Kitab al-Jami’ al-Shahih Karya Monumental Imam al-Tirmidzi
Majalahnabawi.com – Kitab al-Jami’ al-Shahih merupakan kitab kumpulan hadis yang disusun oleh Imam al-Tirmidzi. Meskipun kitab hadis bukan hanya al-kutub al-sittah, tetapi al-kutub al-sittah lah yang menjadi rujukan utama standar ilmu hadis, dan sebagai patokan dasar dari berbagai fan ilmu lainnya. Kitab al-Jami’ al-Shahih ini disusun berdasarkan bab-bab fikih, di dalamnya terdapat pembahasan tentang akidah, tafsir, manakib dan lain sebagainya agar digunakan oleh para ahli fikih dalam mengambil kesimpulan hukum.
Setting Historis-Biografis Imam al-Tirmidzi
Imam al-Tirmidzi lahir pada tahun 209 H dan wafat pada usia 70 tahun, tanggal 13 Rajab 279 H di desa Bug dekat kota Tirmiz dalam keadaan buta.
Imam al-Tirmidzi mengalami kebutaan setelah mengadakan perlawatan atau rihlah ke berbagai penjuru negeri, di antaranya; Hijaz, Khurasan, dan lain-lain, dalam upaya mencari hadis Nabi dan setelah menyelesaikan kitabnya, al-Jami’ al-Shahih. Beliau banyak mencurahkan hidupnya untuk menghimpun dan meneliti hadis.
Guru dan Murid Imam al-Tirmidzi
Bagi seorang penuntut ilmu, tentu sangatlah butuh akan kehadiran sosok guru dalam setiap perjalanannya menuntut ilmu. Di antara ulama yang menjadi guru Imam al-Tirmidzi yaitu Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Rahawaih, Imam al-Bukhari, Muhammad bin ‘Amru al-Sawwaq al-Balki, Mahmud bin Ghailan, Isma`il bin Musa al-Fazari, Abu Mus’ab al-Zuhri, dan lain-lain.
Adapun murid yang pernah berguru kepada Imam al-Tirmidzi, yaitu Makhul ibn al-Fadl, Muhammad bin Mahmud ‘Anbar, Hammad bin Syakir, ‘Aid bin Muhammad al-Nasfiyyun, al-Haisam bin Kulaib al-Syasyi, Ahmad bin Yusuf al-Nasafi, Abu al-‘Abbas Muhammad bin Mahbud al-Mahbubi, Abu Hamid Ahmad Abdullah ibn Dawud al-Marwazi al-Tajir, Dawud ibn Nasr Suhail al-Bazzawi dan lain sebagainya.
Kitab Karya Imam al-Tirmidzi
Salah satu hal yang menyebabkan orang berilmu akan selalu abadi, terus mengalir pahalanya tidak lain adalah dengan menuangkan ilmu-ilmunya dalam suatu karya yang bermanfaat sehingga dapat dinikmati oleh manusia hingga akhir zaman. Kesungguhan al-Tirmidzi dalam menggali hadis dan ilmu pengetahuan, tercermin dari karya-karyanya, antara lain; kitab al-Jami’ al-Shahih yang dikenal dengan al-Jami’ al-Tirmidzi atau Sunan al-Tirmidzi, kitab ‘Ilal, Kitab Tarikh, kitab al-Syama’il al-Muhammadiyyah, kitab al-Zuhd, kitab al-Asma’ wa al-Kuna, kitab al-Asma al-Mauqufat.
Di antara karya Imam al-Tirmidzi yang paling monumental adalah kitab al-Jami’ al-Shahih atau Sunan al-Tirmidzi. Karena begitu populernya kitab tersebut, maka muncul beberapa kitab syarah yang menjelaskan isi dari kitab al-Jami’ al-Shahih. Di antaranya:
- Aridhat al-Ahwadzi karya Imam Abu Bakar ibn Al-Arabi Al-Maliki
- Syarh ibn Sayyid al-Nas disempurnakan oleh al-Hafidz Zainuddin al-Iraqi
- Syarh al-Tirmidzi karya al-Hafiz Abu al-Faraj Zainuddin Abd Al-Rahman ibn Syihabuddin Ahmad ibn Rajab al-Baghdadi al-Hanbali
- Syarh Abu al-Hasan
- Syarh Sunan al-Tirmidzi
Metode, Isi Kitab, dan Sistematika Kitab al-Jami’ al-Shahih
Judul lengkap kitab al-Jami’ al-Shahih adalah al-Jami’ al-Mukhtashar min al-Sunan ‘an Rasulillah (Mubarakfuri, 1963, hlm. 361). Meskipun lebih popular dengan Jami’ al-Tirmidzi atau Sunan al-Tirmidzi.
Dalam meriwayatkan hadis, Imam al-Tirmidzi menggunakan metode yang unik, berbeda dengan ulama-ulama lain. Berikut metode-metode yang beliau tempuh;
- Mentakhrij hadis yang menjadi amalan para ahli fikih.
- Memberi penjelasan tentang kualitas dan keadaan hadis, sehingga Imam al-Tirmidzi memperkenalkan istilah hadits hasan.
- Menjelaskan jalur periwayatannya.
- Jika ada perbedaan redaksi matan, maka Imam al-Tirmidzi akan menyebutkan perbedaan redaksi matan dan masing-masing hadis.
Menurut al-Hafiz Abu al-Fadil bin Tahrir al-Maqdisi, ada empat syarat yang ditetapkan oleh al-Tirmizi sebagai standardisasi periwayatan hadits, yaitu:
- Hadis-hadis yang sudah disepakati keshahihannya oleh Imam al-Bukhari dan Muslim.
- Hadis-hadis yang shahih menurut standar keshahihan Imam Abu Dawud dan al-Nasa’i, yaitu hadis-hadis yang para ulama tidak sepakat untuk meninggalkannya, dengan ketentuan hadis itu tersambung sanadnya dan tidak mursal.
- Hadis-hadis yang tidak dipastikan keshahihannya dengan menjelaskan sebab-sebab kelemahannya.
- Hadis-hadis yang dijadikan hujjah oleh ulama fikih, baik hadis tersebut shahih atau tidak. Tentu saja ketidak shahihannya tidak sampai pada tingkat dhaif matruk.
Mengapa kitab Sunan al-Tirmidzi disebut dengan kitab Jami’?, karena di dalamnya memuat berbagai permasalahan pokok agama, seperti Fikih, Akidah, Adab, Tafsir al-Quran, Tarikh wa Siyar al-Nabi, Fitnah, dan al- Manaqib, dan lain-lain. Oleh sebab itu, kitab hadis ini disebut dengan al-Jami’. (Mubarakfuri, 1963, hlm. 361).
Secara keseluruhan, kitab Sunan al-Tirmidzi ini terdiri dari 5 juz , 2376 bab dan 3956 hadis. Menurut Imam al-Tirmidzi, isi hadis-hadis dalam al-Jami’ al-Sahih telah diamalkan ulama Hijaz, Iraq, Khurasan, dan daerah lain. Disusun berdasarkan urutan bab fikih, dari bab thaharah seterusnya sampai dengan bab manaqib. Dengan kata lain beliau mengklasifikasikan sistematikanya dengan model juz, kitab, bab, dan sub bab.
Pendapat Para Ulama
Menurut al-Hafiz Ibn al-Atsir mengatakan bahwa kitab Sunan al-Tirmidzi adalah kitab sahih, juga sebaik-baik kitab, banyak kegunaannya, baik sistematika penyajiannya dan sedikit sekali hadis- hadis yang terulang. Al-Hafiz Ibn al-Jauzi mengemukakan, bahwa dalam kitab tersebut terdapat 30 hadis maudhu‘, meskipun pada akhirnya pendapat tersebut dibantah oleh Jalaludin al-Suyuti dengan mengemukakan, bahwa hadis-hadis yang dinilai palsu tersebut sebenarnya bukan palsu, sebagaimana yang terjadi dalam kitab Sahih Muslim yang telah dinilai, tetapi ternyata bukan palsu. Al-jauzi termasuk ulama yang buru-buru (mutasahil) dalam menjatuhkan klaim maudhu‘ terhadap suatu hadis.
Terlepas dari kontribusi yang beliau berikan melalui kitabnya, tentu pandangan berupa pujian dan kritikan tetaplah ada.
Demikian sedikit bahasan mengenai Imam al-Tirmidzi dan karya monumentalnya yaitu al-Jami’ al-Shahih. Imam al-Tirmidzi merupakan salah satu sosok ahli hadis yang sangat konsisten dengan keilmuannya. Semoga senantiasa memotivasi kita semua dalam belajar dan mendalami hadis Nabi.