Mengenal Semantik dalam Kacamata Toshihiko Izutsu
Majalahnabawi.com – Toshihiko Izutsu merupakan sarjana Jepang yang menggagas metode analisis semantik dalam kajian Al-Quran. Izutsu menjadikan semantik sebagai pijakan dasar analisis pemikirannya. Hal ini dapat dilihat dalam salah satu karyanya, yaitu “God and Man in the Koran: a Semantica Analysis of The Koranic Weltanschauung”. (Rifqatul & wardani, 2021)
Sayangnya, apa yang disebut semantik saat ini adalah struktur yang sangat membingungkan dan kompleks. Sangat sulit bagi orang di luar (disiplin ilmu linguistik) untuk mendapatkan gambaran umum tentang apa itu semantik. Hal ini karena fakta bahwa semantik, sebagaimana definisi etimologisnya, adalah ilmu yang berurusan dengan fenomena makna dalam arti yang lebih luas daripada kata-kata. Begitu luasnya sehingga hampir semua hal yang -secara spekulasi- dapat memiliki makna adalah objek semantik (Toshihiko izutsu, 1997, 2).
Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang (sign). Bentuk verbal dari semantik adalah semaino yang berarti menandai atau melambangkan. Maksud daritanda atau lambang dalam semantik adalah tanda Linguistik. Menurut Saussure, tanda linguistik itu terdiri dari komponen penanda yang berwujud bunyi, dan komponen petanda yang berwujud konsep atau makna.
Semantik merupakan bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna-makna yang terdapat dalam satuan-satuan bahasa. Dengan demikian, semantik secara gamblang merupakan ilmu yang mempelajari makna. Semantik tidak hanya mempelajari makna bahasa, melainkan juga hubungan makna yang satu dengan yang lain, dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Oleh karena itu, semantik mencakup makna-makna kata, perkembangan, dan perubahannya. (Fitri & astri, 2017)
Makna Dasar dan Makna Relasional
Kedua makna ini menjadi sebuah konsep metodologi utama yang mempermudah dalam melakukan analisis. Makna dasar ialah sesuatu yang melekat pada kata itu dan terbawa di mana pun kata itu diletakkan (Toshihiko izutsu, 1997, 12). Artinya kata tersebut jika diletakkan di mana pun akan tetap bermakna asli. Kecuali jika masuk dalam suatu kalimat atau ayat, besar kemungkinan kata tersebut berubah maknanya menyesuaikan dengan konteks yang dibicarakan. Sedangkan makna relasional ialah sesuatu yang konotatif yang diberikan dan ditambahkan pada makna yang sudah ada dengan meletakkan kata itu pada posisi khusus. Dalam bidang khusus berada pada relasi yang berbeda dengan semua kata-kata penting lainnya dalam sistem tersebut. (Toshihiko Izutsu, 1997, 12).
Sebagai contoh, kata kitab, makna dasarnya baik dalam Al-Quran maupun di luar Al-Quran itu sama. Sepanjang dirasa aktual oleh masyarakat penutur menjadi satu kata, mempertahankan makna fundamental atau makna yang sangat umum dan tidak spesifik yaitu kitab. Baik digunakan sebagai istilah kunci dalam sistem konsep yang ada atau di luar sistem tersebut. Kandungan unsur semantik ini tetap ada pada kata itu di mana pun ia diletakkkan dan bagaimana pun ia digunakan. Inilah yang kita sebut dengan makna ‘dasar’ kata itu.
Kata kitab menerima makna yang sangat penting dalam konteks Al-Quran sebagai isyarat religious. Kata kitab berdiri sangat dekat dengan wahyu ilahi atau yang merujuk langsung dengan wahyu. Begitu diperkenalkan ke dalam sistem konseptual Islam, kata kitab ditempatkan dengan kata-kata penting Al-Quran sepertiAllah, wahy atau wahyu, tanzil atau menurunkan, nabiy atau nabi, ahl atau masyarakat. (Toshihiko Izutsu, 1997, 11)
Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik
Makna relasional terbagi menjadi dua dalam bentuk analisa, yaitu analisis sintagmatik dan paradigmatik. Analisa sintagmatik yaitu suatu analisa yang berusaha menemukan makna baru dengan menganalisis kata yang terdapat di depan dan di belakang kata yang dikaji. Adapun analisis paradigmatik yaitu analisis yang berusaha untuk mengkompromikan kata atau konsep tertentu dengan kata lain atau konsep lain yang sama (sinonim) dan yang berlawanan atau bertentangan (antonim) (Rifqatul & wardani, 2021)