‘Imron bin Hitthon, Muhaddits dan Sastrawannya Kaum Khawarij
Menyebut ‘Imron bin Hitthon sebagai ‘pembunuh’ sepertinya kurang tepat, apalagi seorang panglima, terjun langsung dalam pemberontakan bersama Khawarij pun tidak. Namun demikian, lisannya adalah senjata ampuh yang digunakan untuk membuat propaganda yang dapat memobilisasi massa, mengajak mereka kepada mazhabnya. Lebih tepatnya orang ini dijuluki sebagai ulama, muhaddits, dan sastrawan yang kekanan-kanan-an.
‘Imron bin Hitthon adalah seorang tabiin keturunan dari ‘Amr bin Syaiban bin Dzahl bin Tsa’labah bin Ukabah bin Sho’b bin Ali bin Bakr bin Wail. Penyair Khawarij dari golongan As-sufriyah, salah satu kelompok pecahan Khawarij. Kunyahnya adalah Abu Samak. Ia tumbuh di Basrah pada masa Bani Umayyah.
Sebelum condong ke kaum Khawarij, ia sangat cinta kepada kepada ilmu dan hadis. Bahkan ia pernah meriwayatkan dari beberapa sahabat yang masih hidup ketika itu, diantaranya pernah meriwayatkan hadis dari Ummul Mukminin Siti Aisyah, Abu Musa Al-‘Asy’ari, Ibnu Abbas dan Ibnu Umar.
Hadis-hadis yang diriwayatkannya dapat kita temui di beberapa literatur kitab hadis Sunni seperti Shahih Bukhori, Mujam Thobroni, Sunan Daruquthni, Shahih Ibnu Hibban, Sunan Abu Daud At-Thoyalasi, dan masih banyak lagi.
Hadis riwayatnya dalam kitab Shahih Bukhori salah satunya terletak pada bab memakai kain sutera bagi laki-laki, yaitu
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عُمَرَ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حِطَّانَ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ عَنْ الْحَرِيرِ فَقَالَتْ ائْتِ ابْنَ عَبَّاسٍ فَسَلْهُ قَالَ فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ سَلْ ابْنَ عُمَرَ قَالَ فَسَأَلْتُ ابْنَ عُمَرَ فَقَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو حَفْصٍ يَعْنِي عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا يَلْبَسُ الْحَرِيرَ فِي الدُّنْيَا مَنْ لَا خَلَاقَ لَهُ فِي الْآخِرَةِ فَقُلْتُ صَدَقَ وَمَا كَذَبَ أَبُو حَفْصٍ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَجَاءٍ حَدَّثَنَا حَرْبٌ عَنْ يَحْيَى حَدَّثَنِي عِمْرَانُ وَقَصَّ الْحَدِيثَ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar telah menceritakan kepada kami Utsman bin Umar telah menceritakan kepada kami Ali bin Al Mubarrak dari Yahya bin Abu Katsir dari Imran bin Hitthan dia berkata; saya bertanya kepada Aisyah R.A mengenai kain sutera, lalu beliau berkata; datanglah kepada Ibnu Abbas dan bertanyalah kepadanya, Imran berkata; “lalu aku bertanya kepada Ibnu Abbas, namun ia menjawab; “Tanyakanlah kepada Ibnu Umar, Imran melanjutkan; “Lalu saya bertanya kepada Ibnu Umar, dia menjawab; telah mengabarkan kepadaku Abu Hafsh Umar bin Al-Khatthab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Hanya saja yang mengenakan kain sutera di dunia, yaitu orang yang tidak mendapatkan bagiannya di akhirat kelak.” Maka kataku; “Benar, dan Abu Hafsh tidak mungkin berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Abdullah bin Raja` mengatakan; telah menceritakan kepada kami Harb dari Yahya, telah menceritakan kepadaku Imran lalu dia menceritakan hadis tersebut.”
Pada hadis itu ‘Imron bin Hitthon meriwayatkannya dari Ummul Mukminin Siti Aisyah Ra. Betapa gentingnya situasi ini. Di sisi lain ia adalah seorang Khawarij yang sudah bertentangan dengan Sunni, namun di sisi lain Imam Bukhori memasukan hadisnya ke dalam kitab shahihnya. Bukankah ia pernah bersyair memuji Ibnu Muljam, pembunuh sahabat Ali Ra?
Bahkan pernah ia pernah bersyair meratapi kematian Mirdas bin Udiyyah, seorang Khawarij tulen yang lebih dikenal dengan nama Abu Bilal.
يا عين بكيّ لمرداس ومصرعه # يا ربّ مرداس نِ اجعلني كمرداس
(ya ainun bakiyyun li Mirdasin wa mashro’ih # ya robbi Mirdasin nij’alni ka Mirdasin)
“Wahai mata yang menangis karena Mirdas dan kematiannya # wahai Tuhan Mirdas jadikanlah aku sepertinya”