Kaidah Singkat Tentang Muhammad Guru Al-Bukhari
Majalahnabawi.com – Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keotentikan sumber-sumber ajarannya. Prinsip ini tercermin dalam cara Islam menjaga dan menyebarkan wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw., serta dalam upaya keras para ulama untuk memastikan bahwa ajaran Islam disampaikan tanpa penyimpangan dari sumber aslinya.
Oleh karenanya dalam ilmu hadis dikenal sebuah istilah dirosah al-asanid (kajian sanad) yang merupakan bagian terpenting dalam menyeleksi sebuah riwayat sebagai bentuk ikhtiar ulama saat memastikan kebenarannya.
Kesan Ambigu dalam Shahih Al-Bukhari
Dalam kitab Shahih al-Bukhari, adakalanya imam al-Bukhari (w. 256 H) menyebutkan seorang periwayat dengan namanya saja tanpa menyebutkan nama ayah, gelar maupun penisbatannya. Fenomena seperti ini memberikan kesan ambiguitas bagi Shahih al-Bukhari terhadap para pembacanya karena banyaknya nama yang sama, sedangkan yang dimaksudkan oleh imam al-Bukhari adalah satu orang tertentu.
Semisal guru imam al-Bukhari yang bernama Muhammad, adakalanya ia menyebutkan nama gurunya secara lengkap namun adakalanya ia menyebutkan tanpa nama ayah, gelar maupun penisbatannya seperti pada 2 redaksi Berikut ini:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ: حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: جَاءَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ أَبِي حُبَيْشٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللهِ، إِنِّي امْرَأَةٌ أُسْتَحَاضُ، فَلَا أَطْهُرُ، أَفَأَدَعُ الصَّلَاةَ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((لَا، إِنَّمَا ذَلِكِ عِرْقٌ وَلَيْسَ بِحَيْضٍ، فَإِذَا أَقْبَلَتْ حَيْضَتُكِ فَدَعِي الصَّلَاةَ، وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْسِلِي عَنْكِ الدَّمَ ثُمَّ صَلِّي. قَالَ: وَقَالَ أَبِي: ثُمَّ تَوَضَّئِي لِكُلِّ صَلَاةٍ، حَتَّى يَجِيءَ ذَلِكَ الْوَقْتُ))
حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنِ الْمُغِيرَةِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ هُنَيِّ بْنِ نُوَيْرَةَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: ((أَعَفُّ النَّاسِ قِتْلَةً أَهْلُ الْإِيمَانِ))
Pada kedua riwayat tersebut imam al-Bukhari meriwayatkan hadis yang berbeda melalui gurunya yang bernama Muhammad tanpa menyebutkan nama ayah, gelar maupun penisbatannya. Lantas bagaimana para pembacanya dapat mengetahui bahwa Muhammad guru al-Bukhari yang dimaksudnya adalah Muhammad bin Salam misalnya?
Guru Imam Al-Bukhari yang Bernama Muhammad
Ibnu Mandah (w. 395 H) dalam penelitiannya atas nama-nama guru imam al-Bukhari yang dituliskannya dalam sebuah kitab bernama Asami Masyayikh al-Imam al-Bukhari setidaknya memasukkan 60 perawi bernama Muhammad yang menjadi guru al-Bukhari, 10 di antaranya yaitu:
- Muhammad bin Ishaq
- Muhammad bin Basyar
- Muhammad bin Ja’far
- Muhammad bin Salam
- Muhammad bin Abban
- Muhammad bin Hatim
- Muhammad bin Sa’id al-Asbahani
- Muhammad bin al-‘Ala
- Muhammad bin al-Mubarak
- Muhammad bin al-Mutsanna
Banyaknya guru al-Bukhari yang bernama Muhammad menjadikan pengkaji hadis kesulitan dalam mengindentifikasi Muhammad pada kedua riwayat di atas. Namun tidaklah digelari dengan ungkapan Amir al-Mukminin fi al-Hadits melainkan ia meninggalkan indikator yang harus diingat oleh para pengkaji hadis yang ingin membaca kitabnya ini.
Kaidah Singkat Tentang Muhammad Guru Al-Bukhari
Untuk mengidentifikasi nama Muhammad yang ada pada tingkatan guru al-Bukhari perlu kiranya kita merujuk kepada catatan yang disusun oleh syeikh Fahd bin Ali Al-Kusyi atas apa yang ia bacakan kepada gurunya Syeikh Muhammad bin Abdullah al-Shumali yang ia namakan dengan al-Qawaid al-Mufidah fi Ma’rifah Asma al-Rijal al-Madzkurin fi Jami’ al-Imam al-Bukhari, supaya apa yang dimaksudkan oleh imam al-Bukhari tidak disalah pahami. Berikut kaidah singkat tentang Muhammad guru al-Bukhari:
- Jika Muhammad meriwayatkan hadis dari Abdullah bin al-Mubarak maka ia adalah Muhammad bin Muqatil al-Marwazi.
- Jika Muhammad meriwayatkan hadis dari Abu Mu’awiyah al-Dhorir atau Abdah bin Sulaiman maka ia adalah Muhammad bin Salam Al-Bikandi.
- Jika Muhammad meriwayatkan hadis dari Syu’bah bin al-Hajjaj maka ia adalah Muhammad bin Ja’far al-Bashri atau yang dikenal dengan nama Bundar. Begitupun jika seluruh perawi pada jalur periwayatannya adalah penduduk Bashrah.
- Jika seluruh perawi pada jalur periwayatannya adalah penduduk Madinah, maka ia adalah Muhammad bin Ja’far bin Abi Katsir bukan yang dikenal sebagai Gundar.
Maka untuk menjawab 2 riwayat di atas terkait siapa Muhammad yang dimaksud dapat kita pastikan bahwa pada riwayat pertama Muhammad yang dimaksud oleh imam al-Bukhari adalah Muhammad bin Salam al-Bikandi. Sedangkan Muhammad yang dimaksud pada riwayat kedua adalah Muhammad bin Ja’far al-Bashri.