Meneguhkan Organisasi
Majalahnabawi.com – Kutipan terkenal yang maknanya dari sayyidina Ali: “الْحَقُّ بِلَا نِظَامٍ يَغْلِبُهُ الْبَاطِلُ بِالنِّظَامِ” kebenaran yang tidak terorganisasi akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi. Begitu juga kebaikan dan kejahatan. Hanya saja, hendak difokuskan dari kutipan tersebut bahwa niat baik akan menjadi kuat dengan organisasi (pengaturan yang baik).
Dengan ini, bisa dipahami trilogi Darus-Sunnah: dirasah, munazzamah, dan istijmam (pendidikan, organisasi, dan rekreasi). Trilogi adalah tiga hal yang sudah mapan dan saling bergantung, saling bertautan (KBBI). Dalam munazzamah dan istijmam, ada sisi pendidikan. Dalam dirasah dan istijmam, perlu pengaturan. Dalam dirasah dan munazzamah, ada sisi hiburan. Ketiganya saling berhubungan. Dengan ini bisa dipahami nasihat Pak Yai Ali bahwa ilmu akan mudah disiarkan dengan organisasi, sehingga organisasi tidak boleh menabrak ilmu (belajar), justru ilmu haruslah menjadi orientasi organisasi.
Trilogi Santri
Lebih fokus dengan organisasi, ustaz Ubaydi Hasbillah memberi nasihat; jadikanlah organisasi untuk melatih karakter trilogi santri yang dicetuskan Pak Yai: الْقُوَّةُ فِي الْإِعْتِقَادِ، وَالْوُضُوْحُ فِي الْمَوْقِفِ، وَاللَّيِّنُ فِي الْأَدَاءِ yang biasa diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: kokoh dalam prinsip, tegas dalam sikap, dan luwes dalam berpenampilan; atau dengan bahasa yang lebih dekat kepada organisasi: punya dasar yang kuat, mengambil keputusan dengan jelas, dan menjalankan program sesuai realitas.
Demikianlah karakter individu. Sementara hubungan yang diharapkan antar anggota atau antar organisasi, ustaz Ubayd memberi nasihat menggunakan hadis perumpamaan. Orang-orang beriman bagaikan satu tubuh; satu anggota sakit, semua merasakannya; kemudian bersama-sama mengobati, membenahi. Mereka juga bagaikan satu bangunan utuh, masing-masing komponen saling menguatkan. Satu bagian ambruk, yang lain akan sangat terancam kedudukannya. Akan tegar dan kokoh jika setiap bagian saling mendukung, saling menjaga, saling …, ea …
Saling Perhatian Agar Kokoh
Masalahnya, kadang antar bagian kurang saling mengenal. Solusinya, ya, kenalan. Hehe. Sisipkan waktu untuk ngopi, saling berbagi, berkomunikasi. Saya suka mengutip kalimat ustaz Hanif yang disimpulkan dari hasil ramah tamah para asatiz, musyrif, mahasantri, dan santri. Ustaz Hanif berkata, “Sebenarnya kita sudah sama-sama punya rasa, hanya perlu komunikasi mempertemukan hati.” Dua kata terakhir mudraj.
Terakhir, yang khas dari pesantren adalah pengabdian; pengabdian yang sebenarnya: rida Ilahi, restu Pak Yai, berkah ilmu pesantren dan santri. Ya, meskipun nantinya pengabdian tidak putus hanya dalam pesantren, namun mengakar dalam kehidupan manusia hamba Tuhan; mengerahkan apa yang dimiliki, ikhlas mengabdi. Tak panjang kalam hanya hendak menyeru, “Wahai orang-orang yang suka ngopi suka ngaji, dalam berorganisasi, mari kita bersatu, memaksimalkan fungsi, mengoptimalkan potensi, semangat mengabdi.” Setelah dirasa-rasa, rasanya seruan ini tidaklah pantas untuk mahasantri. Ide segar menjadi terlihat kuno jika dihadapkan kepada mahasantri Darus-Sunnah, saking karena mereka adalah orang-orang pilihan istimewa. Salam hormat dari pengagummu …, yang katanya cinta Darus-Sunnah dan hadis Nabi, yang ngaku santrinya Kiai Ali, yang katanya semangat mengabdi.