Menjadi Pendidik Yang Berkarakter
Majalahnabawi.com – Pendidik adalah orang yang mendidik. Memberi tuntunan, ajaran, pelatihan agar bisa mengubah sikap dan tata laku seseorang untuk lebih dewasa. Berat memang, bukan hanya materi yang disampaikan, jauh dari itu pendidik dituntut memiliki karakter yang kuat agar bisa sukses dalam melakukan proses pendidikan.
Manusia memang unik. Bersumber dari Rahim yang sama akan tetapi terlahir dengan pemikiran dan karakter yang berbeda. Maka dari itu tidak heran kemudian banyak varian karakter yang muncul termasuk karakter pendidik dalam memberikan pendidikannya. Baik ia sebagai pendidik ber-profesi, merasa bertanggung jawab, ataupun mengikuti panggilan hati.
Namun demikian, selaku muslim kita merasa beruntung ada sosok yang menjadi teladan. Yang setiap langkahnya selalu mendapatkan limpahan perlindungan. Ialah nabi Muhammad Saw. Sosok pendidik yang berkarakter kuat. Teladannya tidak lekang oleh zaman tak lapuk oleh waktu.
Lalu bagaimana cara menjadi pendidik yang berkarakter? Pendidik yang bisa di tiru oleh generasi baru. Pendidik yang sesuai dengan teladan nabi Muhammad Saw. Berikut ini adalah kiat menjadi pendidik yang berkarater:
Tenang dan Tidak Terbur-Buru
Mendidik berarti melayani, meluangkan waktu, menguras pikiran. Situasi yang tidak sesuai dengan hasil setting yang kita buat, sering kali membuat kita tidak sabar untuk memperbaikinya. Pun keinginan dan harapan terhadap peserta didik yang tinggi membuat pendidik tergesa-gesa dalam menyampaikan materi. Tidak ayal, bejibun tugas diberikan dengan harapan peserta didik segera paham dan pandai.
Nampaknya hal ini menggambarkan pendidik yang belum paham akan beragam potensi yang dimiliki peserta didiknya. Kecerdasan peserta didik yang beragam mulai dari dominan verbal, matematis, kinestetik, spasial, musical, interpersonal hingga intrapersonal.
Oleh karenanya, mendidik perlu dilakukan dengan tenang dan tidak terburu-buru. Sadari betul potensi peserta didik yang memiliki potensi yang berbeda. Hal ini sesuai dengan sabda nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu Abbas ra.
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلْأَشَجِّ أَشَجِّ عَبْدِ الْقَيْسِ إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالْأَنَاةُ
Rasulullah Saw. bersabda kepada Al-Asyaj Asyaj Abdil Qais, “Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua perkara yang dicintai Allah: tenang dan tidak terburu-buru.” (Shahih Muslim, 24)
Lembut dan Tidak Kasar
Seorang peserta didik pada dasarnya mempelajari sebagian besar laku dari pendidiknya. Pendidikan yang dilakukan secara kasar akan menjadi ingatan negatif dan bisa menjadi stimuli mereka untuk berlaku negatif. Mendidik secara kasar dan didominasi model punishment tidak serta merta membuat peserta didik paham terhadap materi yang disampaikan. Alih-alih positif justru akan membekas dan menjadi titik hitam yang tersimpan dalam hati dan pikiran mereka.
Maka dari itu, pendidik harus memiliki karakter yang lemah lembut. Mendidik dengan kasih sayang, humanis dan dalam beberapa hal dominan menggunakan model reward. Ragam karakter dan kepribadian peserta didik mampu dihadapi dengan sikap lemah lembut. Hal ini sesuai dengan sabda nabi Saw. yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Aisyah ra.
أنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهَا يَا عَائِشَةُ ارْفُقِي فَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَرَادَ بِأَهْلِ بَيْتٍ خَيْرًا دَلَّهُمْ عَلَى بَابِ الرِّفْقِ
Bahwasanya rasulullah Saw. bersabda kepadanya, “Wahai Aisyah, bersikap lembut lah, karena sesungguhnya Allah apabila menghendaki kebaikan pada suatu keluarga, Dia ilhamkan pintu kelembutan kepada mereka.” (Musnad Ahmad, 23591)
Budi Pekerti Yang Baik
Adanya ragam kemampuan peserta didik, tidak lantas dilihat secara sempit dan tertutup. Pendidik perlu budi pekerti yang baik, pendekatan yang lembut agar bisa melihat peserta didik secara terbuka dan memahaminya dalam bentuk yang optimal. Hal ini senada dengan sabda nabi Saw.
قَالَ: إِنَّمَا يُحَرَّمُ عَلَى النَّارِ كُلُّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ قَرِيبٍ سَهْلٍ
“Sesungguhnya diharamkan masuk ke neraka bagi setiap orang yang lemah lembut, halus (perkataannya), akrab (dengan orang), mulia budi pekertinya.” (Sahih Ibn Hibban, 469)
Memilih Yang Termudah
Layaknya banyak jalan menuju Roma, jalan atau metode mendidik pun banyak dan beragam. Memiliki banyak jalan, cara, metode adalah sesuatu yang sah, karena dapat menjadi referensi pendidik dalam proses penyampaian. Pendidik bisa memilah sesuai tingkatan kesulitan dan kemampuan nalar dan pemahaman peserta didik.
Namun perlu diingat, sebaiknya pendidik memilih jalan termudah untuk memberikan pemahaman yang komprehensif. Hal ini sesuai dengan sabda nabi Saw.
ما خُيِّرَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ بيْنَ أمْرَيْنِ إلَّا اخْتارَ أيْسَرَهُما ما لَمْ يَأْثَمْ، فإذا كانَ الإثْمُ كانَ أبْعَدَهُما منه
“Tidaklah nabi Saw menentukan pilihan antara dua perkara melainkan beliau memilih yang termudah di antara keduanya selama bukan termasuk dosa. Apabila termasuk dosa, maka beliau menjadi orang yang paling menjauhinya.” (Shahih Bukhari, 6786)
Manahan Diri Untuk Tidak Marah
Ada satu quotes dari Duane Valentry “Temper robs a women of beauty and a man of dignity”. Ini berlaku juga bagi pendidik yang tidak bisa menahan marah. Wibawa, kehormatan, juga kesan baik dari peserta didik perlahan luntur. Peserta didik tidak lagi menaruh hormat, yang ada justru rasa takut yang menyelimutinya dalam menjalankan proses pembelajaran. Alhasil, tujuan pendidikan akan jauh dari kata berhasil.
Berkenaan dengan ini, rasulullah Saw. bersabda:
ليسَ الشَّدِيدُ بالصُّرَعَةِ، إنَّما الشَّدِيدُ الذي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الغَضَبِ
“Seorang yang pemberani bukanlah orang yang pandai berkelahi, orang pembarani adalah orang yang mampu menguasai diri ketika marah.” (Shaih Bukhari, 6114)
Berikut di atas merupakan sekelumit karakter yang harus dimiliki oleh para pendidik. Masih ada banyak hal yang perlu disiapkan. Banyak karakter baik yang perlu diperankan. Tentunya agar tujuan pendidikan bisa tergapai.