Mengenal Diri Melalui Woman Inferiorty

Majalahnabawi.com – Berbicara tentang perempuan dan segala bentuk dinamika yang tercipta, maka tidak akan cukup dikaji dalam satu pembahasan saja, banyak bab khusus untuk menceritakan sang makhluk jelita dengan sifat melankolis-sentimental bawaannya.

Muncul sebuah pertanyaan tentang “siapa antara dua gender yang lebih menonjolkan perasaan dibanding kenyataan?” -Oh, perempuan… menurut tangkas gender pertama, lelaki.
“Kata terserah yang dilontarkan bisa menjadi 1000 penafsiran yang harus diartikan”
“Serba salah di mata perempuan”. Begitu katanya.

Namun, sebenarnya di masyarakat kita yang sering menjadi korban victim blaming tidak lain adalah perempuan. Penilaian masyarakat seakan-akan menjadi ketetapan mutlak yang harus dijalani tanpa dispensasi. Maka terkadang kita melihat banyak dari kaum perempuan dibentuk oleh lingkungan dengan hukum-hukum adat yang bekerja secara patriarki dan momok untuk perkembangan para wanita itu sendiri.

Dalam buku “Mitos Enferioritas Perempuan” karya Evely Reed” kehadiran “pertanyaan perempuan” berasal dari ambiguitas dalam diri wanita yang memandang ketidakadilan di sekitarnya, corak kesulitan yang dirasakannya, kesulitan untuk mengartikulasikan keluh kesah dan arti bahagia dari sepenuhnya kisah. Perempuan selalu dianggap menjadi kelas kedua dari kelas sosial yang ada di tengah masyarakat.

Salah satu penghalang terbesar bagi “pertanyaan perempuan”, adalah kurangnya informasi faktual tentang latar belakang historis perempuan dan keluarga. Keterbatasan dalam mengakses informasi ini menjadi indikator kaum perempuan menjadi tidak tahu dan tunduk pada mitos yang telah disebarluaskan (bahwa mereka inferior: merasa rendah diri).

Penyebab Munculnya Gerakan Feminis

Tak ayal, kini dengan mudah kita bisa menemukan berbagai aksi gerakan feminis dan emansipasi wanita yang bukan hanya menyuarakan tentang hak kodrati saja melainkan hak-hak lainnya dalam pergerakan untuk terjun ke masyarakat ataupun dunia kerja. Namun seperti yang dikatakan wanita selalu jadi kambing hitam dari masalah yang tidak sesuai tuntunan masyarakat seperti, ketika ada wanita yang menggaungkan semangat feminis mungkin akan ada kepala yang menyangka ia tidak lain hanya ingin sederajat dengan kaum lelaki. Padahal feminis tidak lain, sebuah jembatan memahami diri sendiri dan pembuka partisi kelam antara dua gender ini.

Bapak Ir. Soekarno pernah berkata, “Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu daripada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.”

Di balik segala bentuk diskriminasi yang dialami, dalam sejarah teori perkembangan kepribadian dari Erik Erikson memiliki pengaruh dalam dunia psikologi sekaligus tirani untuk perempuan di masa itu, dalam pandangannya, ia mengatakan rahim dan vagina yang dimiliki seorang wanita merepresentasikan suatu kedalaman. Sehingga wanita selalu identik dengan cakupan yang hanya berada dalam ruang dalam (inner space): ruang domestik, dan tidak keluar menuju ruang publik. Rahim juga identik dengan fungsi perempuan untuk melahirkan. Karenanya Wanita sangat erat dengan takdir biologis yang diembannya (Anatomy is destiny) pun menjadi kekhasan dengan merawat dan mengasuh (Engels : 1964).

Perempuan di Tengah Masyarakat

Dewasa nanti seorang wanita nan remaja akan bertransformasi menjadi seorang ibu, yang mana disebutkan dalam kacamata Islam bahwa “Derajat seorang ibu tiga kali lebih utama dari derajat seorang ayah”. menjadi ibu adalah kodrati bagi setiap wanita, kata “ibu” tidak hanya berlaku untuk unsur biologis saja, yaitu orang yang melahirkan dari darah dagingnya. Lebih dari itu, ibu menjadi sayap dan aliran cinta kasih bagi orang sekitarnya.

Di balik ketimpangan yang terjadi di masyarakat patriarki dan harapan menciptakan kehidupan matriarki, sejatinya landasan ini bukanlah celah untuk melawan kodrati melainkan membuka sebuah peluang perempuan untuk bergerak lebih luas (outer space), Sebagaimana ditunjukan oleh Engels, semua masyarakat selalu bersandar pada dua pilar, yaitu produksi dan prokreasi.

“Demikian juga perempuan-sebagai pemproduksi kehidupan baru dan kebutuhan material untuk hidup yang menjadi pemimpin dan pengasuh bagi komunitas mereka. Para perempuan mampu menjalankan hal ini karena mereka bekerja sama sebagai komunitas produsen yang kolektif. Mereka tidak tersebar dari rumah tangga ke rumah tangga yang lain yang memisahkan mereka, di mana setiap perempuan akan terhambat dengan tugas yang sama untuk merawat masing-masing anak mereka. Para perempuan mampu bertindak kolektif karena tidak ada kekuasaan yang berkuasa di atas mereka, yang memerintah apa yang harus dilakukan atau membatasi setiap upaya yang hendak mereka jalankan.”

Betul sekali, perempuan itu istimewa.

Perempuan dalam Pandangan Islam

Begitupun dengan kehadiran Islam sebagai agama penuh rahmat dan ramah tamah pada golongan apapun, telah menempatkan wanita bukan menjadi sebuah entitas yang lebih rendah dari laki-laki lebih dari itu, wanita telah diposisikan pada tempat yang mulia dan dihormati. Termaktub dalam butir firman Allah Swt yang menjelaskan bahwa tidak ada diskursus peran antara antara wanita dan laki-laki dalam berkiprah. Semua di mata Allah itu sama hanya keimanan yang menjadi pembeda diantara keduanya. Di antaranya berasal dari QS. al- Hujurat ayat 13:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Representasi Islam sebagai agama keindahan tergambar dari segala bentuk hubungan yang ditetapkan, sangat benar bahwa kedudukan perempuan itu mulia dalam syariat Islam. Selain itu Perempuan menjadi pemelihara organisasi sosial pertama umat manusia dan bagian dari garda dalam menyebarkan cinta dan kasih sayang. Karena tanpa cinta, tentu hidup ini tidak akan bermakna, bukan?

Kasih ibu, sepanjang masa….
Wanita hebat dalam senyum tabahnya….
Doa lestari untuk ayah, bunda:

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا

Similar Posts