Mazhab Tafsir dalam Persfektif Ignaz Goldziher

Majalahanabawi.com – Tahun 750 M – 1528 M merupakan masa kejayaan Islam. Masa di mana para ilmuan dan para pemikir di dunia Islam banyak menghasilkan kontribusi penting terhadap peradaban dunia.  Seperti Ibnu sina dengan karyanya yang monumental bernama “Qanun fi al-Thibb” dan pemikiran-pemikirannya dalam bidang kedokteran sehingga ia mendapat julukan sebagai “father of doctor”. Hasan bin Haitsam, dengan penemuannya ia telah mampu menghasilkan kontribusi penting terhadap perkembangan ilmu optik dan kamera Ocscura. Dan banyak ilmuan serta pemikir-pemikir lainnya dengan kontribusi yang penting terhadap peradaban dunia yang terekam oleh kaca mata sejarah.

Namun demikian, pada kubu internal Islam tidak dapat terlepas dari perselisihan. Bahkan perselisihan dan perbedaan pendapat yang terjadi terkadang memicu lahirnya sekte-sekte dalam Islam. Apabila perbedaan tersebut terjadi dalam orientasi teologi maka lahirlah aliran-aliran teologi dalam Islam (mazhab kalam). Apabila perbedaan tersebut terjadi dalam orientasi hukum syariat Islam, maka lahirlah aliran-aliran fikih dalam Islam (mazhab fikih).

Fenomena lahirnya sekte ini memberikan pengaruh dalam berbagai bidang salah satunya adalah bidang tafsir. Sehingga produk-produk tafsir menjadi wadah interpretasi mufassir yang tidak bisa terlepas dari mazhabnya. Menurut Ignaz Goldziher hal ini disebut sebagai mazhab tafsir dalam bukunya Die Richtungen der Islamischen Koranauslegung.

Sekilas tentang Ignaz Goldziher

Ignaz Goldziher adalah orientalis yang berasal dari Hungaria lahir pada tahun 1850 M dan wafat pada tahun 1921 M. ia berasal dari keturunan Yahudi. Ia mendapat pendidikan di Bupdapest, Berlin dan Leipzig dan belajar tentang kajian Islam di sana. Di bawah naungan pemerintahan Hungaria, ia kemudian memulai perjalanan menuju Suiria dan belajar kepada Syekh Thahir al-Jazairiy pada yahun 1873. Kemudian ia juga melakukan perjalanan ke Palestina lalu ke Mesir dan belajar dengan sejumlah ulama di al-Azhar.

Setelah Ignaz Goldziher pulang dari al-Azhar, ia kemudian diangkat menjadi guru besar di Universitas Budapest. Ia memiliki banyak karya tulis tentang kajian keislaman yang banyak di alih bahasakan atau diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa di antaranya; Jerman Inggris, Prancis bahkan bahasa Arab. Di antara karyanya yang monumental adalah buku yang berjudul “Muhammadaniche Student yang kemudian karya tersebut menjadi rujukan utama penelitian hadis di Barat.

Mazhab Tafsir dalam Persfektif Ignaz Goldziher

Karya Ignaz Goldziher tentang mazhab tafsir adalah bukunya yang berjudul Die Richtungen der Islamischen Koranauslegung. Ali Hasan Abd al-Qadir menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab dengan judul Mazahib al-Tafsir al-Islami pada tahun 1955 M yang kemudian Abdul Halim al-Najjar mengeditnya.

Menurut Ignaz Goldziher, munculnya mazhab tafsir atau aliran-aliran dalam penafsiran al-Quran merupakan salah satu bentuk pluralitas dalam pemahaman manusia terhadap al-Quran. Penyebab hal ini karena adanya berbagai bentuk dialektika antara teks yang memiliki ruang terbatas sedangkan fenomena masyarakat yang terjadi (konteks) tidak terbatas.

Namun demikian, lahirnya mazhab tafsir secara tidak langsung mengajarkan kita untuk bersikap lebih dewasa dalam menyikapi perbedaan yang terjadi dalam penafsira terhadap al-Quran. Sehingga sebuah produk tafsir tidak bisa di anggap final kebenarannya melihat itu merupakan hasil penafsiran dari seorang mufassir. Beda halnya dengan al-Quran yangkebenarannya sudah final karena merupakan wahyu dari Allah Swt.

Ignaz Goldziher mengklasifikasi serajah perkembangan tafsir kedalam tiga periode. Pertama, tafsir dengan perkembangan mazhab yang masih terbatas terhadap riwayat hadis (tafsir bi al-ma’tsur). Kedua, tafsir dengan perkembangan mazhab yang sudah memasukan orientasi pemikiranatau akal terhadap produk tafsir (tafsir bi al-ra’yi). Dan terakhir, tafsir yang terjadi pada masa perkembangan kebudayaan dan keilmuan dalam Islam dengan warna pemikiran baru yang Ahmad Khan gagas, Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh dan Muhammad Rasyid Ridha.

Similar Posts