Menguji “Cara Membedakan Dua Sufyan dalam Sanad Hadis”
Majalahnabawi.com – Iya, Sufyan yang masyhur sebagai rawi ada dua: Sufyan bin ‘Uyainah (107-198 H.) dan Sufyan bin Sa’id al-Tsauri (97-161 H.). Secara umum, cara membedakan keduanya dalam kitab-kitab hadis terutama al-kutub al-sittah telah dijelaskan oleh Bang Ustaz Aenul Yaqin Batawi. Setidaknya ada tiga cara yang beliau kemukakan.
Pertama, menghitung jumlah rawi. Satu rawi antara mukhrij (penulis) al-kutub al-sittah dengan Sufyan, maka Ibn ‘Uyainah. Dua rawi antara mukhrij dengan Sufyan, maka al-Tsauri, kecuali dalam Sahih al-Bukhari dan Sunan Abu Dawud. Ini adalah cara yang paling simpel. Cara kedua, melihat senioritas murid. Jelas, al-Tsauri lebih dahulu masanya daripada Ibn ‘Uyainah. Ini tidak sesimpel yang pertama karena harus tahu—setidaknya—tahun wafat/lahir murid Sufyan.
Cara ketiga, mengenal murid khusus Sufyan. Jika si rawi adalah murid khusus Ibn ‘Uyainah, maka Sufyan dalam sanad adalah Ibn ‘Uyainah. Begitu juga dengan al-Tsauri. Ini lebih tidak simpel lagi karena harus hafal siapa saja murid masing-masing. Tapi tenang, Bang Ustaz telah menyebutkan nama-nama murid khusus masing-masing Sufyan dalam tulisannya. Alhamdulillah, cara-cara ini sangat membantu. Bahkan beliau mengklarifikasi terkait kaidah: “Apabila disebut Sufyan, maka yang dimaksud adalah Sufyan ini”. Bagi Imam al-Syafi’i, Sufyan yang beliau maksud adalah Sufyan Ibn Uyainah. Bagi Muhammad bin Yusuf, Sufyan yang dimaksud adalah Sufyan al-Tsauri. Terima kasih Bang Ustaz.
Mencoba Membuktikan Teori
Dengan cara-cara tersebut, saya terpancing untuk mengeceknya di Sunan al-Nasa’i. Cara paling simpel terlebih dahulu. Ternyata, setidaknya lima hadis keluar dari kaidah. Dalam lima hadis tersebut, antara Imam al-Nasa’i dengan Sufyan terdapat dua sampai tiga tingkat rawi. Ternyata, Sufyan tersebut Ibn Uyainah. Padahal dalam teks sanad hadis tertulis hanya kata “Sufyan” tanpa pembeda atau tambahan nama Bapak “Uyainah “. Sementara kaidah pertama mengatakan,
أَمَّا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ فَأَصْحَابُ الْكُتُبِ السِّتَةِ كُلُّهُمْ لَايَرْوُوْنَ عَنْهُ إِلَّا بِوَاسِطَةِ رَجُلٍ وَاحِدٍ؛
Semua mukhrij al-kutub al-sittah tidak meriwayatkan dari Sufyan bin Uyainah kecuali dengan satu perantara rawi. Lima hadis dalam Sunan al-Nasa’i yang saya maksud adalah hadis ke 1945, 2868, 3197, 3708, dan 5706. Akan panjang kalau ditulis di sini. Cek sendiri kalau tidak percaya. O iya, penomoran ini berdasarkan terbitan Maktab al-Matbu’at al-Islamiyyah, Halb, yang ditahqiq oleh Syekh Abd al-Fattah Abu Guddah.
Karena cara pertama tidak berhasil untuk lima hadis ini, kita coba cek menggunakan cara kedua: senioritas murid. Cara ini dengan melihat masa hidup murid atau tahun lahir dan wafatnya. Masing-masing lima murid itu adalah Hammam (w. 163 H.), Abdullah bin al-Zubair (w. 219 H.), Ibn Abi Maryam (144-224 H.), Abd al-Jabbar bin al-‘Ala’ (w. 248 H.), dan Abd al-A’la (w. 236 H.). Tahun lahir yang tidak tertulis, berarti tidak ditemukan.
Dengan cara kedua ini terlihat empat murid terakhir lebih junior. Artinya, Sufyan yang dimaksud oleh empat rawi tersebut jelas Ibn ‘Uyainah. Hanya satu rawi yang senior, yaitu Hammam. Bahkan, beliau lebih dahulu wafat daripada Ibn Uyainah (w. 198 H.). Ini tidak mengherankan karena memang Ibn Uyainah dianugerahi umur yang panjang: 91 tahun. Sebenarnya, antara Ibn Uyainah dengan al-Tsauri, selisih umurnya hanya sepuluh tahun. Al-Tsauri lahir 97 H, Ibn Uyainah lahir 107 H. Hanya saja al-Sauri lebih dahulu wafat: 161 H. Hammam tidak mempan menggunakan cara kedua ini.
Lanjut ke cara ketiga: mengenal murid khusus Sufyan Ibn Uyainah. Apakah Hammam termasuk di antaranya? Ternyata … Abdullah bin al-Zubair (w. 219 H.) terdapat dalam tulisan Bang Ustaz sebagai murid khusus Ibn Uyainah. Namun, Hammam tidak tertulis di sana. Lalu bagaimana?
Cara Manual
Oke, kita coba cara manual dengan mengecek para guru Hammam dan para muridnya. Nama lengkapnya Abu Abdillah Hammam bin Yahya bin Dinar al-Basri. Setelah dicek dalam kitab Siyar A’lam al-Nubala’ karya al-Dzahabi (673-748 H.), ya. Di antaranya, Hammam meriwayatkan dari Ibn Uyainah meskipun Ibn Uyainah lebih muda daripada Hammam, kata Imam al-Dzahabi. Dan, di antara murid Hammam ada Yazid bin Abdillah al-Muqri’ al-Makki al-Basri (120-213 H.) yang terdapat dalam sanad hadis dimaksud. Bahkan, al-Tsauri juga termasuk di antara yang meriwayatkan dari Hammam meskipun al-Tsauri lebih sepuh daripada Hammam. Begitu tulis Imam al-Dzahabi. Setelah dicek dalam deretan gurunya, tidak terdapat al-Tsauri di sana. (vol. 7, hal. 297). Wallahu A’lam. Berikut hadisnya:
سنن النسائي كتاب الجنائز | مكان الماشي من الجنازة
1945 أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يَزِيدَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا أَبِي ، قَالَ : حَدَّثَنَا هَمَّامٌ ، قَالَ : حَدَّثَنَا سُفْيَانُ وَمَنْصُورٌ وَزِيَادٌ وَبَكْرٌ هُوَ ابْنُ وَائِلٍ، كُلُّهُمْ ذَكَرُوا أَنَّهُمْ سَمِعُوا مِنَ الزُّهْرِيِّ يُحَدِّثُ، أَنَّ سَالِمًا أَخْبَرَهُ، أَنَّ أَبَاهُ أَخْبَرَهُ، أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ يَمْشُونَ بَيْنَ يَدَيِ الْجَنَازَةِ. بَكْرٌ وَحْدَهُ لَمْ يَذْكُرْ عُثْمَانَ
حكم الحديث: صحيح