Kajian Kitab Al-Washoya; Petunjuk Takwa dan Kerusakan Agama

Majalahnabawi.com – Kitab Al-Washoya karya Imam Abu Abdillah Al-Harits bin Asad Al-Muhasihi (w 243 H) merupakan salah satu kitab yang berisi wasiat-wasiat penting. Salah satu wasiat Imam Al-Muhasibi dalam kitab ini adalah perihal ketakwaan.
Dalam kitab ini sang penulis memanggil pembaca dengan redaksi “wahai saudaraku”. Ia menyampaikan dalam wasiat yang pertama bahwa orang-orang yang bertakwa itu sedikit dan orang yang mengikuti langkah mereka pun juga sedikit. Untuk itu, Imam Al-Muhasibi ingin menyampaikan pengetahuan yang ia miliki atas keutamaan ketakwaan.
Imam Al-Muhasibi menemukan bahwa para ulama yang memberikan nasihat mereka telah sepakat bahwa kebahagiaan seorang hamba di dunia dan akhirat itu adalah dengan berpegang teguh pada ketakwaan.
Lalu apa saja petunjuk bahwa seseorang itu bertakwa?
Imam Al-Muhasibi mengatakan:

ألا وإن دلالة التقوى هي الورع عن محارم الله والقيام بحدوده وتصفية القلوب من مكارهه

“Ingatlah bahwa petunjuk seseorang bertakwa itu adalah ia bersikap wara’ dari apa yang Allah haramkan, menegakkan hukum Allah, dan membersihkan hati dari apa yang tidak Allah sukai.”
Dalam ungkapan ini Imam Al-Muhasibi memberikan penjelasan mengenai tiga indikasi ketakwaan.

Indikasi Pertama; Sikap Wara’

Apa yang dimaksud dengan wara’? Wara’ adalah sikap menjaga dari mengonsumsi sesuatu yang belum jelas halal atau haramnya. Ada pula yang mendefinisikan sebagai:


ترك ما لا بأس فيه خوفا أن يكون فيه بأس

“Meninggalkan sesuatu yang tidak ada kecelakaan di dalamnya (bukan sesuatu yang haram atau belum jelas keharamannya) karena takut hal itu termasuk sesuatu yang haram.”


Dari sini bisa kita ketauhui bahwa tanda seseorang bertakwa bukan hanya ia menjauhi larangan Allah. Namun ada yang lebih tinggi lagi yaitu dengan menjauhi apa yang berpotensi mendekati sesuatu yang Allah larang.

Indikasi Kedua; Menegakkan Hukum-hukum Allah

Indikasi yang selanjutnya adalah dengan menegakkan hukum Allah. Jika indikasi yang pertama berkaitan personal maka indikasi yang kedua tidak hanya menegakkan hukum Allah terhadap diri sendiri, juga terhadap orang lain. Menegakkan larangan Allah adalah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya serta membuat orang lain melakukan hal tersebut. Mendirikan hukum Allah bukan hanya dalam hal ibadah tetapi juga dalam kehidupan bersosial dengan mengajak kepada kebaikan dan melarang kemunkaran.

Indikasi Ketiga; Membersihkan Hati dari Hal-hal yang Tidak Allah Sukai

Jika dua indikasi sebelumnya hanya berkaitan dengan ibadah zahir, maka indikasi selanjutnya adalah indikasi yang berkaitan dengan ibadah batin. Contohnya adalah dengan membersihkan hati dari sifat sombong, syirik, mengharap kepada selain Allah, riya’ dan sebagainya.

Dari tiga indikasi ini dapat disimpulkan bahwa apa yang merusak agama adalah kebalikan dari tiga indikasi ini yaitu meninggalkan wara’ melewati batas dengan melanggar hukum Allah, dan terus menerus melakukan maksiat atau kebobrokan moral. Semoga Allah menjaga kita semua dari hal-hal tersebut.

Similar Posts