ahmad bin Hanbal, Muhammad bin Isma`il al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Abu Bakar bin Abi `Ashim, dan lain-lain.
Komentar Para Ulama
Dalam riwayat lain, sejumlah ahli hadis memberikan pujian terhadap Abu Bakar bin Abi Syaibah karena kekuatan hafalannya.
- Abu Zur’ah termasuk orang yang mengakui kekuatan hafalan Abu Bakar bin Abi Syaibah. Suatu ketika ia berkata: “Aku belum pernah melihat orang yang lebih kuat hafalannya ketimbang Abu Bakar bin Abi Syaibah”.
- Abu Ubaid dan Abu Qasim berkata: “Ilmu hadis bermuara pada empat orang; pertama, Abu Bakar bin Abu Syaibah adalah yang paling kuat hafalannya, Ahmad bin Hanbal yang paling menguasai ilmu fikih, Ibnu Ma`in yang paling banyak mengumpulkan hadis dan Ibnu al-Madini yang paling pintar
- Shalih bin Muhammad berkata: Orang yang paling alim di dalam hadis dan cacat-cacat-nya adalah ‘Ali bin Madini sedangkan yang paling baik hafalannya adalah Abu Bakar bin Abi Syaibah.
Metodologi Mushannaf Abu Bakar bin Abi Syaibah
Ibnu Abi Syaibah sebenarnya tidak banyak memberikan kritik terhadap hadis-hadis yang diterimanya dari guru-gurunya. Dalam memandang mana hadis atau atsar yang pantas untuk dimasukkannya ke dalam Mushannaf-nya,
Ibnu Abi Syaibah lebih bertumpu pada kriteria tsiqah dan ‘adalah menurut subyektifitas dirinya. Beliau tidak melakukan kritik terhadap mereka dan tidak menentukan kualitas hadis-hadis mereka dengan hukum-hukum tertentu.
Metode penulisan dalam kitab ini adalah membagi pasal-pasal dan bab-bab, dengan metode seperti ini akan memudahkan pembaca dalam mencari sesuatu yang sedang dibutuhkan.
Sistematika Kitab Mushannaf Abu Bakar bin Abi Syaibah disusun berdasarkan bab-bab fikih yang dimulai dari kitab al-Thaharah dan diakhiri kitab al-Jamal (wa al-Shiffin wa al-Khawarij).
Karakteristik Mushannaf Ibnu Abi Syaibah
Terdapat beberapa pendapat dan atsar yang berbeda dalam satu masalah, bahkan terkadang bertentangan satu sama lain.
- Terkadang Ibnu Abi Syaibah memasukkan pandangan-pandangan fiqhiyah ke dalam Mushannaf-nya yang dianggapnya secara pribadi sudah memenuhi standar sahih, tsiqah dan ‘adil.
- Setiap riwayat yang berasal dari guru-gurunya yang menurutnya tsiqah maka beliau mendahuluinya dengan kalimat akhbarahu atau anba’ahu. Terkadang beliau juga menyebutkan hadis tanpa didahului kalimat akhbarahu atau anba’ahu.
- Terdapat bab khusus yang menolak pandangan hukum Abu Hanifah. Salah satu hal yang membuatnya menolak pandangan-pandangan hukum Abu Hanifah karena beliau memandang terdapat perbedaan yang signifikan antara pandangan hukum Abu Hanifah dengan hadis-hadis Rasulullah.
Ibnu Abi Syaibah merupakan satu dari sejumlah ahli Hadis yang memiliki intergitas kepribadian tinggi di bidang Hadis dan Fikih. Kendati terdapat beberapa ulama yang memandangnya banyak berbuat kesalahan akan tetapi dengan penerimaan al-Bukhari dan Muslim atas riwayat yang disampaikannya maka seluruh prasangka minus atas Ibnu Abi Syaibah sudah terbantah dengan sendirinya.
Walaupun Ibnu Abi Syaibah secara pribadi memiliki integritas yang tinggi akan tetapi bukan berarti seluruh riwayat hadis yang ada di dalam kitab Mushannafnya secara otomatis bisa disebut sahih. Banyak di antara riwayat hadis Ibnu Abi Syaibah yang secara kualitas lemah karena secara historis metodologi kritik sanad dan matan baru mencapai bentuknya pada generasi al-Bukhari, sehingga kelemahan dalam hadis yang terdapat dalam Mushannaf tidak bisa dipikulkan kepada Ibnu Abi Syaibah. Kitab Mushannaf li Ibni Abi Syaibah adalah salah satu karangan terbaik Imam Ibnu Abi Syaibah. Kitab ini mencakup 40.754 hadis yang berkenaan dengan ahkam, bab-bab fikih. Riwayat Imam Bukhari, Ibn Abi Syaibah wafat pada bulan Muharram tahun 235 H. al-Khathib al-Bagdadi menambahkan dengan wafat di waktu Isya yang akhir.
Penulis: Wafa Sa’iedah Hasan dan Tuti Lutfiah Hidayah