|

Baginda Nabi

Majalahnabawi.com – Di dalam Kitab “Qawa’idul Asasiyah fi Ilmi Musthalah al-Hadis”, Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki mengutip salah satu Hadis tentang motivasi mempelajari ilmu Hadis. Di sana, beliau mengutip sebuah Hadis Sahih yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Hiban dan Baihaqi.

أولى النَّاسِ بي يَومَ القيامةِ أَكْثرُهُم عليَّ صلاةً

“Sungguh manusia yang paling utama kepadaku pada hari kiamat adalah yang paling banyak selawatnya.” (HR. Al-Tirmidzi: 484)

Hadis ini mengabarkan bahwa orang yang paling istimewa di sisi Rasulullah Saw., yang paling dekat dengan beliau dan yang paling berhak atas syafaat Rasulullah Saw. adalah orang yang paling banyak berselawat kepadanya.

Memperbanyak Selawat Kepada Baginda Nabi

Banyak berselawat maksudnya adalah banyak berzikir mengingatnya. Batas banyaknya adalah memperbanyak bacaan selawat dari pada mengingat hal lainnya selama sehari semalamnya. Dan menurut Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki, membaca Hadis dan mempelajari ilmu Hadis adalah bagian dari pada memperbanyak mengingat Rasulullah Saw.

Berselawat, sebagaimana dalam QS. Al-Ahzab ayat 56, adalah bagian ibadah yang Allah Swt. perintahkan dan Allah Swt. juga melakukannya. Dan sekali lagi, memperbanyak selawat adalah bukti cinta dan termasuk kesempurnaan hubungan dengan Rasulullah Saw. Kedudukan seseorang di akhirat adalah berdasar tingkatannya dalam berselawat, yakni berzikir mengingat Rasulullah Saw. Yang perlu kita garis bawahi adalah berselawat yang ada mengingat Rasulullah Saw. di dalamnya. Bukan hanya membaca selawat di lisan saja.

Mengingat-ingat bahwa Rasulullah Saw. adalah sosok yang ”daimul hazn”, senantiasa dalam kesedihan, Rasulullah Saw. adalah pribadi yang hatinya senantiasa lembut dan penuh keprihatinan. Sejak kecil, beliau telah ditempa oleh berbagai ujian kehidupan, menjadikannya sangat memahami arti kesedihan.

Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di balik Rasulullah Saw. mengganjal perutnya dengan batu untuk menghilangkan rasa laparnya. Yang sama-sama kita tahu, Rasulullah Saw. adalah pribadi yang welas. Bisa jadi beliau lupa atau tidak tega menanyakan jatah makan beliau kepada istrinya. Akhirnya, beliau menghabiskan hari-harinya tanpa ada makanan masuk ke dalam perutnya.

Beliau Rasulullah Saw. adalah orang yang tidak tegaan. Hati beliau rapuh untuk berbuat keras terhadap orang lain. Beliau orang yang lembut dan mudah tersentuh dengan keadaan sekitar. Meski itu kepada orang yang membenci dan memusuhinya.

Kasih Sayang Baginda Nabi

Dalam kamus hidupnya, Rasulullah Saw. tidak sekalipun melakukan sesuatu, kecuali atas landasan rahmah di dalamnya. Sama sekali tidak ada tujuan memenuhi kebutuhan dan kepentingan dirinya sendiri. Beliau tidak bisa marah kepada orang, ucapannya lembut dan penuh kasih sayang.

Dalam sebuah riwayat dikatakan Rasulullah Saw. pulang sudah terlalu larut malam. Beliau tidak berani mengetuk pintu karena takut mengganggu istrinya yang sudah tidur. Sementara itu di dalam rumah, Sayyidah Aisyah sedang menunggu kedatangan suaminya. Beliau Sayyidah Aisyah menunggu di depan pintu, bersiap kapan saja pintu diketuk oleh Rasulullah Saw., hingga membuatnya terkantuk dan tidur di depan pintu dalam rumah. Di lain sisi, Rasulullah Saw. juga menunggu di depan pintu dan akhirnya memutuskan untuk tidur di sana.

Perlu kita ketahui, Rasulullah Saw. tidak mampu mengganggu istrinya. Beliau adalah contoh sebaik-baiknya pribadi pemimpin kepala keluarga. Tidak heran jika kemudian Rasulullah Saw. -sebagaimana disebutkan dalam Hadis riwayat Tirmidzi- mengaku,

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى

“Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. Al-Tirmidzi: 3895)

Beliau tidak hanya piawai dalam memimpin agama dan negara, tetapi juga mampu menjalankan peran sebagai kepala keluarga dengan penuh tanggung jawab. Meski disibukkan oleh berbagai urusan di luar rumah, beliau tetap menunaikan kewajibannya sebagai suami yang penuh kasih dan ayah yang perhatian.

Dalam berkomunikasi, beliau dikenal sebagai pribadi yang hangat, terbuka, dan penuh canda. Setiap percakapan dijalani dengan kesungguhan, menghadirkan senyum dan perhatian penuh kepada lawan bicara, sehingga membuat siapa pun merasa dihargai.

Selain dalam bersosial kepada manusia lainnya, Rasulullah Saw. adalah pimpinan agama. Beliau penyampai risalah Islam ke alam semesta. Bukan rahasia bahwa Rasulullah Saw. adalah orang yang banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah Swt.

Ibadahnya Baginda Nabi

Beliau adalah sebaik-baiknya contoh dan tauladan dalam ibadah, meski telah mendapatkan jaminan surga. Tak lain adalah sebagai pelajaran untuk umatnya. Dalam petikan “Maulid Fii Hubbi” menyebutkan,

أَحْيَا الدُّجَى زَمَنًا مُحَمَّد * حَتَّى اشْتَكَتْ قَدَمٌ مُوَرَّمٌ

“Beliau Rasulullah Saw. senantiasa menghidupkan malamnya sepanjang masa, sehingga kedua kakinya menjadi bengkak.”

Membayangkan dan memikirkan Rasulullah Saw. adalah membayangkan sosok yang sempurna dengan indah perangainya. Beliau istimewa tanpa cela. Kitab “Syamail Muhammadiyah” karya Imam Tirmidzi menjelaskan sosoknya. Imam Ad-Diba’y menyebutkan indah sejarahnya. Demikian pula “Simtud Durar”, “Ad-Diya’ul Lami’” dan banyak kitab maulid tentang Rasulullah Saw. lainnya.

فَإنَّ فَضْلَ رَسُولِ اللَّهِ لَيْسَ لَهُ ۞ حَدٌّ فَيُعْرِبُ عَنْهُ نَاطِقٌ بِفَمِ

“Sesungguhnya keutamaan Rasulullah itu tiada batasnya, sehingga lisan kesulitan menguraikannya”.

Bagaimana bisa kita mampu paham dan memahami tentang Rasulullah Saw., sementara kita tidak mampu mengenalnya, atau minimal dengan membayangkannya berdasarkan kisah sirah dan maulid-maulid tentang Rasulullah Saw. “Bagaimana mau bermimpi –apalagi berjumpa- Kanjeng Nabi, jika tidak pernah mikiri Kanjeng Nabi” demikian dawuh Hadratusy Syekh Romo KH. Ahmad Asrori al-Ishaqi.

Similar Posts