Komparasi Tulisan Kitab Imam al-Ghazali (450-505 H)
majalahnabawi.com – Tentunya tidaklah asing lagi di telinga para akademisi, khususnya santri pondok pesantren, dengan nama imam al-Ghazali, beliau bernama lengkap al-imam hujjah al-Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad al-Ghazali, beliau merupakan ulama yang mengusai ilmu di masanya, dibuktikan dengan karya-karya tulisnya yang meliputi berbagai jenis fan ilmu.
Hal ini menjadi petunjuk bahwa beliau adalah seorang literat yang profesional, yang memiliki kompetensi dalam menulis sebuah karya.
Berpijak pada kongklusi ini, kalau kita tarik benang penghubung, maka akan timbul satu argumen dalam besitan kita bahwa beliau itu penulis produktif, semua penulis memiliki motivasi dan ontologinya secara tersendiri, sehingga tertuanglah suatu karya yang merupakan implementasi dari hal itu.
Sistematika Kitab al-Mustashfa dan Minhaj al-Abidin
Semakin banyak fan ilmu yang dituangkan ke dalam tulisan, maka semakin banyak pula ontologi yang dipakai dan semakin banyak pula inspirasi yang dihasilkan. Contohnya yaitu pengkomparasian kitab Ushul Fikih imam al-Ghazali; al-Mustashfa dan kitab tasawuf beliau; Minhaj al-Abidin.
Kalau kita dalami, penulisan kedua kitab ini tentunya berbeda, karena ontologi yang dipakai juga berbeda. Contohnya al-Mustashfa tersusun dengan sistematis berdasarkan nalar yang logis, dibuktikan dengan adanya penjelasan tentang tsamroh (hukum yang dihasilkan), mutsmir (dalil), istitsmar (metode pengambilan hukum), dan mustatsmir (mujtahid). Tentunya keempat komponen ini lahir dari nalar yang sehat dan logis.
Beda halnya dengan Minhaj al-Abidin, penulisan kitab ini timbul atas ilham dan pengalaman pribadi beliau. Ya walau hakikatnya nalar yang logis juga merupakan ilham dengan bukti berupa ungkapan beliau di akhir muqaddimahnya
فَهَذَا هُوَ التَّرْتِيْبُ الَّذِيْ أَلْهَمَنِيْ مَوْلَايَ فِيْ طَرِيْقِ الْعِبَادَةِ.
Penyusunan ini adalah sesuatu yang Allah ilhamkan kepadaku pada perihal cara beribadah.