Mengoptimalkan Pengajian Kaum Ibu; Catatan Dai Biksah Poso

Majalahnabawi. com – Di Poso, ketika ada acara-acara keagamaan seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad dan sejenisnya. Biasanya yang hadir kebanyakan kaum ibu, sehingga penceramah pun harus memberikan isi ceramah yang berbungkus dengan humor-humor agar tidak jenuh.

Cara Menyampaikan Kajian ke Jamaah Kalangan Ibu

Berkaitan dengan pengajian kaum ibu, pada malam 31 Desember 2023, kami (saya, Ustaz Umam, Mas Asbari, Pak Surahmat, dua nama terakhir adalah salah satu pengurus Anshor dan PCNU Poso) dapat undangan dari ibu-ibu al-Khairat Tokorondo Poso Pesisir (WIA, Wanita Al-Khairat Poso) untuk mengisi acara pengajian malam pergantian tahun 2023-2024. Acaranya berposisi di tengah hutan di bawah gubuk, acara tersebut mulai pukul 20.00 WITA, pemimpin di sana meminta saya untuk pembacaan surah Yasin. Kemudian lanjut dengan pembacaan zikir yang dipimpin oleh salah seorang ibu-ibu di situ. Setelah itu lanjut dengan ceramah agama dari Ustaz Ahmad Shodiqul Umam. Beliau menyampaikan tentang cara menyikapi pergantian tahun, yaitu dengan bersyukur seraya mengucap hamdalah, dengan memperbanyak istigfar atas dosa yang telah kita perbuat, dan basmalah untuk memulai tahun baru masehi.

Ceramahnya lumayan panjang sekitar satu jam lebih, sampai pukul 22.30. Setelah itu, pembacaan doa dan makan bersama dengan menu buras, kue, dan duren yang berlimpah. Ketika kami hendak pulang, ketua WIA Tokorondo yang bernama Bu Martura memohon kepada Ustaz Umam untuk berkenan mengisi pengajian rutin WIA setiap hari Jumat. Ustaz Umam pun menjawab: “Saya tidak bisa karena sudah ada jadwal rutin setiap Jumat sore mengisi pengajian WIA Tegalrejo Poso Kota Utara, kalo mau nanti akan diisi oleh Ustaz Faiz”. Bu Mastura pun merespon: “ya boleh Ustaz, sesanggup dan sesempat Ustaz aja”.

Menghadiri Majelis WIA Tokorondo

Kemudian, pada hari Jumat pertama tanggal 5 Januari 2024 saya menyediakan diri hadir di majelis WIA Tokorondo. Saya berangkat sekitar pukul 14.00 WITA, sampai di tempat tujuan pukul 14.35 WITA, karena jarak perjalanan yang lumayan jauh. Ketika sampai majelis tersebut, saya mulai dengan pembacaan Yasin dan zikir-zikir yang lumayan panjang. Sampai pada pukul 15.05 WITA, baru kesempatan saya menyampaikan materi, pada pertemuan pertama itu saya menyampaikan perkenalan diri dan pondok pesantren Nahdlatut Thalibin yang kami urus, lalu saya menyampaikan tentang basmalah, hamdalah, dan shalawat. Lumayan panjang lebar sampai pukul 15.45 WITA.

Setelah itu, saya memimpin salat Ashar berjamaah bersama para WIA Tokorondo. Setelah salat Ashar, kami istirahat sambil makan dan tanya jawab. Sebelum saya pamit pulang, ketua WIA Tokorondo berkata: “Terimakasih ustaz telah hadir dan menyampaikan ilmu kepada kami, kalo terus menerus seperti ini ngajinya, kami bisa pintar walaupun sudah tua”. Kami di sini, kurang ustaz/ustazah yang membimbing saat ngaji. Sebenarnya para pengurus PCNU Poso, tapi kebanyakan mereka hanya bisa menyampaikan ceramah saja, tidak ada yang bisa menyampaikan pembahasan kitab, fikih dan lain-lain. Makanya, kami membutuhkan seperti ustaz ini. Banyak anggota WIA ini yang berhenti mengaji karena tidak ada pembimbing kayak ustaz, abis ini saya akan sampaikan kepada mereka bahwa sudah ada ustaz yang membimbing pengajian kita.

Begitu selanjutnya, setiap Jumat siang sampai sore saya mengisi pengajian ibu-ibu WIA Tokorondo. Saya memfokuskan kajian kitab Safinatun Naja yang membahas tauhid dan fikih dasar.

Perlunya Ada Revitalisa dalam Menyampaian Ilmu

Dari cerita di atas, saya dapat menyimpulkan bahwa harus ada revitalisasi pengajian ibu-ibu. Dengan cara harus ada ustaz atau ustazah yang membimbing dan membahas ilmu-ilmu yang fardhu ‘ain yakni tauhid, fikih, dan akhlak, serta ilmu tajwid. Karena jika isinya hanya shalawat, baca yasin, dan zikir-zikir itu bisa membuat bosan. Untuk menarik minat mengaji ibu-ibu juga bisa kita adakan arisan ketika pengajian dan terakhir dengan makan-makan. Dan menurut saya, mengajar ibu-ibu atau bapak-bapak itu lebih mudah daripada mengajar anak-anak, karena para ibu dan bapak lebih mudah diatur dan lebih memperhatikan apa yang disampaikan.

Similar Posts