Kisah Pertaubatan Ka’ab bin Malik

Mendengar jawaban dari Ka’ab itu Rasul terdiam, kemudian menyuruh Ka’ab pergi dan menunggu keputusan dari Allah. Ketika Ka’ab pergi, orang-orang dari bani Salimah mengikuti Ka’ab dan berkata, “Wahai Ka’ab, jika kamu mengutarakan alasan seperti alasan orang-orang pada umumnya, niscaya kamu tidak akan mendapatkan kemarahan Rasul, dan dosamu tidak ikut perang tersebut akan diminta ampunkan oleh Rasul kepada Allah, mereka selalu mengulangi perkataan itu kepada Ka’ab, seakan-akan Ka’ab bertekad untuk menarik alasannya kembali kepada Rasul dan mengemukakan alasan dusta, tapi rencana itu dimusnahkannya.

Selain Ka’ab, masih ada dua orang lagi yang senasib dengannya yaitu: Murarah bin Arabi Al amiri dan Hilal bin Umayyah al Waqifi. Adapun hukuman yang diberikan Rasul kepada Ka’ab dan dua orang lain ini adalah, kaum muslimin tidak diperbolehkan untuk berbicara dengan mereka. Kaum muslimin pun menjauhi dan berubah sikap kepada mereka, seakan-akan negeri saat itu asing bagi mereka bertiga. Keadaan pahit seperti itu mereka jalani deritanya selama 50 hari.

Adapun dua orang yang senasib dengan Ka’ab, mereka seakan-akan tidak sanggup menerima hukuman tersebut, dan salalu menetap dalam rumah sambil menangisi nasib mereka. Berbeda dengan Ka’ab, dia tetap menjalankan aktifitasnya seperti biasa, diantaranya pergi shalat jama’ah ke masjid, ikut majelis, jalan-jalan di pasar dan lain sebagainya, walaupun tidak ada orang yang mau bicara dengannya.

Suatu hari, Ka’ab pergi ke kebun milik Abu Qatadah yang merupakan anak dari pamannya sendiri. Ka’ab pun mengucapkan salam, tapi Abu Qatadah tidak mau menjawabnya. Ka’ab berkata “Wahai Abu Qatadah, aku bersumpah atas nama Allah, apakah engkau mengetahui bahwa aku ini mencintai Allah dan Rasul-Nya?”, tapi Abu Qatadah tetap diam, Ka’ab mengulang perkataanya beberapa kali hingga Abu Qatadah menjawab “Allah dan Rasulnya yang lebih mengetahui”. Mendengarkan jawaban dari sepupunya tersebut Ka’ab menangis menumpahkan air mata, kemudian pergi meninggalkan Abu Qatadah.

Ketika Ka’ab berjalan di pasar, ada orang yang memberikan surat kepadanya yang berasal dari raja Ghassan yang bernama Jabalah bin Al Aiham, yang merupakan orang kafir. Surat itu bertujuan untuk mengajak Ka’ab bergabung dengannya. Karena Ka’ab telah diperlakukan dengan tidak baik oleh Rasul dan kaum muslimin. Dia ingin mengadu domba antara Ka’ab dan kaum muslimin. Tapi tawaran tersebut ditolak oleh Ka’ab. Dia menganggap ajakan tersebut merupakan cobaan juga untuknya.

Similar Posts