Mengapa Kita Tetap Harus Meminta Hidayah Sekalipun Kita Seorang Muslim?
Majalahnabawi.com – Jika membicarakan tentang hidayah, tentu saja berarti membahas perkara yang paling penting karena hal tersebut adalah salah satu sebab utama keselamatan dan kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat. Hidayah merupakan nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah Swt kepada hamba-Nya yang dikehendaki.
Mungkin salah seorang di antara kita ada yang pernah berpikir dalam benaknya, mengapa dalam salat salah satu rukunnya yaitu membaca Surat Al-Fatihah yang mana dalam salah satu ayatnya terdapat doa:
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus.” (Q.S. Al-Fatihah [1]: 6)
Bukankah orang yang telah melaksanakan salat sudah menjadi tanda bahwa dia telah berada di jalan yang lurus? Yang tidak salat saja jarang meminta hidayah, lantas mengapa yang jelas-jelas salat hukumnya wajib meminta hidayah?
Pendapat KH. Abdul Wahab Ahmad
Dalam hal ini, KH. Abdul Wahab Ahmad (Wakil Sekretaris di LBM PWNU Jatim) berpendapat bahwasanya: “Hidayah itu dibutuhkan di setiap fase yang kita lalui. Yang tidak salat butuh hidayah supaya jadi mau salat. Yang sudah mau salat masih butuh hidayah supaya bisa khusyuk dan tetap istikamah salat. Tidak sedikit orang yang sudah salat kemudian bolong-bolong salatnya atau berhenti sama sekali. Ada yang awalnya rajin salat kemudian merasa bahwa salat tidak lagi penting karena tertipu setan yang berkata bahwa salat itu levelnya masih syariat sedang dia diberi khayalan seolah sudah lebih dari itu. Dalam kasus yang lebih ekstrem, ada juga yang sudah yakin pada kebenaran Islam kemudian pada akhirnya murtad.”
Dari pernyataan beliau di atas jelaslah sudah bahwa meminta hidayah itu sangatlah penting sekalipun kita merupakan seorang muslim. Hal tersebut berguna agar seorang manusia terus menerus dalam ketetapan dan keteguhan hati kepada Sang Maha Pencipta. Karena perlu kita ketahui bahwa terkadang banyak orang yang sudah memperoleh petunjuk (berupa iman & Islam), namun tidak memperoleh tuntunan ke jalan yang lurus. Akibatnya, seseorang tersebut menempuh beragam jalan, yang terkadang (mungkin) menyesatkan.
Terkadang seseorang terjebak dalam perasaan sombong ketika telah beriman Islam, melaksanakan salat, berpuasa, bersedekah, umrah bahkan melaksanakan haji berkali-kali. Namun ibadah-ibadah tersebut nyaris tak membekas dalam perilaku sehari-harinya. Masih saja apa yang dilakukannya dalam hidup di dunia penuh dengan kategori maksiat. Na’udzubillahi min dzaalik. Jadi, pantas saja jikalau Al-Quran mengajarkan doa seperti ini:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau memberi kami petunjuk, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” (Q.S. Ali Imran [3]: 8)
Kemudian Rasulullah pun mengajarkan kepada kita agar senantiasa membaca doa berikut:
اللَّهُمَّ اهْدِنِي وَسَدِّدْنِي وَاذْكُرْ بِالْهُدَى هِدَايَتَكَ الطَّرِيقَ وَالسَّدَادِ سَدَادَ السَّهْمِ
“Ya Allah, berikanlah petunjuk kepadaku. Berilah aku jalan yang lurus. Jadikan petunjuk-Mu sebagai jalanku dan kelurusan hidupku selurus anak panah.” (H.R. Muslim, no. 2725)
Doa ini berisi permintaan yang sangat penting karena meminta hidayah (petunjuk) dan as-sadad (istikamah di atas kebenaran) yang mana dengan keduanya akan mendapatkan keberuntungan serta kebahagiaan.
Kebutuhan Hidayah
Bahkan Allah Swt. memerintahkan kepada kita sebagai hamba-Nya agar senantiasa meminta petunjuk kepada-Nya, sebagaimana yang terdapat dalam Hadis Qudsi, Allah Swt berfirman:
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ
“Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam kesesatan, kecuali orang yang telah Aku beri petunjuk. Oleh karena itu, mohonlah petunjuk kepada-Ku! niscaya Aku akan memberikannya kepadamu.” (H.R. Muslim, no. 2577)
Dalam hadis ini, terdapat perintah untuk meminta hidayah kepada Allah. Hidayah di sini meliputi petunjuk berupa pemberian penjelasan ilmu (hidayah ad-dalalah wal irsyad) dan hidayah taufik untuk beramal dan menerima dakwah (hidayah at-tawfiq wa at-tasydid). Ingatlah, kebutuhan hamba pada hidayah melebihi kebutuhannya pada makan dan minum. Sebagaimana terdapat dalam surah Al-Fatihah di atas. Dalam ayat itu, kita selalu meminta kepada Allah Swt hidayah yang baru dan menambahkan kita hidayah dari hidayah yang sudah ada.
Semoga kita semua senantiasa dilindungi oleh Allah Swt dan hati ini tidak condong pada kesesatan, karena para penyeru kesesatan saat ini terus menerus melakukan segala macam tipu dayanya, baik di dunia maya maupun di dunia nyata yang akan selalu berusaha menanamkan makar-makar kejinya untuk mengajak kepada kesyirikan, kebid’ahan serta berbagai penyimpangan lainnya.
Demikianlah ulasan tentang mengapa kita tetap harus meminta hidayah kepada Allah Swt sekalipun kita seorang muslim. Karena pada hakikatnya tidak ada senjata ampuh, melainkan kekuatan dahsyat dari doa yang berlandaskan keikhlasan dengan pemahaman akan kebenaran risalah Islam.
والله أعلم