Ketika harapan manusia bertemu dengan Kehendak-Nya

Kerapkali, manusia memiliki harapan yang ingin dicapai bukan? atau mungkin hanya terbesit dalam hati kecil saja. jika berharap akan suatu hal, pasti kita akan mengupayakan yang terbaik untuk hal itu, itu merupakan hal fitrah bagi setiap manusia.

Jadi teringat sewaktu masih kecil, pasti guru kita akan bertanya perihal cita-cita dan harapan kita dimasa yang akan datang. Ada yang berkeinginan berkecimpung dalam agama begitu juga umum. Dari semua itu, kita memiliki tujuan yang sama yaitu bermanfaat bagi sesama bukan hanya manusia akan tetapi semua makhluk.

Ibnu Qayyim Al-jauziyah dalam kitabnya الداء والدواء menyebutkan ada tiga indikasi antara manusaia dan harapan. Yang pertama adalah seseorang itu bener-benar mencintai apa yang diharapkannya, yang kedua yaitu seseorang itu akan takut dan cemas apabila kejadiannnya lain dari apa yang ia harapkan, dan yang terakhir seseorang yang berharap adalah orang yang mengoptimalkan amalan dan perbutannya demi meraih puncak harapannya.

Maka saat kita berharap bukan hanya mencintai apa yang diharapkan tanpa adanya perjuangan, akan tetapi dibarengi dengan usaha yang maksimal agar perasaan kecemasan akan kegagalan tak terealisasi dikemudian hari dan berujung dengan hasil yang memuaskan.

Kehendak allah swt

Allah swt memiliki salah satu sifat wajib yaitu al-iradah atau berkendak, kehendak-Nya merupakan hal mutlak bagi-Nya. Ketika allah swt menginginkan terjadinya sesuatu pasti itu akan terjadi begitu pula ketiadaannya sesuatu tersebut.

Dalam alquran surat yasin ayat 82, allah berfirman :

اِنَّمَاۤ اَمۡرُهٗۤ اِذَاۤ اَرَادَ شَیْــٴً۬ــا اَنۡ يَّقُوۡلَ لَهٗ كُنۡ فَيَكُوۡنُ

“Sesungguhnya urusan-Nya apabila ia mengehendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” maka jadilah sesuatu itu.

Harapan dan Kehendak allah

Harapan yang terealisasi mungkin menjadi salah satu pencapaian keinginan hati yang amat membahagiakan. Akan tetapi, harapan memiliki batas dan garis pemberhentiannya. Yang mana ketika hal itu tak terjadi, maka kita harus bisa menerima dengan ikhlas dan lapang dada. Titik ujung dari pengharapan sudah pasti kembali kepada Yang Maha Menciptakan seluruh alam. Karena segala sesuatu adalah kehendak allah swt.

Walaupun demikian, kita pula harus berupaya dengan berbagai ikhtiar yang kita lakukan, dibarengi dengan doa dan terakhir bertawakal pada-Nya. Doa merupakan hal penting bagi kita, karena doa adalah inti dari ibadah dan sebagai salah satu bentuk komunikasi kita dengan Yang Maha Pencipta yaitu Allah swt.

Ibnu Athaillah As-Sakadari dalam kitabnya Al-Hikam juga menyebutkan:

لاَ يَكُنْ تَأَخُّرُ أَمَدِ العَطاءِ مَعَ الإلحَاحِ في الدُّعَاء موجِبًا لِيَأْسِكَ ، فهو ضَمِنُ لك الإجابةَ فِيْمَا يَخْتَارُ لك لاَ فيما تَخْتَارُ لنفسك وفي الْوَقْتِ الذي يريد لا في الْوَقْتِ الذي تريد

Yang artinya: “Tertundanya pengabulan doa setelah dilakukan secara terus menerus, janganlah menjadikan kamu berputus asa. Allah menjamin terkabulnya doa sesuai yang Dia pilihkan untukmu, dan pada waktu yang dia kehendaki. Bukan menurut pilihanmu sendiri dan bukan pada saat yang kamu kehendaki.”

Habib Syekh Assegaf juga pernah berkata “kehendakmu adalah harapan dan kehendak allah adalah kepastian, silahkan engkau berharap tapi jangan memastikan”. Maka, kita sebagai manusia hanya bisa berharap akan tetapi tanpa bisa memastikan hal tersebut terjadi pada diri kita. Karena allah swt lah yang hanya bisa menentukan hal itu, sesuai kehendak-Nya dan pilihan-Nya.

Similar Posts