Menjadikan Nabi Muhammad sebagai panutan hidup: Sosok Inspiratif dan Teladan Sepanjang Masa

Majalahnabawi.com – Tindakan kita, perilaku kita, semua yang kita lakukan adalah hasil dari apa yang ada di dalam pikiran kita. Makanan pemikiran inilah yang mempengaruhi perspektif kita, mempengaruhi cara berpikir kita, bahkan manhaj hidup kita. Tidak jarang kita melihat seorang anak yang ketika ditanya ingin menjadi apa di masa depan, ia akan menjawab superhero fiksi favoritnya, karena itulah yang telah masuk ke dalam kehidupannya. Kita semua dipengaruhi, hidup adalah tentang mempengaruhi atau dipengaruhi. Hanya saja, apakah kita telah dipengaruhi oleh hal-hal yang benar?, Itulah pertanyaannya. Gerakan dakwah dimaksudkan untuk mempengaruhi, memberikan, dan mengganti kesalahpahaman sebelumnya dengan pemahaman yang didasarkan pada bimbingan ilahi.

Menjadikan seorang tokoh sebagai idola dan panutan sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Sebab, seseorang yang telah menjadikan sosok tertentu sebagai idola dalam hidupnya, maka banyak hal yang akan diambil dan ditiru dari sosok yang di idolakan tersebut untuk dijadikan sumber inspirasi, panutan, dan teladan, atau bahkan dijadikan bagian dari manhaj hidupnya.

Nabi Muhammad Idola Umat Islam

Nabi Muhammad adalah utusan Allah Swt dan panutan pribadi bagi umat Islam. Pernahkah Anda mendengar tentang Musa, Yesus, Konfusius, Krishna atau Buddha? Bagaimana dengan Gandhi, Bunda Theresa atau Martin Luther King? Jika anda tidak tinggal di barat, kemungkinan besar Anda hanya tahu sedikit tentang orang-orang ini dan pencapaian mereka. Bagi seorang muslim, seorang Nabi bukan berarti seseorang yang dapat meramalkan masa depan, meskipun sebagian besar ramalan Nabi Muhammad telah dipenuhi dengan cara yang menakjubkan, tetapi seorang manusia yang diutus oleh Tuhan untuk memanggil orang-orang untuk bertobat, beriman, dan mengabdikan hidup mereka untuk melakukan kebaikan, sehingga membantu mereka menemukan kembali tujuan mereka diciptakan. Saya takjub melihat betapa banyak orang di seluruh dunia yang menyebut Nabi Muhammad sebagai “kekasihku” meskipun mereka belum pernah melihatnya sama sekali.

Sebagaimana disebutkan dalam buku penulis sendiri, Cahaya Terakhir “Sungguh, tidak ada jalan kebahagiaan dan keberuntungan, baik di dunia maupun di akhirat, kecuali di tangan para Rasul. Tidak ada cara untuk mengetahui secara rinci apa yang baik dan apa yang buruk kecuali melalui jasa-jasa mereka. Keridaan Allah Swt tidak dapat dicapai tanpa mereka. Perbuatan, ucapan, dan akhlak yang baik adalah karena bimbingan mereka dan hukum-hukum yang mereka bawa. Mereka adalah neraca untuk mengukur ucapan, perbuatan dan akhlak. Dengan mengikuti jejak mereka, seseorang dapat dengan jelas membedakan antara mereka yang mendapat petunjuk dan mereka yang sesat. Kebutuhan terhadap mereka jauh lebih besar daripada kebutuhan tubuh terhadap kehidupannya, mata terhadap cahaya penglihatannya, dan jiwa terhadap kehidupannya. Namun, kebutuhan seseorang terhadap para rasul jauh lebih besar daripada yang lainnya. Apa yang dapat Anda bayangkan jika Anda kehilangan bimbingan atau ajaran yang mereka bawa walau hanya sekejap? Tentu saja hati Anda akan tersumbat dan menjadi gelap. Bagaikan ikan yang terpisah dari air dan terkapar di tanah. Seorang hamba yang hatinya terpisah dari ajaran yang dibawa oleh para rasul, persis seperti itu keadaannya. Bahkan lebih buruk lagi. Namun hanya hati yang hidup yang dapat merasakannya, bukan hati yang mati.” (Cahaya Terakhir, hal 2).

Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam dikenal sebagai sosok yang memiliki akhlak mulia dan teladan moral yang tinggi. Al-Quran sendiri menyatakan bahwa beliau diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak mengingat Allah”. (Q.S Surah al-Ahzab: 33-21).

Sebagai Nabi terakhir, ajaran Nabi Muhammad menyempurnakan ajaran para nabi sebelumnya. Mengikuti beliau berarti mengikuti ajaran Islam yang lengkap dan sempurna. Nabi Muhammad memberikan teladan dalam berbagai aspek kehidupan, baik ibadah, hubungan sosial, keluarga, ekonomi, maupun politik. Sunah Nabi adalah panduan yang jelas dan praktis bagi umat Islam. Dengan meneladani Nabi Muhammad, seorang muslim tidak hanya meningkatkan kualitas hidupnya di dunia, tetapi juga mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.

Sebagaimana disebutkan dalam buku penulis sendiri, Cahaya Terakhir “Jika kebahagiaan seorang hamba di dunia dan akhirat bergantung pada bimbingan Nabi, maka bagi setiap orang yang mengaku mencintai dirinya sendiri, dan menginginkan keselamatan dan kebahagiaannya, ia harus benar-benar mengenal Rasul yang telah membimbingnya dan yang telah mengeluarkannya dari orang-orang jahiliah, sehingga ia kemudian masuk ke dalam barisan para pengikutnya. Namun, anugerah selalu berada di tangan Allah. Dialah yang akan memberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah adalah pemilik karunia yang besar.”  (Cahaya Terakhir, hal 3).

Menjadi Manusia Inpiratif bagi Orang Lain

Tidak peduli seberapa besar biaya, usaha, konsekuensi yang Anda keluarkan untuk terus meningkatkan diri dan belajar, biaya, usaha, dan konsekuensi dari tidak melakukan apa pun jauh lebih besar. Dengan meningkatkan diri Anda, dunia akan menjadi tempat yang lebih baik. Jangan takut untuk berkembang terlalu lambat, jangan takut untuk memperbaiki sesuatu yang salah. Jangan takut untuk diam tanpa perubahan. Lupakan kesalahan Anda, tetapi ingatlah apa yang telah diajarkan kepada Anda. Jadi, bagaimana Anda bisa menjadi lebih baik besok? Dengan menjadi lebih baik hari ini.

Sekali lagi. Tindakan kita bergantung pada pikiran kita, dan pikiran kita bergantung pada apa yang kita lihat, tonton, dan dengar. Berpikir adalah proses internal yang dipengaruhi oleh berbagai rangsangan eksternal. Apa yang kita lihat, tonton, dan dengar membentuk persepsi kita tentang dunia. Informasi dan pengalaman yang kita serap dari lingkungan sekitar kita memengaruhi cara kita memproses dan menginterpretasikan realitas.

Sebagai contoh, jika kita sering terpapar dengan konten yang positif dan inspiratif, pemikiran kita cenderung lebih optimis dan penuh harapan. Sebaliknya, paparan terhadap konten negatif dan destruktif dapat membuat pemikiran kita menjadi pesimis dan penuh kecemasan. Oleh karena itu, sangat penting untuk menyaring informasi dan hiburan yang kita konsumsi, memilih sumber-sumber yang mendukung perkembangan mental dan spiritual yang sehat.

Lingkungan sosial juga memainkan peran besar. Interaksi dengan orang-orang yang memberikan pengaruh positif dapat mendorong kita untuk berpikir lebih baik dan bertindak lebih bijaksana. Sebaliknya, pergaulan dengan individu atau kelompok yang memiliki pandangan negatif dapat memberikan pengaruh negatif terhadap pemikiran dan tindakan kita.

Dalam Islam, meneladani Nabi Muhammad Saw sebagai panutan memberikan panduan yang jelas tentang apa yang harus kita lihat, tonton dan dengar. Dengan mengikuti jejak dan ajarannya, kita dapat memastikan bahwa pikiran dan tindakan kita selalu berada di jalan yang benar dan diridai oleh Allah Swt.

Similar Posts