Jangan Menunggu Ikhlas Ketika Ingin Beramal!

Majalahnabawi.com – Banyak orang yang beranggapan bahwa beramal harus didasari dengan keikhlasan. Jika tidak ikhlas, maka amalan tersebut tidak akan bernilai. Hal ini tentu saja menimbulkan keraguan bagi sebagian orang untuk beramal, karena mereka merasa belum mencapai tingkat keikhlasan yang sempurna.

Lantas benarkah pernyataan di atas, bahwa seseorang yang ingin beramal kebajikan harus menunggu ikhlas?

Dalam literatur Islam, ikhlas adalah ibadah yang terlaksana hanya bertujuan untuk mendekatkan diri dan meraih ridho Allah Swt semata tanpa tendensi lain. Bukan seperti ingin dipuji banyak orang, ingin terlihat orang suci dan lain sebagainya.

Sebagaimana hal ini telah Imam Qusyairi jelaskan lewat kitab karyanya ,Risalah Al Qusyairiyah sebagai berikut:

الإخلاصُ إفرادُ الحقِ سبحانه في الطاعة بالقصدِ، وهو أن يريدَ بطاعته التقرّبَ إلى الله تعالى دون شيء آخرَ، مِن تَصنُّعٍ لمخلوق. وقال: ويصحُّ أن يقالَ: الإخلاصُ تصفيةُ الفعلِ عن ملاحظةِ المخلوقين.

Artinya: “Ikhlas adalah engkau mengesakan Allah dalam mengerjakan ketaatan dengan sengaja. Melakukan seluruh ketaatan semata untuk mendekatkan kepada Allah tidak ada tujuan lain,  misalnya karena berpura-pura kepada perbuatan makhluk. Dan ia berkata; Ikhlas adalah memurnikan diri kepada Allah dari pandangan makhluk.

Namun pada prakteknya terkadang kita sulit untuk mencapai gelar ikhlas tersebut. Akibatnya kita takut dan menunda amal baik itu dengan alasan belum bisa meniatkanya murni untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Hal ini menyebabkan dilematis. Beramal tetapi takut tidak ikhlas atau menundanya sampai entah kapan bisa melakukanya dengan murni ikhlas karena Allah semata.

Pandangan Ulama Mengenai Menunda Amal Karena Tidak Ikhlas

Sayyid Abdurrahman Ba’lawi dalam kitabnya Bughayyah Mustarsyidin halaman 5, memberikan penjelasan terkait permasalahan ikhlas di atas. Penjelasan ini dapat menjadi angin segar bagi kalangan umat islam yang dilema antara berbuat baik tapi takut tidak untuk Allah swt. semata atau menunda perbuatan baik tersebut. Berikut penjelasan beliau:

وقد جاء رجل إلى أبي هريرة – رضي الله عنه – فقال: إني أريد أن أتعلم العلم وأخاف أن أضيعه، فقال أبو هريرة – رضي الله عنه- : ” كفى بتركك العلم اضاعة وقال الامام من مكايد الشيطان ترك العمل خوفا من أن يقول الناس انه مراء لأنه تطهير العمل من نزعات الشيطان بالكلية متعذر فلو وقفنا العبادة على الكمال لتعذر الاشتغال من العبادات وذلك يوجب البطالة التي هي أقصى غرض الشيطان

Artinya: ”Dan telah datang seseorang laki laki kepada sahabat Abu Hurairah ra. Pemuda tersebut berkata: ”Aku sebenarnya ingin belajar ilmu agama, tapi saya khawatir nanti malah menyiakan ilmu tersebut (tidak mengamalkan atau mengamalkan tapi tidak ikhlas atau sempurna). Kemudian sahabat Abu Hurairah menjawab:”Justru dengan engkau telah meninggalkan belajar ilmu agama, itu adalah menyianyiakan ilmu itu sendiri. Imam Haramain berkata: ”Sebagian dari tipu daya setan adalah meninggalkan amal kebaikan karena takut terjuluki “sok alim” oleh manusia, “sok suci”, dan lain lain. S esungguhnya membersihkan semua amal ibadah dari tipu daya setan dan nafsu itu tidak pernah bisa. Jika kita beramal menunggu sempurna, maka sampai kapanpun kita tidak akan bisa beramal.”

Dengan demikian pernyataan beramal harus menunggu ikhlas adalah tidak benar. Oleh karenanya kita tidak boleh menunggu sempurna dan ikhlas dalam beramal, tapi beramallah sampai kita ikhlas dan sempurna. Dan jika ada seseorang mengejek kita “sok alim” “sok agamis” dan lain sebagainya. Ketahuilah, ia sejatinya adalah utusan setan untuk menghalang halangi engakau beribadah.

Demikian penjelasan seputar jangan menunggu ikhlas ketika ingin beramal, semoga bermanfaat Wallahu alam bissawab.

Similar Posts