Komparasi Waqaf Imam Hamzah dan Imam Hisyam Pada Lafaz شيء di Hirzul Amani dan Faidhul Barakat
Majalahnabawi.com – Salah satu bab dalam ilmu qira’at yang cukup sulit di nazam Hirzul Amani adalah pembahasan waqaf Imam Hamzah dan Hisyam ketika bertemu huruf hamzah. Pembahasan ini memiliki penilaian yaitu kurang diperhatikan pada sebagian pengajian qira’at karena hanya beraku ketika dalam keadaan washal, teori yang dipaparkan cukup banyak, rumit dan bercabang, dan karena wajh khilaf pada satu kalimat bisa menjadi sangat banyak. Oleh karena saking rumitnya, ada ungkapan dalam bahasa Arab yang mengatakan:
اِذَا أَرَدتَ ان تَسلَم مِن الحَمزَة فَلَا تَقِفْ لَهُ عَلَى الهَمزَة
“Jika kau ingin selamat pada qira’at Imam Hamzah, maka jangan sekali-sekali waqaf pada kalimat yang terdapat huruf hamzah.”
Komparasi Waqaf Imam Hamzah dan Imam Hisyam di Hirzul Amani dan Faidhul Barakat
Di kitab Hirzul Amani karangan Imam Syathibi (790 H), terdapat penjelasan bahwa Imam Hamzah dan Hisyam ketika waqaf di sebuah kalimat yang di dalamnya terdapat huruf hamzah yang berada di tengah atau di akhir kata, maka Imam Hamzah membacanya dengan tashil empat perubahan, yakni Al-Ibdal, Al-Naql, Al-Tashil, dan Al-Hazf, sedangkan Imam Hisyam mengikuti sebagaimana Imam Hamzah, namun hanya ketika hamzah tersebut berada di ujung kata saja.
Di Kitab Faidhul Barakat karya K.H. Arwani Amin (1415 H), penjelasan mengenai waqaf Imam Hamzah dan Hisyam, tidak dijelaskan dalam satu bab tersendiri, karena penyusunan kitab Faidhul Barakat yang memang diurutkan berdasar ayat Al-Qur’an. Tapi, meskipun di kitab Faidhul Barakat pembahasan waqaf Imam Hamzah dan Hisyam tidak terdapat dalam bab khusus, pembahasan tersebut bisa kita temukan di kata yang pertama kali muncul yang memiliki hukum waqaf Imam Hamzah dan Hisyam. Contoh lafaz شيءٍ pertama kali muncul di surat Al-Baqarah ayat 20, maka penjelasan mengenai hukum waqaf Imam Hamzah dan Hisyam dapat kita temukan di halaman tersebut.
Komparasi Waqaf Pada Lafaz شيء
Pada halaman tersebut tertulis cara waqaf Imam Hamzah dan Hisyam pada lafaz شيءٍ (dibaca jer) terdapat empat cara, yakni pertama mengganti huruf hamzah dengan ya’ kemudian meng-idghamkan huruf ya’ pertama ke huruf ya’ kedua (ibdal ma’a al-idgham) dan diwaqafkan dengan sukun, kedua sama seperti sebelumnya hanya saja diwaqafkan menggunakan raum, ketiga dengan naql harakat hamzah ke huruf ya dan menghilangkan huruf Hamzah, dan keempat sama seperti sebelumnya, hanya saja diwaqafkan dengan raum. Hal ini sama seperti di nazam Hirzul Amani.
وَحَرِّكْ بِهِ مَا قَبْلَهُ مَتَسَكَّنَا # وَأَسْقِطْهُ حَتَّى يَرْجِعَ اللَّفْظُ أَسْهَلَا
“Dan berikanlah harakat huruf hamzah kepada huruf sebelumnya yang sukun, dan gugurkanlah sehingga lafaznya menjadi mudah diucapkan.” (Hirzul Amani wa Wajh Al-Tahanni, bait ke 237).
وما وَاوُ اصلِيٌّ تَسَكَّنَ قَبْلَهُ # أَوِاليَا فَعَن بَعضٍ بِالاِدغَامِ حُمِّلَا
“Dan huruf wawu asli yang sebelumnya sukun atau huruf ya’ maka dari sebagian ahli qiraat dibaca dengan idgham.” (Hirzul Amani wa Wajh Al-Tahanni, bait ke 250).
وَأَشْمِمْ وَرُمْ فِيْمَا سِوَى مُتَبَدِّلٍ # بِهَا حَرْفَ مَدٌ وَاعْرِفِ الْبَابَ مَحْفِلاً
“Dan bacalah dengan isymam dan roum pada selain hamzah yang di–ibdalkan dengan huruf mad, dan ketahuilah pembahasan berkumpulnya (waqaf dalam ilmu qiraat).” (Hirzul Amani wa Wajh Al-Tahanni, bait ke 251).
Perbedaan Kitab Hirzul Amani dan Faidhul Barakat Mengenai Waqaf Lafaz شيءٌ
Sebagaimana lafaz شيءٍ, lafaz شيئا (dibaca nashab) juga tidak ada perbedaan antara kedua kitab tersebut. Di Faidhul Barakat tertulis bahwa ketika lafaz شيئا kita baca waqaf maka Imam Hamzah membacanya dengan ibdal ma’a al-idgham dan naql tanpa sukun dan tanpa raum. Di Hirzul Amani menurut kaidah di atas, untuk masalah شيئا hanya menggunakan kaidah 237 dan 250. Namun ketika dihadapkan kepada lafaz شيءٌ (dibaca rafa’) ditemukan adanya perbedaan antara Faidhul Barakat dan Hirzul Amani.
Kitab Faidhul Barakat menyebutkan bahwa ketika rafa’, lafaz شيءٌ dapat kita baca sebagaimana bacaan ketika nashab, yakni dengan naql dan ibdal ma’a al-idgham yang masing-masing kita baca dengan raum sehingga menjadi 4 wajh. Namun di nazam Hirzul Amani bait ke 251 secara jelas menyebutkan redaksi وأَشْمِمْ yang artinya “isymamkanlah!” Di nazam Hirzul Amani, untuk lafaz شيءٌ (dibaca rafa’) memiliki enam wajh, yakni membacanya dengan naql dan ibdal ma’a al-idgham yang masing-masing membacanya dengan raum dan isymam. Sehingga ada masing-masing penggambaran dari kedua kitab ini.
Penggambaran di Kitab Faidhul Barakat
A. شيءٍ memiliki empat wajh pembacaan
- Naql
- Idgham (selalu setelah ibdal ya’).
- Naql ma’a al-raum.
- Idgham ma’a al-raum.
B. شيئا memiliki dua wajh pembacaan
- Naql.
- Idgham.
C. شيءٌ memiliki empat wajh pembacaan (seperti ketika jer).
- Naql.
- Idgham.
- Naql ma’a al-raum.
- Idgham ma’a al-raum.
Penggambaran di Kitab Hirzul Amani
A. شيءٍ memiliki empat wajh pembacaan
- Naql.
- Idgham (selalu setelah ibdal ya’).
- Naql ma’a al-raum.
- Idgham ma’a al-raum.
B. شيئا memiliki dua wajh pembacaan
- Naql.
- Idgham
C. شيءٌ memiliki enam wajh pembacaan
- Naql.
- Idgham.
- Naql ma’a al-raum.
- Idgham ma’a al-raum.
- Naql ma’a al-isymam.
- Idgham ma’a al-Isymam.
Kesimpulannya, antara Faidhul Barakat dan Hirzul Amani ketika membaca lafaz شيء sama-sama memiliki empat wajh ketika jer dan dua wajh ketika nashab. Adapun ketika kita membaca rafa’, di kitab Hirzul Amani terdapat enam wajh, sedangkan di kitab Faidhul Barakat terdapat hanya empat wajh saja, yakni tidak menyebutkan adanya bacaan isymam baik ketika kita membaca naql maupun ketika idgam. Wallahu a’lam.