Kalimat أجمعون , كل , dan أكتعون dalam Hadis

Majalahnabawi.com – Di antara beberapa kalimat yang mengindikasikan makna umum dalam Bahasa Arab adalah جميع , كل , dan أكتعون yang bermakana “semuanya”. Berikut beberapa contoh yang bisa kita temukan dalam hadis terkait kalimat tersebut.

كُلٌّ Dalam Hadis Riwayat al-Bukhori

Muhammad bin Ismail al-Bukhari (194-256 H) dalam kitab sohihnya meriwayatkan hadis yang bisa menjadi contoh adanya penggunakan kalimat “كُلٌّ” dalam hadis. Tepatnya pada hadis nomor 3554 yang berbunyi;

حَدَّثَنَا عَبْدَانُ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ ، أَخْبَرَنَا يُونُسُ ، عَنِ الزُّهْرِيِّ ، قَالَ : حَدَّثَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

“Dari Ibnu Abbas (w. 68 H) radliyallahu ‘anhuma berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan memberikan kebaikan. Beliau paling dermawan ketika di bulan Ramadhan yaitu ketika Jibril menemuinya. Jibril ‘alaihi al-salam biasa menemuinya setiap malam di bulan Ramadhan sampai apabila Jibril telah selesai menyampaikan wahyu, maka Nabi shallallahu ‘alaihhi wa sallam menyetorkan hafalan al-Qur’annya kepadanya. Sungguh Nabi adalah orang yang paling dermawan dalam hal kebaikan melebihi angin yang bertiup.”

Hadis ini menceritakan kisah Nabi dengan Malaikat Jibril yang sering bertemu pada malam bulan Ramadhan untuk menyetorkan hafalan al-Qur’an. Disebutkan juga bahwa Nabi adalah orang yang paling baik dan dermawan, telebih ketika bulan Ramadhan tiba.

أَجْمَعُوْنَ Dalam Hadis Riwayat Muslim

Muslim bin al-Hajjaj (206-261 H) dalam kitba sohihnya juga meriwayatkan sebuah hadis yang enerapkan kalimat أجمعون sebagai penggunaan makna umum. Lebih rincinya pada hadis nomor 417 yang berbunyi;

حَدَّثَنِي أَبُو الطَّاهِرِ ، حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ ، عَنْ حَيْوَةَ ، أَنَّ أَبَا يُونُسَ مَوْلَى أَبِي هُرَيْرَةَ حَدَّثَهُ، قَالَ : سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : ” إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ، فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا، وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوا، وَإِذَا قَالَ : سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَقُولُوا : اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، وَإِذَا صَلَّى قَائِمًا فَصَلُّوا قِيَامًا، وَإِذَا صَلَّى قَاعِدًا فَصَلَّوْا قُعُودًا أَجْمَعُونَ

“Dari Abu Hurairah -radiyallāhu ‘anhu- berkata bahwa Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya imam itu menjadi panutan. Karena itu, janganlah kalian menyelisihinya! Jika dia bertakbir, hendaknya kalian bertakbir. Jika ia rukuk, hendaknya kalian rukuk. Jika ia mengucapkan, “Sami’allahu Liman Hamidah,” (Allah mendengar orang yang memuji-Nya), ucapkanlah oleh kalian, “Rabbanā Walakal Ḥamdu,” (Ya Tuhan kami, segala pujian hanya milik-Mu). Jika ia sujud, sujudlah kalian semua. Jika ia salat sambil duduk, maka hendaknya kalian semua salat sambil duduk.”

Hadis tersebut menerangkan tentang kewajiban seorang makmum ketika salat, yakni harus mengikuti imamnya. Terutama dalam hal gerakan dan kondisi salat sang imam. Jika imam sujud, maka bersujudlah. Apabila imam salat sambil duduk karena tidak mampu berdiri maka hendaknya makmum salat sambil duduk meskipun mampu berdiri.

أَكْتَعُوْنَ Dalam Hadis Riwayat al-Thabrani

Kemudian kalimat “أَكْتَعُوْنَ” yang terdapat dalam hadis riwayat Sulaiman bin Ahmad al-Thabrani (260-360 H) dalam kitabnya al-mu’jam al-kabir. Hadis tersebut terdapat pada nomor 9970 dengan redaksi sebagai berikut;

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الدَّبَرِيُّ، ثنا عَبْدُ الرَّزَّاقِ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مِينَاءَ، عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ وَفْدِ الْجِنِّ، فَتَنَفَّسَ، فَقُلْتُ: مَالَكَ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: «نُعِيَتْ إِلَيَّ نَفْسِي يَا ابْنَ مَسْعُودٍ» ، قُلْتُ: اسْتَخْلِفْ، قَالَ: «مَنْ؟» قُلْتُ: أَبُو بَكْرٍ، قَالَ: فَسَكَتَ، ثُمَّ مَضَى سَاعَةً ثُمَّ تَنَفَّسَ، فَقُلْتُ: مَا شَأْنُكَ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: «نُعِيَتْ إِلَيَّ نَفْسِي يَا ابْنَ مَسْعُودٍ» ، قُلْتُ: فَاسْتَخْلِفْ، قَالَ: «مَنْ؟» قُلْتُ: عُمَرُ، فَسَكَتَ، ثُمَّ مَضَى سَاعَةً ثُمَّ تَنَفَّسَ، فَقُلْتُ: مَا شَأْنُكَ؟ قَالَ: «نُعِيَتْ إِلَيَّ نَفْسِي يَا ابْنَ مَسْعُودٍ» ، قُلْتُ: فَاسْتَخْلِفْ، قَالَ: «مَنْ؟» قُلْتُ: عَلَيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ، قَالَ: «أَمَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَئِنْ أَطَاعُوهُ لَيَدْخُلَنَّ الْجَنَّةَ ‌أَجْمَعِينَ ‌أَكْتَعِينَ»

“Dari Ibnu Mas’ud -radiyallāhu ‘anhu- berkata, aku pernah berjalan di suatu malam bersama Rasulullah, tiba-tiba beliau menghela nafas. Aku bertanya, “Menagapa wahai Rasul?”, beliau menjawab “Aku telah dikabarkan akan kematian wahai Ibnu Mas’ud.”, aku berkata, “Maka carilah pengganti.”, beliau menjawab, “Siapa?”, aku menjawab, “Abu Bakar.”, lantas beliau diam sejenak dan berjalan sebentar kemudian beliau menghela nafas kembali. Aku bertanya lagi, “Menagapa wahai Rasul?”, beliau menjawab “Aku telah dikabarkan akan kematian wahai Ibnu Mas’ud.”, aku berkata, “Maka carilah pengganti.”, beliau menjawab, “Siapa?”, aku menjawab, “Umar.”, lantas beliau diam sejenak dan berjalan sebentar kemudian beliau menghela nafas kembali dan aku bertanya lagi, “Menagapa wahai Rasul?”, beliau menjawab “Aku telah dikabarkan akan kematian wahai Ibnu Mas’ud.”, aku berkata, “Maka carilah pengganti.”, beliau menjawab, “Siapa?”, aku menjawab, “Ali bin Abi Thalib.”, kemudian beliau bersabda, “Demi Zat yang diriku ada di genggaman-Nya, seadnainya mereka mentaati Ali pasti mereka semua akan masuk surga.”

Pada akhir hadis tersebut terdapat dua kalimat penguat yang menunjukan makna umum.

Similar Posts