Mengenal Ranjau Setan
Majalahnabawi.com – Ada yang berpikir telah selamat dari bujukan setan apabila bebas dari perbuatan zina, narkoba, mencuri, berjudi atau dosa besar lainnya. Di saat yang sama, bisa jadi setan tengah menyiapkan ranjau lain yang mungkin akan membuatnya celaka, nas’alullahal ‘afiyah. Jenis dan pemasangan ranjau disesuaikan dan ditempatkan tepat di titik lemah manusia, tentunya setelah survei dan penelitian akurat yang dilakukan oleh setan.
Saat perhatian seseorang terfokus hanya pada dosa-dosa besar semata, maka jebakan justru muncul dari sisi yang dianggap sepele, yakni dosa-dosa kecil. Bahaya yang tak begitu terdeteksi oleh kebanyakan manusia. Karenanya, sering kali setan menuai panen raya di lahan ini.
Beda Antara Keduanya
Dilihat dari jenis dan tingkatannya, dosa dibagi menjadi dua, dosa besar dan dosa kecil. Sedangkan definisi dosa besar menurut sebagian ulama adalah, “kullu dzanbin fiihi haddun mahdudun fid dunya au wa’idun syadidun ba’dal mamaati,” setiap dosa yang dikenai hudud (sanksi) tertentu di dunia, dan atau disertai ancaman yang keras setelah mati.
Mencuri, berzina dan minum khamr termasuk dosa besar karena masing-masing dikenai sanksi secara syar’i. Meninggalkan salat, makan hasil riba dan semisalnya termasuk dosa besar, karena disebutkan ancaman neraka karenanya. Dosa besar memang lebih prioritas untuk ditinggalkan. Karena terbebas dari dosa besar meniscayakan terhapusnya dosa-dosa kecil, firman Allah :
اِنْ تَجْتَنِبُوْا كَبَاۤىِٕرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُّدْخَلًا كَرِيْمًا
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An-Nisa’:31)
Pun demikian, bukan berarti dosa kecil itu boleh dianggap sepele. Karena hanya beberapa langkah lagi, dosa kecil bisa menjelma menjadi dosa besar. Dalam kondisi tertentu, peluang manusia terjerumus ke dalam samudera dosa kecil yang berubah menjadi dosa besar itu lebih terbuka dari peluang terjerumusnya manusia ke dalam dosa secara langsung. Karena dosa-dosa besar itu jelas celanya, sementara dosa-dosa kecil masih banyak yang tidak menggubrisnya.
Dosa Besar yang Dianggap Kecil
Kecenderungan orang untuk meremehkan dosa kecil banyak memberikan kontribusi bagi kesuksesan setan untuk menyesatkan manusia. Banyak hal yang bisa di-follow up setan dari peluang ini. Di antaranya, setan akan menggolongkan dosa-dosa besar ke dalam dosa-dosa kecil, sehingga dosa-dosa besarpun dianggap remeh. Setan terus mengkampanyekan ini, dan mereka telah menuai hasilnya di banyak lini.
Satu contoh, apa anggapan orang tentang biduan yang berpakaian mini, rok di atas lutut, ketat, lalu berjoged di atas panggung dan disaksikan oleh ribuan pasang mata? Yang paling bodoh mengatakan itu sah-sah saja, malah mendapat pahala karena bisa menghibur orang lain. Yang lain mengatakan, “kalaupun dosa, paling hanya dosa kecil!” Akhirnya, aksi itu dianggap remeh dan biasa. Padahal, ada ancaman keras yang mengindikasikan bahwa perbuatan itu termasuk dosa besar. Nabi menyebutkan salah satu di antara dua penghuni neraka yang belum pernah beliau lihat di dunia,
نساء كاسيات عاريات مميلات مائلات رءوسهن كأسنمة البخت المائلة لا يدخلن الجنة ولا يجدن ريحها
“Wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, menyimpang dari agama, kepala mereka seperti punuk onta yang miring. Mereka tidak akan masuk jannah, bahkan tidak akan mencium baunya jannah.” (HR Muslim)
Maka betapa banyak dosa-dosa besar yang hari ini dianggap sebagai dosa kecil yang diremehkan. Kondisinya bahkan lebih parah dari kondisi yang digambarkan oleh sahabat Anas bin Malik, “Sungguh kalian melakukan dosa yang kalian anggap lebih halus dari sehelai rambut, padahal kami para sahabat memandangnya sebagai sesuatu yang membinasakan.”
Yang Kecil Bisa Menjadi Besar
Setan juga berusaha melestarikan dosa-dosa kecil. Ia bisa menjadi senjata bagi setan untuk menyeret pelakunya ke dalam dosa besar. Seperti memandang wanita yang bukan mahramnya, apalagi memandang aurat yang tampak darinya. Meskipun tak ada sangsi berupa hudud, atau ancaman keras di neraka, tapi perbuatan ini bisa menjadi perantara kepada zina yang merupakan dosa besar yang membinasakan.
Kalaupun dosa kecil semacam itu tidak menjalar menjadi perbuatan yang masuk dalam kategori dosa besar, maka setan memprovokasi manusia untuk memperbanyak dosa-dosa kecil. Karena yang kecil ketika sudah berkumpul dan menumpuk akan menjadi besar pula. Nabi bersabda,.
إياكم ومحقرات الذنوب فإنهن يجتمعن على الرجل حتى يهلكنه
“Jauhilah oleh kalian dosa-dosa kecil, karena dosa-dosa kecil itu akan berkumpul atas seseorang hingga mampu menghancurkannya.” (HR. Ahmad)
Alangkah bijaknya seorang salaf yang berkata, “Tiada dosa kecil jika dilakukan terus menerus, dan tiada dosa besar bila diakhiri dengan taubat.”
Jangan Melihat Kecilnya Dosa
Ala kulli haal, kita dituntut meninggalkan dosa kecil ataupun dosa besar. Sebagaimana para sahabat, ketika mengetahui dosa, mereka meninggalkannya, tanpa menanyakan dosa itu kecil atau besar. Karena rata-rata orang yang menanyakan dosa kecil atau dosa besar itu memiliki peluang paling besar untuk melakukan dosa. Hakikatnya ia menginginkan dispensasi atau keringanan untuk berbuat dosa. Alangkah indah pesan seorang salaf, “Jangan melihat kecilnya dosa, tapi lihatlah, kepada siapa kamu berdosa.”
Wallahul a’lam.