Alquran

Kisah Ayat yang Hanya Diamalkan oleh Seorang Sahabat

Tahukah kamu?

https://majalahnabawi.com/ – Ada sebuah ayat dalam al-Quran yang memiliki masa expired paling singkat, saking singkatnya hanya seorang sahabat sajalah yang mengamalkannya. Tahukah anda ayat apa itu?

Ayat itu terdapat di dalam surat al-Mujadilah tepatnya pada ayat 12. Allah Swt berfirman :

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ إِذَا نَـٰجَیۡتُمُ ٱلرَّسُولَ فَقَدِّمُوا۟ بَیۡنَ یَدَیۡ نَجۡوَىٰكُمۡ صَدَقَةࣰۚ ذَ ⁠لِكَ خَیۡرࣱ لَّكُمۡ وَأَطۡهَرُۚ فَإِن لَّمۡ تَجِدُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورࣱ رَّحِیمٌ

Artinya : “Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Ayat ini memerintahkan kepada para sahabat yang ingin bertamu ke rumah Nabi dan berbincang-bincang untuk mendermakan sebagian hartanya terlebih dahulu.

Sebelum ayat ini turun, para sahabat sudah terbiasa menemui Nabi di rumahnya. Sebagian ada yang berniat baik, yakni menanyakan persoalan agamanya, sebagian lagi hanya untuk menaikkan status sosial mereka. Konon katanya, semakin sering seseorang bertemu dan berbincang dengan Nabi maka ia akan semakin terpandang di mata masyarakat. Lalu turunlah ayat di atas, yang mengharuskan seseorang yang memiliki kelebihan harta untuk bersedekah kepada fakir miskin terlebih dahulu sebelum menemui Nabi di rumahnya.

Diskusi Nabi dengan Ali bin Abi Thalib

Ketika ayat ini turun, Nabi langsung memanggil sahabatnya, Ali bin Abi Thalib untuk berdialog meminta pendapat. Nabi berkata : “apa pendapatmu kalau aku tarifkan satu dinar?”, Ali menjawab : “sepertinya orang-orang tidak akan mampu ya Rasulullah.”, Nabi bertanya lagi, “kalo setengah dinar bagaimana menurutmu?”, Ali kembali menimpali, “sepertinya itu masih memberatkan mereka ya Rasulullah.”. “lantas menurutmu, berapa angka yang pantas?” Nabi akhirnya meminta pendapat dari Ali langsung. “aku sarankan sekantong gandum saja.” Ali menjawab singkat. Kemudian Nabi bersabda : “engkau memang orang yang Zuhud”.

Faidah dibalik turunnya ayat ini

Turunnya sebuah ayat tentu tidak lepas dari latar belakang maupun tujuan yang hendak dicapai oleh sebuah ayat, tak terkecuali ayat ini. Imam Fakhrudin Ar-Razi (606 H) dalam kitab tafsirnya Mafatih al-Ghaib mengemukakan beberapa faidah diturunkannya ayat ini. Diantaranya:

Mengistimewakan Nabi

Sebagaimana yang kita ketahui, ketika seseorang mendapatkan sesuatu dengan susah payah, maka ia akan menganggap istimewa sesuatu yang telah didapatkannya. Dan ketika seseorang mendapatkan sesuatu dengan mudah, maka ia cenderung meremehkannya.

Ujian

Yaitu menguji mana orang yang benar-benar datang ke Nabi untuk belajar ilmu dan mencari kebaikan yang dibuktikan dengan kesediaan untuk bersedekah kepada fakir miskin dan mana yang hanya ingin menaikkan status sosial karena dianggap dekat dengan Nabi.

Meningkatkan Ekonomi Masyarakat

Ketentuan sedekah ini juga diharapkan bisa membantu meningkatkan ekonomi masyarakat miskin yang masih belum tercukupi dengan bantuan zakat yang notabenya hanya diterima satu tahun sekali.

Kesetaraan

Muqotil bin Hayyan (149 H) salah seorang tabi’in yang juga perawi hadis mengatakan : “orang-orang kaya mendominasi di majlis Rasulullah ﷺ sehingga tidak ada tempat bagi orang-orang miskin. Mereka terlalu banyak berbincang-bincang dengan Nabi sehingga Nabi merasa keberatan. Lalu turunlah perintah untuk bersedekah. Adapun orang-orang kaya, mereka enggan mengeluarkan hartanya. Sedangkan orang-orang miskin, mereka tidak memiliki sesuatu untuk disedekahkan. Namun orang-orang miskin itu sangat rindu untuk kembali bersua dengan Nabi, mereka berandai-andai memiliki sesuatu yang bisa digunakan untuk bersedekah. Dengan begitu naiklah derajat orang-orang miskin di sisi Allah Swt”.

Membedakan

Melalui ayat ini Allah hendak mengetahui mana pecinta dunia dan mana pecinta akhirat. Karena uang bisa dijadikan alat pengukur orientasi hidup seseorang. Namun sayang, semenjak itu para sahabat tidak lagi bertamu ke rumah Nabi. Mereka menganggap hal ini terlalu memberatkan karena sifat bakhil yang terdapat dalam jiwa mereka. Melihat fenomena ini, dalam waktu dekat, -Al-Kalbi (146 H) mengatakan hanya beberapa jam, Muqotil (149 H) mengatakan sampai 10 hari-, Allah Swt langsung menurunkan ayat lain untuk menghapus ketentuan di atas, yaitu ayat 13 dari surat yang sama.

Hanya Ali bin Abi Thalib

Mujahid, seorang mufasir generasi awal, sebagaimana dikutip dalam Tafsir Ibnu Katsir menyampaikan bahwa satu-satunya sahabat yang mengamalkan ayat ini adalah Ali bin Abi Thalib. Ali bin Abi Thalib ketika itu bersedakah dengan satu dinar yang telah ditukarkan menjadi sepuluh dirham, kemudian bertemu dengan Nabi dan menanyakan sepuluh permasalahan. Ali pernah berkata terkait ayat ini :

آيَةٌ فِي كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَعْمَلْ بِهَا أَحَدٌ قَبْلِي، وَلَا يَعْمَلُ بِهَا أَحَدٌ بَعْدِي

“(itu) adalah sebuah ayat dalam al-Quran yang tidak diamalkan oleh orang sebelumku dan tidak pula diamalkan oleh orang setelahku

Ini menunjukkan kesungguhan Ali dalam mencintai Nabi dan mencintai ilmu. Tak peduli apapun syarat yang harus dipenuhi, berapapun biaya yang harus dikeluarkan, selagi itu dalam kebaikan ia tak sungkan-sungkan mengeluarkannya.

Ibnu Umar berkata, sebagaimana yang dikutip Ats-Tsa’labi (427 H) dalam kitab tafsirnya, “ada tiga keistimewaan yang dimiliki oleh Ali bin Abi Thalib yang tidak dimiliki oleh sahabat lainnya. Yaitu, menikah dengan Fatimah putri Rasululllah, diperintahkan oleh Rasulullah untuk memegang rayah/bendera saat perang Khaibar, dan ayat an-Najwa.”

Semoga kita dikaruniai semangat seperti semangatnya sahabat Ali bin Abi Thalib dalam mencari ilmu. Amin.

Similar Posts