Manisnya Cinta Allah Ta’ala kepada Hamba-Nya
Majalahnabawi.com – Barangkali kita sudah tahu hukum mencintai adalah anjuran dari Sang Maha Kuasa. Siapa lagi pemilik cinta paling setia sepanjang masa serta Maha Rahman juga Rahim jika bukan Tuhan kita semua, Allah Swt. Cinta-Nya begitu manis terhahadap hamba-Nya. Namun tentu, garis besarnya adalah bukanlah cinta yang dengan nafsu birahi hingga rasanya ingin memiliki saat waktu belum merestui melainkan cinta ketika kita telah menyatakan dalam hati dan diri.
Mengingat, masa yang sedang kita lalui adalah masa transisi dari segala aktivitas secara Work From Home (WFH) menuju masa pembiasaan secara Hybrid dan kita tentu mengharapkan untuk mendobrak segala sekat dan menjadikan jarak jauh menjadi dekat serta bebas melakukan aktivitas seperti biasanya. Namun, kita harus menerima kenyataan sebagai single di era new normal ini bahwa banyak orang yang memutuskan untuk menikah, entah karena saling suka, cinta sepihak atau bahkan karena pergaulan bebas sehingga akad terpaksa dilaksanakan tanpa ada sebuah arti kesucian.
Cinta dan Menikah
Usia minimal menikah yaitu pada umur 16 tahun sebagaimana ada dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan hingga akhirnya ada perubahan dalam UU Nomor 16 Tahun 2019 yang menyatakan batas minimalnya adalah 19 tahun baik perempuan ataupun laki-laki.
Pada pembahasan kali ini, kita tidak akan berbicara mengenai cinta yang kemudian berbuah akad dalam pernikahan melainkan cinta terhadap Allah yang kemudian berbuah ketakwaan.
Tentu kita sudah pahami, ketika seseorang mengatakan “A Love is Blind”. Pernyataan itu sangatlah benar bagi seseorang yang tengah mabuk asmara, siang bisa menjadi malam, dan malam bisa menjadi siang begitupun dunia ini menjadi miliki mereka berdua yang lain hanya menumpang saja.
Hakikat Cinta Allah
Someone’s putting us on when they’s feeling nice after had just broken heart and then go on life and go without their love or ex. Face the music! As far we know, ”Everyone can be hurt by someone but no one never has disappointed by Allah,” Let’s remember one more “NO ONE,”.
Sama halnya ketika kita ingin memikat hati seseorang, segala aspek dari ujung kepala hingga ujung kaki haruslah sesuai dengan kriterianya agar nantinya timbul rasa cinta dari mata turun ke hati. Jika mungkin ia menyukai tipe orang romantis, humoris, humble, tampan, mapan, cantik, sempurna, imut dan lain sebagainya. Usahakan, kita mengikuti apa yang Allah inginkan yakni menjalankan perintah-Nya.
Begitupun dalam meraih cinta-Nya. Bagaimana ketika seorang hamba menginginkan segala bentuk kasih sayang dan perhatian dari-Nya? Maka jawabannya, jadilah sesuai oleh Allah Swt inginkan. Sehingga, mereka pasti tergolong pada kriteria Allah dan sepanjang hayatnya akan menerima rahmat-Nya.
Mari sejenak kita renungi bersama, Allah telah menyeru kita selaku hamba untuk senantiasa menunaikan salat, menunaikan zakat, dan menaati Rasullulah Saw sebagai panutan kita semua. Karena hal tersebut merupakan perintah maka, kita akan menerima konsekuensi ketika kita menunaikan ataupun mengingkarinya.
Sudah Pantaskah Kita Mendapatkan Cinta-Nya?
Sudah pasti, Allah Swt tak akan mengabaikan kita. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah QS. al-Nur [24]: 56 yang menjelaskan golongan seperti apakah yang akan mendapatkan rahmat:
وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul (Muhammad), agar kamu diberi rahmat.
Setelah menjalankan semua perintah Allah serta memperbanyak tabungan amal ibadah, tentu menjadi prioritas Allah adalah harapan kita semua, baik muda ataupun tua. Setiap pekerjaan itu perlu kerja keras, maka ketika banyak orang yang masuk pada kriterianya tentu kita harus mengusahakan menjadi pilihan terbaik baginya.
Seperti halnya, seseorang yang di mabuk asmara. Pada ada intinya Do the best! sama baiknya dengan mengejar cinta Allah untuk menjadi orang-orang pilihan dan proritas utama dari banyaknya hamba yang berlomba-lomba dalam kebaikan.
Sebagaimana Allah Maha Baik tentu sebagai hambanya we must to be a kind person. Serta menghiasi dengan akhlak terpuji pula. Karena kedekatan Allah dengan hamba-Nya tentulah bersyarat bagi mereka yang senantiasa ikhlas berbuat baik kepada seluruh makhluk Allah sehingga menuai jarak semakin dekat dengan rahmat dan pertolongan-pertolongan-Nya. Hal ini tercantum dalam firman Allah QS. al-A’raf [7]: 56:
اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.
Nah, para pembaca sekalian, sangatlah beruntung bagi kita yang berusaha menggapai cinta-Nya. Allah lebih mencintai, orang-orang yang melakukan amal kebaikan dari orang yang merasa cukup dengan amalnya.
Maka, senantiasa berharap menjadi kekasih Allah bukan suatu hal naif atau bahkan sok suci. Kita semua berhak, kita semua layak, dan tidak ada kata terlambat.