Mengurai Kehidupan Emosional Dalam Bingkai Islam

majalahnabawi.com – Emosi yang kerap dikenal di kalangan masyarakat ialah berupa amarah. Tetapi lebih dari itu, setiap individu memiliki beberapa emosi dasar seperti yang digambarkan dalam sebuah film yang tayang beberapa tahun lalu, yaitu “Inside Out”. Melalui film tersebut setidaknya digambarkan lima emosi dasar yang dimiliki setiap manusia sejak ia dilahirkan, antara lain sedih, senang, marah, takut, dan jijik.

Pengertian Emosi

Emosi dalam psikologi adalah pola reaksi kompleks yang melibatkan unsur pengalaman, perilaku, dan fisiologis yang digunakan seseorang untuk menangani masalah atau peristiwa penting yang dialaminya secara pribadi.

Namun seiring berjalannya waktu, semakin dewasa terkadang kita kesulitan untuk mengidentifikasi apa pemicu dari emosi yang timbul dalam diri serta kebutuhan akan emosi yang tengah dihadapi guna pengendalian terhadap emosi itu sendiri.

Emosional dalam Al-Qur’an

Adapun dalam al-Qur’an tidak ditemukan adanya kosakata “emosional” secara spesifik, tetapi tergambarkan beberapa contoh jenis emosional yang dialami oleh manusia melalui ayat-ayat-Nya. Islam juga telah memberikan tuntunan bagi seluruh umat manusia dalam mengendalikan setiap emosi yang timbul.

Dalam artikel ini, setidaknya akan digambarkan empat jenis emosional, yaitu marah, takut, gembira, dan sedih. Mari belajar bersama cara memetakan emosi, pemicu, serta kebutuhan akan emosi tersebut.

  • Marah
    Amarah dalam diri manusia kerap timbul ketika arah tujuan perbuatan dilarang, dikecewakan, atau digagalkan. Emosi marah membutuhkan adanya penghargaan atau sebuah penghormatan dalam batasan yang sehat. Dan amarah dapat dilampiaskan dengan bentuk penegasan, berbicara dengan terus terang, dan memilih respon positif yang membawa kedamaian pada diri sendiri sehingga tidak adanya sifat dendam. Islam sendiri mengajarkan untuk menghindari marah dan bentuk pengendaliannya dengan cara berwudhu, atau berpindah posisi yang awalnya berdiri kemudian duduk atau tidur, dan masih banyak cara lainnya.

    Al-Qur’an memberikan gambaran emosi marah dalam kisah Nabi Musa as., pada surah al-A’raf ayat 150 berikut:

وَلَمَّا رَجَعَ مُوۡسٰٓى اِلٰى قَوۡمِه غَضۡبَانَ اَسِفًا ۙ قَالَ بِئۡسَمَا خَلَفۡتُمُوۡنِىۡ مِنۡۢ بَعۡدِىۡ ۚ اَعَجِلۡتُمۡ اَمۡرَ رَبِّكُمۡ​ ۚ وَاَلۡقَى الۡاَلۡوَاحَ وَاَخَذَ بِرَاۡسِ اَخِيۡهِ يَجُرُّه اِلَيۡهِ​ قَالَ ابۡنَ اُمَّ اِنَّ الۡـقَوۡمَ اسۡتَضۡعَفُوۡنِىۡ وَكَادُوۡا يَقۡتُلُوۡنَنِىۡ ​فَلَا تُشۡمِتۡ بِىَ الۡاَعۡدَآءَ وَ لَا تَجۡعَلۡنِىۡ مَعَ الۡقَوۡمِ الظّٰلِمِيۡنَ‏  (150)

Ayat tersebut menggambarkan amarah Nabi Musa as., kepada kaumnya saat beliau melihat mereka menyembah anak sapi dari emas yang dibuat oleh Samiri, yang mana beliau dikecewakan oleh kaumnya.

  • Takut
    Emosi takut biasanya merupakan suatu reaksi ketika mendapatkan situasi yang mengancam atau bahaya. Tapi lebih luas dari itu, gambaran emosi takut dalam al-Qur’an cakupannya tak hanya mencakup urusan dunia, namun juga ketakutan pada kesengsaraan hidup di akhirat. Dan tentu dalam konteks ini rasa takut memiliki manfaat sebagai benteng bagi seorang mukmin untuk memelihara dirinya dari kemaksiatan yang akan mendatangkan azab Allah Swt., nantinya.

    Emosi takut yang muncul dalam diri seseorang membutuhkan adanya keselamatan, kemanan, juga kepastian yang akan membuatnya lebih tenang. Dan Islam mengajarkan untuk lebih mengingat Allah Swt., dengan berzikir kepada-Nya ketika menghadapi situasi yang menakutkan.

    Al-Qur’an menggambarkan contoh rasa takut dalam surah al-Naml ayat 10 berikut:

وَأَلْقِ عَصَاكَ ۚ فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ وَلَّىٰ مُدْبِرًا وَلَمْ يُعَقِّبْ ۚ يَا مُوسَىٰ لَا تَخَفْ إِنِّي لَا يَخَافُ لَدَيَّ الْمُرْسَلُونَ  (10)

Ayat di atas menggambarkan rasa takut Nabi Musa as., karena tongkatnya berubah seperti ular yang bergerak-gerak dengan gesit, beliau sangat ketakutan kemudian lari berbalik ke belakang tanpa menoleh dan tidak kembali lagi ke tempat semula. Lalu Allah Swt., menenangkannya, “Wahai Musa! jangan takut terhadap apa yang kamu lihat! sesungguhnya di hadapan-ku, para rasul tidak perlu takut”.

  • Gembira
    Rasa gembira atau senang merupakan perasaan yang terbebas dari situasi yang menegangkan. Umumnya rasa gembira timbul ketika mendapatkan sesuatu sesuai yang diharapkan atau mendapat surprise. Dan rasa gembira biasanya melibatkan orang lain pada prosesnya.

    Islam memerintahkan kita untuk senantiasa mengingat Allah Swt., dalam segala kondisi, tak terkecuali ketika kita sedang berbahagia, kita harus senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang Allah Swt., berikan.

    Kegembiraan di dalam al-Qur’an digambarkan pada surah al-Rum ayat 15 berikut:

فَأَمَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ فَهُمْ فِى رَوْضَةٍ يُحْبَرُونَ  (15)

Ayat di atas menceritakan bahwa orang-orang yang beriman kepada Allah Swt., dan mengerjakan amal saleh yang diridai di sisi-Nya, maka mereka berada di dalam surga dan bergembira atas kenikmatan yang didapatkannya.

  • Sedih
    Sedih merupakan lawan dari emosi gembira yang mana biasanya kesedihan disebabkan karena adanya musibah yang menimpanya, mungkin berupa kehilangan sesuatu yang berharga bagi dirinya atau lain sebagainya. Rasa sedih sejatinya membutuhkan empati, kasih sayang dari orang terdekat, serta pengertian terhadap dirinya. Dalam Islam, kita dilarang untuk berlarut-larut dalam kesedihan dan dianjurkan untuk memperbanyak ibadah atau menyibukkan diri dengan kegiatan postif.

    Kesedihan dalam al-Qur’an digambarkan dalam surah Yusuf ayat 84-86 berikut:

وَتَوَلّٰى عَنۡهُمۡ وَقَالَ يٰۤاَسَفٰى عَلٰى يُوۡسُفَ وَابۡيَـضَّتۡ عَيۡنٰهُ مِنَ الۡحُـزۡنِ فَهُوَ كَظِيۡمٌ‏ (84) قَالُوۡا تَاللّٰهِ تَفۡتَؤُا تَذۡكُرُ يُوۡسُفَ حَتّٰى تَكُوۡنَ حَرَضًا اَوۡ تَكُوۡنَ مِنَ الۡهَالِكِيۡنَ‏ (85) قَالَ اِنَّمَاۤ اَشۡكُوۡا بَثِّـىۡ وَحُزۡنِىۡۤ اِلَى اللّٰهِ وَاَعۡلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ‏ (86)

Ayat di atas menggambarkan kesedihan yang dialami oleh Nabi Ya’qub as., karena kehilangan putera kesayangnnya, yaitu Nabi Yusuf as.

Setelah dipetakan secara singkat tentang beberapa emosi dalam diri setiap individu, mulai dari pemicu, kebutuhan, serta solusi pengendalian emosi tersebut, semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dari tulisan ini dan dapat menerjemahkan emosi, kebutuhannya, serta solusinya yang lebih baik lagi ke depannya.

Similar Posts