Kaum Saintis yang Menjadi Jihadis
Beberapa Ciri Emosional dan Kognitif Kaum Jihadis
Setelah memetakan dan melakukan analisis terhadap latar belakang kalangan jihadis, kedua peneliti ini mencoba mencari “ciri khas” secara emosional dan kognitif dari profil orang-orang yang terlibat ekstremisme baik “kanan” maupun “kiri”. Karena kedekatannya dengan golongan “kanan”, maka kalangan dengan kecenderungan Islamisme radikal memiliki kesamaan ciri dengan golongan tersebut.
Golongan ahli eksakta, memiliki kecenderungan untuk ingin memiliki penyelesaian secara pasti suatu permasalahan. Maka golongan ini sangat terpengaruh dengan slogan “Islam adalah solusi” atau “Syariat harus ditegakkan untuk kemajuan negara”. Kemudian, mereka punya kecenderungan untuk membuat garis pembatas kaku antara golongannya dengan yang lain. Militansi ini dibentuk akibat perspektif nalar yang sangat kategoris dan membeda-bedakan.
Ciri selanjutnya kaum yang terlibat dalam Islamisme maupun ekstrem kanan ini sulit menerima hal yang tidak sesuai dengan norma mereka, atau sebut saja, “jijik dengan yang berbeda”. Kasus penolakan homoseksualitas dan isu rasial mencuat di kalangan mereka. Kemudian, ciri terakhir yang ditemukan adalah mudah menyederhanakan, simplisisme, atas isu-isu yang ada. Kenaifan membicarakan persoalan masyarakat dan masalah politik adalah pertanda ciri ini.
Temuan menarik selanjutnya terkait isu gender, adalah minimnya peran perempuan dalam golongan-golongan Islamis dan ekstrem kanan. Hal ini mengisyaratkan ada pemahaman yang “mencibir” perempuan di kalangan Islamis, sehingga secara tidak langsung, pandangan-pandangan terhadap perempuan di kalangan kaum Islamis perlu dipertanyakan.
Religiusitas bukan penyebab fundamental radikalisasi ahli teknik. Kesimpulan ini didapat dari hasil telaah bahwa pengalaman spiritual adalah domain pribadi, dan tidak ada kaitannya dengan kecenderungan menjadi radikal. Disebutkan bahwa religiusitas, namun membumi dan terbuka terhadap masyarakat, tidak mungkin terkena dampak radikalisasi.
Kesimpulan-kesimpulan dalam penelitian di atas menyatakan bahwa kalangan terdidik, punya ekses tersendiri terhadap gerakan esktremisme di dunia. Hasil temuan peran kalangan eksakta dalam gerakan jihad ini, khususnya ahli teknik, dengan segala konstruksi nalar dan ciri disiplin ilmunya, membantu kita memahami peta ekstremisme di dunia, serta persoalan pendidikan dan realitas sosial di sekitar kita.
”It put us on the map, but not in the way we wanted to be,” kata Steffen Hertog.