(Mem)Budayakan Membaca, (Me)Lestarikan Menulis

Jika dikatakan, “ah, itu kan mereka, beda zaman dengan kita sekarang. Keterpautan masanya cukup jauh antara kita dengan mereka.” Baiklah. Akan disodorkan contoh lainnya yang memiliki karya lumayan banyak, yang menurut perhitungan terdapat sebanyak 47 karya. Beliau dikenal sebagai ulama Hadis Nusantara masa kini, namun pada tahun kemarin telah dipilih oleh Sang Kekasihnya untuk menemui-Nya.

Ayahanda Pak Yai Ali Mustafa Yaqub, selaku pendiri dan pengasuh pertama pesantren luhur ilmu Hadis Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences di Ciputat, Tangerang Selatan. Tak pernah jemu dan lelah beliau selalu mengingatkan dan mengajak para santrinya untuk menulis, menulis, dan menulis. Beliau sampai “memplintir” ayat yang awalnya berbunyi: ولاتموتن إلا وأنتم مسلمون menjadi: ولاتموتن إلا وأنتم كاتبون. Guna menyemangati para santrinya untuk membuat karya tulisan. Tak lain tujuannya adalah agar pengetahuan yang dimilikinya dapat tersalurkan dan dibaca oleh khalayak meskipun telah meninggal dunia kelak.

Ucapan beliau sangat ampuh sehingga banyak dari santri-santrinya menghasilkan beragam jenis karya tulisan. Mulai dari yang bersifat ilmiah, baik bernuansa keagamaan maupun tidak, hingga bersifat fiksi seperti novel, cerpen, dan puisi. Mulai dari sekadar menulis di portal hingga menjadi utuh sebuah buku yang layak dikonsumsi oleh khalayak. Itu semua tak lain merupakan terinspirasi dari ucapan sang guru, bapak ideologis mereka, Pak Yai Ali Mustafa Yaqub rahimahullah.

Tentu, lagi-lagi perlu ditegaskan di sini bahwa menulis hanyalah sebuah wadah. Sedangkan isi untuk memenuhi wadah tersebut adalah membaca. Jadi, membaca dulu baru menulis. Biasakan membaca terlabih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan melestarikan tradisi para ulama dan ilmuan sebelumnya; berkarya dalam bentuk tulisan.

Karena hanya dengan membacalah wawasan semakin bertambah, dan menulis merupakan cara untuk mengasah nalar dan menganalisa wawasan tersebut!

Similar Posts