Kisah Pertaubatan Ka’ab bin Malik
Keinginan Ka’ab untuk menyusul kaum muslimin dalam perjalanan sempat terbesit, tapi lagi-lagi Ka’ab beranggapan bahwa itu adalah sebuah takdir yang telah ditetapkan untuk dirinya sebagai orang yang tidak ikut dalam perang Tabuk. Jadi, alasan Ka’ab untuk tidak ikut perang Tabuk tidak ada.
Ketika Rasul sedang duduk bersama para sahabat dalam perang Tabuk, beliau teringat pada Ka’ab yang tidak dilihatnya dalam peperangan itu. Rasul berkata “Mana Ka’ab bin Malik”? kemudian ada seorang laki-laki dari bani Salamah menyahuti pertanyaan Rasul dan menjawab “sesungguhnya Ka’ab lebih mementingkan dirinya daripada ikut dalam paperangan ini” kemudian jawaban tersebut disanggah oleh Muadz bin Jabal dengan perkataan “sangat buruk pandangamu kepada Ka’ab”.”Wahai Rasulullah, kami mengetahui bahwa Ka’ab tidaklah seperti itu” tambah Mu’azd bin Jabal.
Kemudian, ketika berita kepulangan kaum muslimin dari perang Tabuk ini sampai ketelinga Ka’ab, Ka’ab pun mulai merasa gelisah, dia bingung apa alasan yang akan diutarakannya kepada Rasul karna tidak ikut dalam perang ini. Sempat Ka’ab merancang-rancang kedustaan supaya dia tidak dimarahi oleh Rasul, diantara usaha yang dilakukan Ka’ab adalah meminta bantuan kepada orang bijak dan kepada keluarganya untuk mencarikannya alasan supaya dia terhindar dari kemarahan Rasul, tetapi rencana berbuat kedustaan tersebut di urungkannya, dan dia tetap akan berkata jujur apa adanya kepada Rasul.
Seperti biasanya, sepulang dari peperangan, Rasul dan kaum muslimin langsung pergi ke masjid dan melakukan shalat, dan berbincang-bincang dengan sahabat lainnya, di sanalah para sahabat yang tidak ikut perang Tabuk mendatangi Rasul dan menyajikan alasan mereka masing-masing kenapa mereka tidak ikut perang Tabuk. Adapun jumlah mereka yang mengutarakan alasannya pada waktu itu adalah kurang lebih 80 orang, Rasul pun menerima alasan mereka dan memamafkan mereka, dan alasan mereka yang sebenarnya beliau serahkan kepada Allah, biar Allah yang menghukum menurut kejadian yang sebenarnya.
Ketika giliran Ka’ab, dia menghadap kepada Rasul dan memberi salam, Rasul memandang kepadanya dengan senyuman orang marah. Rasul menanyakan kepada Ka’ab apa alasan dia untuk tidak ikut dalam perang Tabuk ini. Ka’ab menjawab “seandainya hari ini aku berdusta kepadamu wahai Rasulullah dan engkau ridha, maka Allah sendiri yang akan menjadikanmu murka kepadaku, tapi jika aku jujur kepadamu, niscaya engkau akan marah kepadaku. Ka’ab berkata “Ya Rasulullah aku tidak mempunyai alasan apapun untuk tidak ikut dalam perang Tabuk ini”.