Lowongan Menjadi Habib
Majalahnabawi.com – Kita mengenal Habib sebagai nisbat pada seseorang yang memiliki garis keturunan dengan Rasulullah Saw, dan itu memang benar adanya. Mereka dikenal sebagai seorang yang berilmu dan berbudi pekerti yang luhur. Sebut saja seperti Habib Muhammad Luthfi bin Yahya (Pekalongan), Habib Syekh bin Abdul Qodir As-Segaf (Surakarta), Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa (Jakarta), dan Habib Muhammad Rizieq bin Husein Syihab (Jakarta). Mereka adalah orang-orang yang Allah Swt beri keutamaan, baik secara nasab maupun keilmuan yang mereka miliki. Lantas pertanyaannya, apakah ada kesempatan bagi kita untuk menjadi habib agar kita mendapat kemuliaaan di sisi Allah Swt ?
Makna Gelar Habib
Sebelum menyelam lebih dalam, alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu makna habib secara etimologi. Kata habib dalam bahasa Arab mengikuti wazan فعيل , dalam kaidah bahasa Arab setiap kata yang mengikuti pola fai’ilun bisa bermakna fa’il dan bisa juga bernakna maf’ul. Kata قتيل misalnya, ia bisa bermakna pelaku pembunuhan (fai’l) atau korban pembunuhan (maf’ul). Begitu juga kata habib, yang artinya seseorang yang mencintai dan orang yang dicintai
Kita sering memanggil Rasulullah Saw dengan sebutan “ya habibi” (duhai kekasihku), karena ia adalah sosok yang kita cintai sebagai umatnya. Begitu juga keturunannya, mereka menyebut habib karena kecintaan masyarakat atas akhlak dan ilmu yang mereka miliki.
Pada dasarnya masyarakat memberi gelar Habib karena ingin menghormati mereka yang berilmu, sekaligus memiliki garis keturunan dari Rasulullah Saw. hal ini mereka lakukan guna membedakan dengan gelar Kiai yang pada hakikatnya juga merupakan gelar kehormatan yang masyarakat berikan kepada seseorang yang berilmu, hanya saja dia tidak memiliki garis keturunan dari Rasulullah Saw.
Sebuah Larangan
Kedudukan sosial habib yang tinggi di mata masyarakat membuat banyak orang mengklaim dirinya sebagai habib. Hal itu mereka lakukan guna mendapatkan kehormatan, sehingga segala yang ia ucapkan atau perbuat akan masyarakat anggap benar adanya.
Menjadi Habib dengan pengertian tersebut adalah hal mustahil bagi umat muslim yang tak memiliki garis keturunan dengan Rasulluah Saw. Bahkan orang yang mengaku-ngaku habib dalam pengertian seperti ini terancam akan menempati rumah hunian di neraka. Rasulullah Saw bersabda :
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ سَمِعَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَيْسَ مِنْ رَجُلٍ ادَّعَى لِغَيْرِ أَبِيهِ وَهُوَ يَعْلَمُهُ إِلَّا كَفَرَ وَمَنِ ادَّعَى قَوْمًا لَيْسَ لَهُ فِيهِمْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.
Artinya: “Tidaklah seseorang mengaku-ngaku kepada bukan pada bapaknya sedangkan ia tahu, kecuali ia telah kafir (mengingkari nikmat) kepada Allah Swt. Dan barang siapa yang mengaku bahwa dia termasuk kaum ini padahal bukan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhori & Muslim)
Namun ada tawaran menarik dari Al-Qur’an bagi siapapun yang ingin menjadi habib meskipun yang bersangkutan tak memiliki garis keturunan dengan Rasulullah Saw. Lantas bagaimana caranya ? Mari kita baca sampai tuntas tulisan kecil ini.
Saatnya Menjadi Habib
Meskipun kita tidak dapat mendapat gelar habib dengan beracuan pada pengertian di atas, namun kita masih berpeluang menjadi habib versi Al-Qur’an dan hal ini merupakan sebuah anugerah yang tidak kalah istimewa. Allah Swt berfirman :
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Terjemah :
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Ali Imron 3:31)
Ayat ini secara jelas memberi petunjuk bagi siapapun yang ingin menjadi habibullah (kekasih Allah), hendaknya ia mengikuti sunah Nabi-Nya. Yaitu dengan mengerjakan apa yang beliau perintahkan dan menjauhi apa yang beliau larang (lihat Q.S. Al-Hasyr ayat 7).
Untuk bisa melakukan hal ini, kita harus merujuk pada kitab-kitab hadis yang sudah menghimpun keseharian Nabi, bagaimana Nabi berintraksi dengan orang terdekatnya, bagaimana kesabaran Nabi menghadapi orang yang memusuhinya, kedekatannya dengan fakir miskin, kasih sayangnya kepada anak yatim, kepeduliannya terhadap alam dan lain sebagainya.
Siapa yang bisa berbuat demikian maka lamaran pengajuannya untuk menjadi habib akan diterima oleh Allah Swt. dan pada saat yang bersamaan ia memperoleh gelar ”habib” karena ia telah Allah Swt. cintai.
Singkatnya, kata “habib” memiliki dua pengertian. Pertama, habib adalah gelar bagi mereka yang mendalam ilmu agamanya, berbudi pekerti yang luhur dan memiliki garis keturunan dari Rasulullah Saw. Pengertian kedua, habib adalah gelar bagi mereka yang istiqomah mengikuti sunah Nabi-Nya, siapapun itu dari umatnya dengan tidak memandang garis keturunannya.
Semoga kita semua senantiasa mendapat pertolongan Allah Swt dalam mengikuti sunnah Nabi-Nya. Amin.